Balia, Ritual Pengobatan Masyarakat Kaili

Basri Marzuki
2016.01.22
Palu
balia-01.jpg

Gerbang menuju tempat ritual dihiasi dengan jumbai-jumbai untuk menandakan upacara Balia sedang dilaksanakan di tempat itu, 31 Desember 2015. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

balia-02.jpg

Para penari mulai beraksi mengelilingi pedupaan yang mengawali upacara adat Balia. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

balia-03.jpg

Sesajen dihidangkan dalam upacara adat Balia dan dipersembahkan saat upacara penyembuhan. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

balia-04.jpg

Orang yang sakit harus melewati permadani putih saat menuju tempat pelaksanaan prosesi penyembuhan. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

balia-05.jpg

Anggota keluarga mengusung orang yang sakit menuju tempat ritual penyembuhan. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

balia-06.jpg

Tetua adat membacakan mantra di depan kerbau yang akan disembelih. Penyembelihan dinilai sebagai bentuk pengorbanan agar permohonan penyembuhan dapat dikabulkan. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

balia-07.jpg

Tetua adat menombak kerbau yang akan disembelih. Tancapan tombak di tubuh kerbau menjadi syarat penyembelihan. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

balia-08.jpg

Tetua adat menyapukan darah kerbau di kening para penari sebelum prosesi pembacaan mantra dimulai. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

balia-09.jpg

Prosesi penyembuhan dipimpin tetua adat dengan kepala kerbau diletakkan di antara kaki orang yang sakit. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

balia-10.jpg

Sambil menari tetua adat menebas pohon pisang untuk mengusir “roh jahat” yang dipercaya merasuki tubuh orang yang sakit. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

balia-12.jpg

Penari menyiapkan bara api, yang kemudian diinjak-injak sebagai simbol peredaman amarah akibat sakit. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

balia-13.jpg

Pada akhir upacara Balia, sesajen dilarungkan bersama seekor anak ayam ke sungai untuk menandai "pelepasan" penyakit. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

balia-11.jpg

Batang pisang yang ditebas kemudian dipotong-potong dalam ukuran kecil yang dipercaya bisa mencegah roh jahat masuk kembali ke tubuh orang yang sakit. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

Waktu masih menunjukkan pukul 16.00 waktu setempat, namun gendang yang dimainkan empat orang terdengar bertalu-talu hingga ujung lorong. Tujuh perempuan dan dua laki-laki menari beruntun dengan gerakan yang nyaris tak beraturan mengelilingi pedupaan yang mirip kursi-kursi yang ditumpuk.

Aroma kemenyan tercium hingga ke sudut-sudut tenda plastik tidak jauh dari pusat ritual itu, menyatu dengan tembang yang dilantunkan dalam bahasa masyarakat setempat yaitu Kaili.

Ritual itu disebut Balia, yakni ritual adat yang dilaksanakan untuk penyembuhan. Masyarakat etnis Kaili yang kebanyakan beragama Islam mendiami Lembah Palu, Sulawesi Tengah. Ritual ini bisa diadakan secara individu maupun secara berkelompok. Kadang ritual ini juga dilakukan setelah upaya medis tidak berhasil menyembuhkan suatu penyakit.

Prosesi bisa berlangsung hingga tujuh hari tujuh malam, tergantung berat ringannya jenis penyakit.  Pada masa silam, upacara adat Balia ini adalah hal yang lumrah dilakukan, terutama bagi kalangan ningrat.

Prosesi dimulai dengan penyiapan bahan-bahan upacara mulai dari pedupaan, keranda, buah-buahan hingga hewan kurban yang bisa berupa ayam, kambing, atau kerbau, tergantung kasta orang yang mengadakan hajatan.

Biayanya ditanggung oleh yang punya hajat ditambah dengan ongkos lelah bagi peritual. Jika semua sudah siap, pawang yang harus laki-laki mulai beraksi dengan mantra-mantranya, memanggil arwah penguasa panutannya. Sejumlah sesajian yang berbeda setiap prosesinya dihidangkan dekat pedupaan.

Tari Balia pun terus mengiringi hingga orang yang sakit diusung untuk mengikuti prosesi puncak, yaitu penyembelihan kerbau. Darah kerbau yang disembelih itu menjadi simbol kesungguhan harapan atas kesembuhan.

Kebanyakan warga setempat sangat meyakini efektivitas ritual ini, meski tidak sedikit juga dari mereka - yang sudah terbiasa dengan gaya hidup modern-menganggapnya tak lebih dari peninggalan budaya yang perlu dijaga agar tidak punah.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.