Bali: Menyucikan Diri di Pura Tirta Empul
2016.10.27
Tampaksiring
Ribuan umat Hindu Bali di Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, berpakaian adat dominan putih memenuhi Pura Tirta Empul, Tampaksiring. Pura ini terletak persis di samping Istana Tampaksiring yang didirikan presiden pertama Indonesia, Soekarno, pada 1957.
Berada di hulu sungai atau Tukad Pakerisan membuat Pura Tirta Empul berkelimpahan air. Ada tiga mata air di pura seluas sekitar 1,5 hektar ini, yaitu Tirta Surya, Tirta Bintang, dan Tirta Bulan.
Dari ketiganya, air jernih mengalir ke-33 pancuran sepanjang waktu. Umat Hindu meyakini air yang mengalir itu adalah air suci. Salah satunya adalah Ni Wayan Sami, warga Gianyar.
“Kami menggunakan air dari Pura Tirta Empul sebagai air suci saat sembahyang,” katanya kepada BeritaBenar.
Sebagai penyungsung, orang yang berbakti pada Pura Tirta Empul, tiap enam bulan sekali Wayan pasti bersembahyang di pura yang dibangun pada sekitar 960 M itu. Ia juga menyungsung gebogan (sesaji) di atas kepala, yang kemudian dihaturkan di pura.
Layaknya pura pada umumnya, Tirta Empul terdiri dari tiga bagian utama yaitu Nista Mandala (bagian paling luar), Madya Mandala (tengah), dan Utama Mandala (dalam). Di setiap bagian terdapat kolam dengan air jernih, sesuatu yang belum tentu ada di pura lain.
Kolam paling luar menjadi tempat ribuan ikan hias. Dua kolam di tengah berfungsi sebagai tempat penyucian dan terdapat 33 pancuran dengan air jernih terus mengucur.
Di kolam inilah, umat Hindu melakukan pembersihan diri atau melukat. “Umat yang ingin menyucikan diri, mandi di sini,” kata Wayan Alus, pemandu di pura yang bekerja sejak dua tahun lalu.
Sejumlah turis juga mengunjungi pura itu untuk sekadar jalan-jalan atau menyucikan diri seperti umat Hindu Bali. Mereka harus ikut aturan, seperti memakai sarung ala Bali serta tidak menggunakan sabun dan sampo.