Kaki Palsu untuk Mereka yang Memerlukan
2016.11.16
Denpasar
I Wayan Sumadana (39) memasuki ruang kerja pembuatan kaki palsu di Pusat Pemberdayaan Disabilitas (Puspadi) di Denpasar, Bali, dengan menggunakan dua kruk.
Setelah lima tahun memakai kruk, dia ingin mengganti dengan kaki palsu (prostetis), sesuatu yang dia pernah pakai sebelumnya.
“Kalau pakai kruk susah jalan karena kondisi di kampung,” kata warga Desa Payangan, Gianyar, Bali, kepada BeritaBenar, akhir pekan lalu.
Di bengkel Puspadi, lima staf membuat kaki-kaki palsu dan penyangga kaki.
Prosesnya dimulai dari pengukuran kaki pasien, pembuatan cetakan dari gips, pembentukan kaki palsu dengan bahan utama polister, penghalusan, hingga percobaan (fitting).
Selain kaki palsu, Puspadi juga membuat penyangga kaki (brace) dan alat bantu pergelangan, kaki ankle foot orthosis (AFO).
Dua alat bantu terakhir biasa disebut ortosis. Puspadi juga memperbaiki semua alat bantu itu.
Dengan pasien meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, Puspadi menjadi tempat produksi kaki palsu terbesar di Bali.
Dalam tahun ini, mereka telah memproduksi 125 prostetis dan 145 ortosis dan mendampingi sekitar 4.150 tuna daksa di tiga provinsi tersebut.
Semua kaki palsu produksi Puspadi dibuat secara manual.
“Tiap pasien punya ukuran tersendiri,” kata Selvia Suryadinata, ahli pembuatan kaki palsu profesional di pusat pemberdayaan tersebut.
Menurut Direktur Puspadi, I Nengah Latra, sebagian besar pembuat kaki palsu di situ juga tuna daksa.
“Kami juga melakukan monitoring agar pasien tahu cara memakai alat bantu dan menggunakannya untuk meningkatkan taraf hidup,” jelasnya.