Perempuan Pembuat Garam Dapur Mencorek
2017.07.28
Lamongan
Sejak zaman penjajahan Belanda, Mencorek di Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, sudah terkenal sebagai dusun pembuat garam dapur. Pada zaman Jepang, beberapa pembuat garam ditangkap karena dianggap melakukan kegiatan berbahaya.
Kini, pembuat garam di desa berjarak sekitar 2 km dari Pantai Utara (Pantura) Jawa itu tak lebih dari lima orang. Mereka mungkin generasi terakhir pembuat garam di dusun itu.
Zainab (63) dan Suwati (56) termasuk warga Mencorek yang masih membuat garam dapur. Semua pembuat garam di sini memang perempuan. Tapi, tak ada seorang pun anak mereka yang melanjutkan usaha turun-temurun tersebut.
Pembuatan garam dapur Mencorek menggunakan bahan baku garam mentah dari petani garam. Ada sekitar 15 petani garam tambak di kawasan ini. Mereka mengolah air asin dari laut yang disalurkan melalui sungai kecil menuju tambak.
Melalui proses penuaan 3-4 hari, air laut akan mengkristal menjadi garam tambak. Hasilnya kemudian dijual kepada para pembuat garam dapur, seperti Zaenab dan Suwati.
Mereka mendidihkan garam kristal dengan tungku berbahan kayu bakar. Selama proses mendidihkan itu, garam akan mengendap untuk kemudian diambil dengan pengeruk dari kayu. Umumnya, pendidihan dilakukan pada malam hari agar siap dijual keesokan harinya.
Garam halus hasil pendidihan dimasukkan ke kukusan untuk meniriskan garam yang masih mengandung air sampai tersisa garam halus siap konsumsi. Zainab, Suwati, dan pembuat garam lain menjual ke pasar-pasar sekitar dusun.
Namun, kini, tidak ada lagi generasi penerus pembuat garam dapur di Mencorek. “Kami mungkin pembuat garam (dapur) yang terakhir,” kata Zainab.