Ma’nene, Saat Orang Toraja ‘Membangunkan Mayat’

Ritual ini bukan sekadar membersihkan mayat dan memakaikan baju baru, tapi juga mencerminkan pentingnya hubungan keluarga.
Yayank Stiv & Keisyah Aprilia
2018.09.14
Tanah Toraja & Jakarta
Ma’nene1.jpg

Keluarga dan kerabat berkumpul di depan kuburan batu untuk memulai ritual Ma’nene di Lembang Lempo Poton, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, 3 September 2018. (Yayank Stiv/BeritaBenar)

Ma’nene3.jpg

Keluarga mengeluarkan mayat dari peti. (Yayank Stiv/BeritaBenar)

Ma’nene5.jpg

Beberapa mayat yang telah dikeluarkan dari peti disusun untuk dibersihkan. (Yayank Stiv/BeritaBenar)

Ma’nene7.75.jpg

Seorang perempuan menatap mayat suaminya yang baru dipakaikan kacamata usai dibersihkan dalam ritual Ma’nene. (Yayank Stiv/BeritaBenar)

Ma’nene6.jpg

Turis dalam dan luar negeri berpose di samping mayat yang telah dibersihkan. (Yayank Stiv/BeritaBenar)

Ma’nene11.jpg

Peti mayat berada dalam kuburan batu. (Yayank Stiv/BeritaBenar)

Terik matahari dan jarak tempuh menuju Desa Lembang Lempo Poton, Kecamatan Rindinggalo, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, yang cukup jauh, tak membuat warga surut dari berbondong-bondong menuju Patane (kuburan keluarga yang menyerupai rumah dan batu).

Semuanya ingin segera mengikuti Ma’nene, ritual adat “membangunkan mayat” di Tanah Toraja, yang berlangsung pada 3 September lalu.

“Membangunkan mayat” adalah membersihkan mayat para leluhur To Tator (orang Tanah Toraja) yang sudah meninggal dunia puluhan hingga ratusan tahun silam.

Mayat-mayat yang telah menjadi mummy itu didandani pakaian baru. Layaknya manusia yang masih hidup, perhiasan seperti jam tangan, kalung hingga cincin dipasangkan  pada kerangka tulang mayat oleh sanak keluarganya.

Keunikan ritual ini pun menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara dan domestik.

Di Tanah Toraja, tinggal beberapa desa yang masih menggelar ritual tiga tahunan sekali ini.

Biasanya ritual digelar serenak satu keluarga atau bahkan satu desa, sehingga acaranya pun berlangsung cukup panjang. Biasanya satu hingga dua minggu.

Ritual ini biasa dilakukan usai masa panen, dimulai minggu terakhir Agustus hingga awal September.

Bagi warga Tanah Toraja, Ma’nene bukan sekadar membersihkan jasad dan memakaikan baju baru, tapi punya makna lebih, yakni mencerminkan betapa pentingnya hubungan keluarga.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.