Ngusaba Kasa, Ketika Remaja Tenganan Berpesta
2017.02.17
Karangasem
Tenganan Pegeringsingan di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali bagian timur adalah satu desa Bali Aga atau Bali tua, yang memiliki tradisi berbeda dengan Hindu Bali umumnya.
Jika umat Hindu Bali merayakan tahun baru dengan Nyepi, warga Tenganan memperingatinya dengan Ngusaba Kasa. Kasa, adalah bulan pertama sistem kalender setempat.
Menurut I Putu Yudiana, Kepala Desa Tenganan, warganya percaya pada bulan Kasa itu sungsungan atau Dewa yang mereka hormati lahir.
“Kami menggelar tari rejang sebagai doa dan kidung suci untuk menghormati sungsungan,” katanya, Kamis pekan lalu.
Saat Ngusaba Kasa, para daha (gadis) dan teruna (perjaka) menari dengan lokasi dan pakaiaan berganti, selama lima hari. Sebagai bentuk penghormatan, mereka mengenakan pakaian dan perhiasan terbaik. Puncaknya, hari terakhir, Ngusaba Kasa, menjadi semacam pesta bagi mereka.
“Sekarang bebas karena Betara sampun mantuk,” kata Ni Kadek Dwika Mahayani, seorang gadis 21 tahun, mengatakan jika Dewa sudah pulang, sehingga hari terakhir menjadi pesta bagi remaja Tenganan.
Para gadis mengenakan geringsing, kain tenun khas daerah itu yang diwariskan secara turun-temurun dalam keluarga Tenganan. Harga per lembarnya bisa mencapai ratusan juta bahkan lebih.
“Ada yang harganya bahkan sampai Rp2 miliar,” kata Mahayani.
Para teruna juga menggunakan kain geringsing terbaik. Selain selendang, mereka juga wajib membawa keris yang diwarisi turun-temurun.
Di depan Balai Agung, mereka menari secara bergantian, tiga demi tiga dengan memilih pasangan. Karena itulah, Ngusaba Kasa juga dikenal sebagai ajang mencari jodoh.