Hajad Dalem Selikuran, Mencari Berkah Ramadhan
2017.06.16
Solo
Malam ke-21 Ramadhan yang tahun ini jatuh pada Kamis, 15 Juni 2016, diyakini sebagai dimulainya kemungkinan Lailatul Qadar (malam lebih baik dari 1.000 bulan) diperingati secara istimewa oleh Keraton Kasunanan Surakarta, pecahan dari Kerajaan Mataram.
Islam di Kerajaan Mataram yang awalnya menganut ajaran Hindu dibawa Sultan Agung Hanyokrokusumo yang memerintah Mataram pada 1613-1645.
Banyak tradisi keraton yang merupakan campuran tradisi Hindu dan Islam seperti dalam peringatan malam Ramadhan yang tak hanya dilakukan dengan i’tikaf di masjid, tapi juga Hajad Dalem Selikuran yang di antaranya diisi dengan kirab Ting.
Ting adalah lampu minyak tanah dalam wadah kaca yang menjadi penerangan Keraton sebelum ada listrik.
Kehadiran Ting yang dibawa puluhan abdi dalem dalam peringatan malam 21 Ramadhan di Keraton Solo lebih dikenal dengan malam selikuran (selikur artinya 21 dalam bahasa Jawa) atau simbol cahaya malam seribu bulan. Ting yang dikirab punya makna seruan kebaikan.
Selain Ting, ada tumpengan yang terdiri dari nasi gurih, kedelai, telur puyuh dan mentimun dengan porsi tiga suapan yang dibungkus plastik. Seribu nasi tumpeng itu melambangkan seribu bulan. Nasi tumpeng didoakan sebelum diperebutkan.
Tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun ini selalu ditunggu masyarakat. Mereka percaya ada berkah tersendiri jika mengikuti ritual malam selikuran.
Tini Rushati, seorang abdi dalem yang ikut dalam perebutan tumpeng mengaku senang sebab berhasil mendapatkan dua bungkus nasi tumpeng. Nasi itu harus dimakan habis sebagai lambang keberkahan Ramadhan.