Lantunan ayat Quran dan tangis haru warga sambut Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal
2024.09.05
Jakarta
Vera Phillipe, seorang perempuan 27 tahun asal Nusa Tenggara Timur, memulai perjalanan dengan bayinya yang berusia delapan bulan, menempuh perjalanan sejauh 2177,5 km, terbang selama empat jam ke Jakarta, semuanya untuk satu tujuan: melihat sekilas Paus Fransiskus.
Pada Kamis pagi, Vera berdiri di antara ratusan warga Jakarta, di pinggir jalan, menunggu pemimpin tertinggi Katolik itu lewat. Sebuah mobil sederhana – untuk ukuran pemimpin negara – muncul dan Paus Fransiskus pun melambaikan tangannya, pertemuan singkat namun tak terlupakan bagi ibu dari bayi lelaki yang digendongnya itu.
"Saya berharap bayi saya bisa diberkati, saya sudah angkat-angkat tapi tidak bisa," kata Vera kepada BenarNews.
“Saya bisa melihat dari dekat dan saya gemetar, perasaan takjub sekali. Saya ingin jabat tangan dia tapi tidak bisa. Saya ingin mendapatkan berkatnya," kata dia.
Momen tak terlupakan Vera bertepatan dengan hari ketiga Paus di Jakarta, saat pemimpin umat Katolik mengunjungi Masjid Istiqlal dan menandatangani prasasti Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta.
Paus berusia 87 tahun itu menyempatkan melihat terowongan tersebut sebelum menuju masjid dan disambut hangat oleh Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar dengan iringan musik marawis.
Saat menyambut Paus, Imam Nasaruddin ditemani Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Antonius Subianto Bunjamin, Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo, serta tokoh Muslim Quraish Shihab, dan mantan wakil presiden Jusuf Kalla.
Nasaruddin Umar menegaskan Masjid Istiqlal tak hanya berfungsi sebagai masjid, tetapi merupakan rumah besar untuk siapa saja. “Siapa pun boleh masuk untuk mencari kebaikan bagi umat manusia. Kami berupaya melayani semua orang.”
Dia menjelaskan bahwa Terowongan Silaturahmi dibangun atas inisiatif bersama saat Presiden Joko “Jokowi” Widodo meninjau perkembangan proyek renovasi Masjid Istiqlal pada 7 Februari 2020.
Usulan tersebut antara lain membangun terowongan bawah tanah yang akan menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral yang ada di depannya. Kedua bangunan tersebut berdampingan namun dipisahkan oleh jalan raya.
Pembangunan dimulai pada 25 Januari 2021 dan selesai pada 20 September pada tahun yang sama. Di dalamnya terdapat karya seni yang terdiri dari kisah, lukisan dan diorama kebangsaan, kebudayaan dan toleransi.
Nasaruddin menambahkan pembangunan Terowongan Silaturahmi menjadi bukti peran Masjid Istiqlal sebagai wadah berbaur khususnya untuk kemajemukan bangsa.
Dalam pidatonya, setelah pembacaan Al-Quran dan Injil Lukas, Paus mengungkapkan kekagumannya terhadap terowongan bawah tanah, dan menyebutnya sebagai simbol yang menjembatani dua tempat ibadah, Islam dan Katolik.
"Terowongan ini membuka jalan bagi pertemuan, dialog, serta kemungkinan nyata untuk menemukan dan berbagi mistisisme hidup bersama, berbaur, bertemu, dan mengambil bagian dalam gelombang yang, meskipun agak kacau, dapat menjadi pengalaman persaudaraan yang nyata," kata Paus.
Menurut pemimpin umat Katolik tersebut, masjid juga merupakan rumah bagi seluruh umat manusia, menciptakan ruang kerinduan tak terbatas dan menjalin persahabatan bersama.
“Masjid adalah buah dari dialog antarumat, saling menghormati dan simbol perdamaian. Indonesia sebagai negara besar dipanggil untuk merawatnya mewujudkan masyarakat damai,” kata Paus.
Paus bahkan kembali mengucapkan semboyan Indonesia "Bhinneka Tunggal Ika" saat mengakhiri pidatonya.
Semboyan ini menandakan bagaimana orang Indonesia hidup dalam harmoni meskipun memiliki latar belakang budaya dan agama yang beragam, kata dia.
“Dengan pertolongan dan restu Tuhan, mari kita terus maju. Bhinneka Tunggal Ika! Berbeda-beda tetapi tetap satu," katanya.
Indonesia yang berpenduduk padat merupakan negara majemuk yang mengakui enam agama, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Buddha, Hindu, dan Konghucu, dengan sebagian besar penduduknya beragama Islam. Indonesia adalah rumah bagi 8,5 juta umat Katolik.
Dalam acara tersebut, Paus juga menandatangani deklarasi kemanusiaan di Plaza Masjid Istiqlal. Ia menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak yang mengedepankan persaudaraan global.
"Saya berdoa kepada Allah agar memberkati semua yang melewati terowongan ini dalam semangat kerukunan. The Lord be with you, now and forever," katanya saat penandatanganan deklarasi.
Pejabat Istiqlal, Ismail Cawidu, membacakan isi Deklarasi Istiqlal 2024. Tema deklarasi itu menyangkut persoalan kemanusiaan dan masalah lingkungan hidup.
Secara bergantian, para tokoh keagamaan membacakan isi deklarasi tersebut. Deklarasi tersebut mengedepankan nilai-nilai yang dianut oleh tradisi agama-agama harus dimajukan secara efektif, untuk mengalahkan budaya kekerasan dan ketidakpedulian yang melanda dunia.
“Sejatinya nilai-nilai agama harus diarahkan untuk meningkatkan budaya hormat, martabat, bela rasa rekonsiliasi dan solidaritas persaudaraan untuk mengatasi dehumanisasi dan kerusakan lingkungan.”
Deklarasi tersebut juga mengedepankan dialog antarumat beragama harus diakui sebagai sebuah sarana yang efektif untuk menyelesaikan konflik-konflik lokal regional dan internasional terutama konflik-konflik yang dipicu oleh penyalahgunaan agama.
Selain itu, keyakinan dan ritual-ritual agama kita memiliki kapasitas khusus untuk menyentuh hati manusia dengan demikian menumbuhkan rasa hormat yang lebih dalam kepada martabat manusia.
”Kami dengan tulus mengimbau semua orang yang berkehendak baik untuk mengambil tindakan tegas guna menjaga keutuhan lingkungan hidup dan sumber dananya karena kita telah mewarisinya dari generasi sebelumnya dan berharap dapat meneruskannya kepada anak cucu kita,” kata dia.
Usai foto bersama ketika Paus hendak meninggalkan masjid terbesar di Asia Tenggara itu, sebuah momen keakraban antara pimpinan tertinggi Vatikan tersebut dengan Imam Besar Masjid Istiqlal terekam kamera. Imam Nasaruddin membungkuk dan mencium kening Paus Fransiskus yang duduk di kursi rodanya. Sebagai balasan, Paus menggenggam tangan Nasaruddin, menciumnya, dan menempelkannya di pipinya.
Pada Kamis sore, Paus memimpin misa yang dihadiri oleh sekitar 100.000 umat Katolik di stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.
Mengenakan jubah putih sederhana, Paus melambaikan tangan kepada orang banyak dan mencium anak-anak kecil saat mengelilingi stadion utama dan Stadion Madya di dekatnya dengan mobil bak terbuka.
Menanggapi tantangan dalam membangun masyarakat yang adil dan mempromosikan perdamaian, Paus mengakui dirinya merasa berat menjalankan komitmen tetapi terus dilakukan semaksimal mungkin.
“Bahkan ketika kita telah melewati malam kegagalan dan masa-masa kekecewaan ketika kita tidak menangkap apa pun, kita selalu dapat mengambil risiko pergi ke laut dan melemparkan jala kita lagi,” kata Paus dalam misa itu.
Sebagai bagian dari perjalanannya selama 12 hari, Paus selanjutnya akan melakukan perjalanan ke Papua Nugini, Timor-Leste, dan Singapura, yang menandai perjalanan terpanjangnya sejak menjadi Paus.