Penyandang Difabel, Pembuat Motor Khusus untuk Sesama

Karena keterbatasan sebagai penyandang difabel, Poernomo hanya menerima maksimal dua motor untuk dimodifikasi dalam sebulan.
Yovinus Guntur
2016.11.23
Surabaya
Bengkel-Difabel-1.JPG

Poernomo sedang mengerjakan modifikasi motor roda tiga. (Yovinus Guntur/BeritaBenar)

Bengkel-Difabel-2.JPG

Melepas spare part motor matic. (Yovinus Guntur/BeritaBenar)

Bengkel-Difabel-4.JPG

Proses pemasangan spare part roda tiga. (Yovinus Guntur/BeritaBenar)

Bengkel-Difabel-6.JPG

Mencoba pemasangan rangkaian ban belakang. (Yovinus Guntur/BeritaBenar)

Bengkel-Difabel-7.JPG

Salah satu hasil karya Poernomo. (Yovinus Guntur/BeritaBenar)

Bengkel-Difabel-8.JPG

Poernomo mengendarai motor roda tiga hasil karyanya. (Yovinus Guntur/BeritaBenar)

Bengkel-Difabel-9.JPG

Suasana bengkel kontruksi dan las motor roda tiga. (Yovinus Guntur/BeritaBenar)

Bengkel-Difabel-10.JPG

Motor roda tiga karya Poernomo menjadi referensi komunitas disabilitas motorcyle Indonesia. (Yovinus Guntur/BeritaBenar)

Slamet Poernomo sedang memoles besi yang akan dipasang ke motor matic, untuk dimodifikasi jadi matic roda tiga, di bengkelnya yang terletak di Keputih IIIE/37 Surabaya, Jawa Timur.

Bengkel Mandiri yang didirikan sejak 2011 itu, khusus untuk modifikasi motor roda tiga, baik matic maupun manual. Total sudah 90 motor roda tiga hasil karya Poernomo, yang khusus dibuat untuk para penyandang difabel, seperti juga dirinya.

Dari jumlah itu, enam di antaranya diekspor ke Timor Leste. Sedangkan, sisanya dikirim ke Bali dan hampir semua daerah di Jawa Timur.

“Di sini saya bekerja sendiri, tapi ada dua orang yang bantu di bengkel konstruksi dan las. Saya bekerja sama, karena keterbatasan alat,” tutur bapak dua putra ini kepada BeritaBenar, Senin, 21 November 2016.

Pembuatan satu motor roda tiga butuh waktu sebulan. Dia memasang tarif Rp6.500.000 untuk motor matic dan Rp5.500.000 motor manual. Motor matic lebih mahal karena pembuatannya lebih rumit daripada manual.

Tarif yang dipatok Poernomo lebih mahal dibanding bengkel lain. Penyebabnya Poernomo tidak merusak keorisinalan motor, mengembalikan spare part motor secara utuh kepada konsumen dan selalu memberikan bahan pilihan terbaik.

“Saya memang tidak asal pilih plat atau besi. Saya juga tak main las pada bodi motor, melainkan sistem bongkar pasang. Harga di sini, selisih 1 hingga 2 juta lebih mahal dibandingkan bengkel umum,” terangnya.

Karena keterbatasan fisiknya, ia hanya menerima maksimal dua motor.

“Sebenarnya banyak permintaan modifikasi, tetapi saya hanya menerima dua motor saja setiap bulannya,” cetus Poernomo.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.