ISIS Memperlihatkan Klaimnya di Asia Tenggara ?
2016.01.15
Densus 88, pasukan elit anti-terorisme Indonesia, bulan lalu berhasil mematahkan rencana dua sel jaringan ISIS untuk menjadikan Jakarta seperti Paris lewat serangkaian serangan mematikan. Namun mereka gagal mendeteksi dan menghentikan upaya ketiga yang berujung pada serangan mematikan di jantung kota Jakarta, Kamis lalu.
Kelompok tersebut dikendalikan Bahrun Naim yang merupakan pemimpin Katibah Nusantara dan melancarkan serangan di Suriah dan Iraq. Bahrun adalah pimpinan ISIS di wilayah Asia Tenggara.
Serangan serupa dipastikan akan terulang jika jaringan tersebut belum dilumpuhkan.
‘Tidak ada yang aman’
Lewat edaran yang disebarluaskan beberapa jam setelah insiden, ISIS menyatakan serangan di Jakarta tersebut sebagai salah satu kisah sukses.
Menurut Grup Intelijen SITE, edaran tersebut berbunyi:
“Dalam sebuah operasi keamanan khusus, kelompok pejuang kami yang tergabung dalam Khilafah di Indonesia menargetkan sekelompok pasukan kafir (yang menentang ISIS) di Kota Jakarta. Serangan ini dilakukan oleh empat orang pejuang kami –semoga Allah menerima mereka- dengan melakukan peledakan yang dikordinasi, dengan persenjataan ringan dan sabuk dengan bahan peledak, dan operasi tersebut berhasil membunuh hampir 15 orang kafir asal luar negeri dan sejumlah petugas keamanan, dan melukai beberapa orang lainnya.
Serangan tersebut juga menunjukkan masyarakat kafir dan yang berusaha melindungi mereka bahwa tidak ada lagi keamanan bagi mereka di negeri para Muslim setelah hari ini. Allah merestui dan Allah akan menang, namun kebanyakan orang tidak tahu.”
Seperti di Paris, operasi ISIS tidak menyasar tokoh-tokoh penting sebagai targetnya, karena perlindungan kepada para tokoh tersebut pasti sulit ditembus. Karenanya mereka menyasar pihak-pihak yang tidak terlindungi dengan baik seperti polisi, masyarakat dan turis.
Walaupun sejumlah rencana mereka berhasil digagalkan, para teroris ini akan belajar dari kegagalannya. Dengan meningkatkan kemampuan serangan bunuh diri mereka, serangan-serangan jaringan ISIS di Indonesia perlahan akan meningkat, termasuk menyasar tokoh-tokoh penting sebagai target mereka.
‘Tak dapat dimengerti’
ISIS saat ini tengah mempersiapkan untuk mendeklarasikan khilafah di Asia Tenggara, namun Indonesia telah menggagalkan rencana-rencana mereka di Sulawesi.
Dengan mengirimkan pasukannya lewat serangkaian operasi keamanan tahun lalu, pihak militer Indonesia dan Densus 88 perlahan melumpuhkan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), kelompok ekstremis yang berafiliasi dengan ISIS yang berpusat di Sulawesi.
Namun MIT masih menjadi tantangan, sementara sejumlah kelompok baru lainnya mulai bermunculan. Dengan bekerja sama dengan kelompok-kelompok ini, ISIS bertekad untuk menyerang Indonesia lagi dan sejumlah ibukota lainnya di Asia Tenggara.
Dibandingkan dengan Al-Qaeda dan Jemaah Islamiyah, ISIS dinilai lebih berbahaya. Pada akhir tahun 2016, jumlah warga negara Asia Tenggara yang berangkat ke Suriah untuk bergabung ISIS, al-Nusra, Ajnad al-Sham dan kelompok radikal lainnya akan meningkat lebih dari seribu orang.
Pemerintah negara-negara Asia Tenggara telah menyadari bahaya ancaman ISIS.
Mereka tidak dapat menghadapi gelombang serangan ISIS tanpa meningkatkan kemampuan intelijen pencegahan terorisme, investigasi dan taktis mereka.
Mereka juga tidak dapat mencegah ancaman ISIS tanpa adanya dukungan politik yang kuat dari pemerintah. Untuk menyukseskan perlawanan, amat penting bagi kepala negara dan pemerintahan untuk mengalokasikan dan menginvestasikan sumberdaya alam dan manusianya dalam menghadapi ancaman ISIS ke depannya.
Walaupun Densus 88 pasukan terlatih, jumlah mereka masih terlalu sedikit dibandingkan potensi ancaman yang ada. Densus 88 harus menambah kekuatannya dan memperluas daerah operasinya ke seluruh tanah air.
Upaya-upaya yang dilakukan ISIS untuk mendapatkan senjata dari Filipina dan Thailand memang gagal di tahun lalu. Namun tahun ini, mereka dipastikan akan mencoba kembali membuka jalur-jalur tersebut.
Mencegah serangan selanjutnya
Serangan di Jakarta akan menggerakkan para pendukung ISIS di Indonesia dan negara-negara tetangga lainnya. Namun setiap serangan teroris seharusnya dapat dimanfaatkan pemerintah untuk belajar dan mencegah serangan selanjutnya.
Terhitung ada 22 kelompok di Indonesia yang sudah berbaiat kepada Abu Bakar Al-Baghdadi, pemimpin ISIS. Mereka adalah inkubator ISIS di Indonesia.
Di saat ini, adalah legal bagi ISIS di bawah hukum Indonesia untuk menyebarkan propaganda, menghimpun dana, merekrut, menyediakan kebutuhan yang diperlukan, bahkan menyelenggarakan latihan militer. Para pengikutnya pun bebas menggelar pertemuan-pertemuan dan demonstrasi-demonstrasi dengan menggunakan atribut ISIS, bahkan membawa bendera ISIS.
Jika pemerintah Indonesia tidak mampu melumpuhkan kelompok-kelompok ini di tanah air, mereka juga pasti akan menyerang. Pemerintah seharusnya mengkriminalisasikan kelompok-kelompok radikan ini sebagai sinyal kuat bagi masyarakat luas bahwa ISIS adalah kelompok ilegal.
Rohan Gunaratna adalah kepala Pusat Internasional Riset Kekerasan Politik dan Terorisme di Sekolah S. Rajaratnam untuk Kajian Internasional, di Singapura. Opini yang dikemukakan dalam tulisan ini adalah milik dari penulis dan bukan dari BeritaBenar.