Kehidupan di Rumah Panjang
2017.07.07
Pontianak
Kehidupan komunal masyarakat Dayak di rumah panjang — kadang disebut betang atau radakng — nyaris tinggal kenangan. Di banyak lokasi, rumah panjang tersisa replika yang difungsikan sebagai tempat acara adat.
Satu di antara sedikit itu bisa dijumpai di Dusun Saham, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Jaraknya sekitar 200 kilometer dari Pontianak, ibukota Kalimantan Barat.
Penerangan listrik dan telepon selular telah masuk dalam keseharian penghuninya. Di masa lalu, betang berdiri jauh di tengah rimba raya. Kini, jika tak masuk ke “kedalaman” betang, nyaris tidak bisa dikenali lagi unsur tradisional, selain wujud bangunannya.
Bangunan membentang sepanjang 186 meter, dengan 64 bilik yang didiami sekitar 200 jiwa komunitas Dayak Kanayatn. Sebagian kecil bilik sudah tak dihuni lagi.
Di sebuah sudut, Sarinah (64) asyik menyelesaikan pembuatan tarinak, tutup kepala berbentuk kerucut. Tarinak biasanya dijual Rp35.000 per buah.
Dia tak tahu persis kapan betang tersebut dibangun. “Mungkin sudah empat keturunan generasi tinggal di sini. Leluhur kami tidak ada yang menuliskannya,” tuturnya kepada BeritaBenar, yang berkunjung ke sana, akhir Juni lalu.
Benediktus Ja’es (75) juga tak bisa memastikan usia betang itu. Dia menerka di atas 150 tahun. Beberapa bagian bangunan masih asli dari kayu ulin (belian), juga dinding dari kulit kayu, dan atas sirap (sejenis kayu keras yang diiris tipis-tipis).
“Begitu panjang kehidupan di sini sejak leluhur kami, banyak hal sudah terlupakan,” kata Ja’es.
Tiga bagian utama betang berupa teras (pante) selebar sekitar enam meter, samik atau ruang tamu lima meter, dan kamar atau bilik.
Suasana betang memang sepi, sore itu. Kebanyakan penghuninya belum kembali dari bekerja di ladang atau perkebunan kelapa sawit.
Serombongan kecil orang dari luar daerah, mampir sejenak untuk sekadar berkunjung dan berfoto di “situs hidup” yang masih terpelihara cukup baik.