Geliat Solo Menari 24 Jam

Kusumasari Ayuningtyas
2016.05.03
Solo
1.jpg

Tari modern "Glows" oleh Bubat Dance, Bandung, dalam Solo Menari 24 Jam 2016. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

2.jpg

"Remo Sapu Jagad Gaya Malangan" oleh Tung Tok Dhet Debri Dance, Surabaya. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

3.jpg

Penari dari Jogja's Body Movement memperbaiki riasannya sebelum mementaskan “Jawa Body”. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

4.jpg

Sebuah tarian tradisional dalam Solo Menari 24 Jam 2016. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

5].jpg

Penari Citra Art Studio, Jakarta, melakukan “selfie” usai mementaskan Mirah. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

6.jpg

"Mirul" oleh Serupa Etnic, Bandar Lampung. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

7.jpg

“Merak Driyo” oleh Sanggar Kusuma Aji, Klaten. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

8.jpg

“Bedhaya La La” oleh Jurusan Tari ISI melanjutkan tarian Samsuri, sang penari 24 jam. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

9.jpg

Anak-anak turut menari dalam karnaval di Koridor Jenderal Soedirman. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

10.jpg

Tari kolosal dalam penutupan Solo Menari 24 Jam. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

“Menyemai Rasa Semesta Raga” menjadi tema Solo Menari 24 Jam yang dihelat menyambut Hari Tari Dunia 29 April 2016 yang juga menandai 10 tahun kegiatan ini. Tema ini sengaja dipilih karena dirasa sesuai dengan makna yang dibangun dari penyatuan angka 1 dan 0 dalam bilangan sepuluh.

Penyatuan 1 dan 0 dalam angka 10 dimaknai sebagai penyatuan antara rasa dan raga. Rasa selalu butuh raga untuk media ungkapnya dan raga selalu berharap pada rasa sebagai penggeraknya.

“Olah rasa dan gerak raga adalah catatan sejarah, kami mengapresiasi tarian dari segala penjuru dengan berpegang pada perbedaan sebagai sebuah keberkahan,” ujar Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Sri Rohana, yang juga salah satu inisiator Solo Menari 24 Jam 2016.

Tidak kurang dari 3.000 penari dari 150 sanggar tari dengan 221 kelompok tari dari Solo dan daerah lain ikut memeriahkan acara yang berlangsung mulai dari Kamis 28 April  pukul 16.00 WIB hingga Jumat 29 April 2016 pukul 16.00 WIB.

Tarian umbul donga di Rektorat ISI Solo membuka perhelatan ini dan ditutup dengan karnaval di Koridor Jenderal Soedirman.

Ribuan penari tampil bergantian dengan durasi antara 5 hingga 10 menit di tujuh tempat berbeda, yaitu Rektorat ISI Solo, Gedung Teater Besar ISI Solo, Teater Kecil ISI Solo, Pendopo ISI Solo, Benteng Vastenburg, SMK N 8 Surakarta dan Koridor Jenderal Soedirman. Tidak hanya tari tradisional nusantara tetapi juga tarian kreasi modern dipagelarkan.

Hanya dua penari yang benar-benar menari selama 24 jam; Samsuri yang merupakan pengajar di ISI Solo dan Mudjo Setyo, satu personel Wayang Orang Bharata dari Jakarta.

Samsuri mengaku melakukan persiapan dua bulan untuk bisa tampil prima dalam acara itu dengan bersepeda dan menjaga asupan makanan. “Tidak minum es, tidak makan makanan yang digoreng, dan menghindari makanan berkolesterol,” ujarnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.