Kebo-Keboan, untuk Sambut Musim Tanam
2017.09.27
Banyuwangi
Mengawali musim bercocok tanam, warga Desa Aliyan di Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar ritual kebo-keboan, Minggu, 24 September 2017.
Selain menyambut musim bercocok tanam, ritual ini diyakini bisa mengusir wabah penyakit.
Asmuni, tokoh adat setempat mengatakan, ritual kebo-keboan digelar setiap 1 Muharram atau suro dalam penanggalan Jawa.
“Ritual ini rutin digelar setiap tahun,” ujarnya kepada BeritaBenar.
Ritual kebo-keboan, diawali dengan kenduri desa yang digelar sehari sebelumnya.
Warga bergotong royong mendirikan sejumlah gapura dari janur yang digantungi hasil bumi di sepanjang jalan desa, sebagai perlambang kesuburan dan kesejahteraan.
Keesokan hari, ritual dilanjutkan dengan selamatan di sepanjang jalan desa. Setiap kepala keluarga menyiapkan tumpeng, untuk dimakan bersama setelah sebelumnya dibacakan doa oleh sesepuh adat setempat.
Setelah makan bersama, ritual inti dilakukan. Satu persatu warga yang terpilih mengalami kesurupan roh kerbau yang merupakan binatang paling setia dalam membantu tugas petani dalam bercocok tanam.
Warga juga menggelar selamatan di empat penjuru desa. Para petani yang didandani seperti kerbau lalu berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin.
Saat berkeliling desa inilah, para “kerbau” melakukan ritual layaknya siklus bercocok tanam, membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.
“Selain untuk tolak bala dan keselamatan hasil cocok tanam satu tahun ke depan, sekaligus melestarikan adat dan budaya yang diwariskan nenek moyang terdahulu,” terang Asmuni.
Tradisi kebo-keboan adalah warisan nenek moyang Suku Osing setempat, yang berawal dari datangnya wabah penyakit yang menyerang lahan pertanian hingga bertahun-tahun.