Video Santoso Makan Anoa Beredar
2016.04.04
Palu

Potongan video amatir yang menampilkan aktivitas pimpinan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso alias Abu Wardah dan anak buahnya ketika dalam hutan beredar di kalangan wartawan Poso dan Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) akhir pekan lalu.
Video tanpa terdengar audio yang diyakini hasil rekaman handphone anggota MIT ditemukan pasukan TNI/Polri saat menggelar Operasi Tinombala 2016, Februari lalu. Video itu tampaknya sengaja dirilis ke publik.
Dalam video itu, Santoso dan pengikutnya tampak senang mendapatkan seekor anoa (sapi hutan) dan beberapa hewan yang dilindungi lainnya, seperti burung Maleo dan kuskus Sulawesi yang mereka buru untuk dimakan.
Video berdurasi kurang dari empat menit itu, diawali dengan Santoso memegang kepala anoa setelah disembelih, sementara seseorang tanpa terlihat wajahnya sedang menguliti bintang langka khas Sulawesi itu.
Kemudian Santoso dan sekitar empat pengikutnya membakar dan memasak daging. Setelah matang, mereka menyantap daging.
Santoso yang berambut gondrong tak terurus tampak berbicara sambil menunjukkan tangan ke arah orang yang merekam aktivitas mereka.
Sementara dalam sebuah video lain, terdengar Santoso menyerukan, "Ini daging anoa. Allah SWT memberikan rezeki kepada kita. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar," ujar Santoso menyantap daging sudah matang, “rasanya lezat.”
Dalam cuplikan lain, kelompok Santoso terlihat berlatih menembak. Di video mereka begitu mahir menguasai senjata laras panjang organik jenis M-16.
"Action, kunci-kunci," teriak Santoso saat memandu anggota latihan menembak di dalam hutan.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, 22 Maret 2016 lalu, memasukkan Santoso sebagai seorang teroris global karena teror yang dilakukannya dapat mengancam keamanan warga AS, keamanan nasional, kebijakan luar negeri atau ekonomi negara adidaya tersebut.
Rekaman Fonda
Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Hari Suprapto membenarkan video tersebut asli. Menurutnya, rekaman video didapat dari barang bukti hand phone dan handycam milik Dodo alias Fonda.
"Fonda itu ahli IT MIT dan calon menantu Santoso. Kami duga dia yang mengambil gambar aktivitas kelompoknya," kata Hari kepada BeritaBenar, Senin.
Hari meyakini, video itu direkam Fonda sebelum tewas ditembak oleh TNI/Polri saat melakukan penyergapan pada 28 Februari di Desa Torile, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso.
"Hand phone itu ditemukan di saku Fonda. Dari situ ditemukan gambar-gambar dan video aktivitas MIT dalam hutan, termasuk makan gading anoa, latihan menembak, dan lainnya," jelas Hari.
Dari rekaman video itu, tambahnya, aparat meyakini kalau komplotan Santoso sudah kehabisan bahan makanan sejak pasokan logistik terputus menyusul semakin gencar operasi TNI/Polri.
Tetapi, Santoso dan anak buahnya belum juga tertangkap. Padahal 2.000 TNI/Polri dalam Operasi Tinombala dikerahkan untuk mencari mereka.
"Memang tidak mudah karena medan di sana (Poso) susah," imbuh Hari.
Perpecahan di MIT
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen. Pol. Tito Karnavian yang tiba di Palu, Minggu 3 April 2016, mengatakan, berdasarkan informasi intelijen yang dia peroleh Santoso diketahui dalam “keadaan frustasi” karena sudah terjepit.
Bahkan, dua pengikutnya warga suku Uighur, China, sudah tidak percaya lagi dengan Santoso dan mencoba kabur dari kelompok inti MIT, katanya.
"Dari enam orang (Uighur), empat sudah tewas. Kini tinggal dua. Informasinya, yang dua ini mau meninggalkan Santoso tapi diancam oleh Santoso. Kalau meninggalkan kelompok itu akan ditembak," ungkap Tito.
Bukan hanya dua warga Uighur itu, tambah Tito, pengikutnya yang lain juga diancam dibunuh jika melarikan diri dari kelompok Santoso.
Tetapi, klaim Tito sulit mendapatkan konfirmasi dari pihak independen.
Sejak Operasi Tinombala 2016 dilakukan awal tahun ini, 10 anggota MIT telah tewas dan beberapa lainnya ditangkap. Seorang anggota Brimob juga tewas pada 9 Februari lalu.
"Kekuatan kelompok Santoso sudah semakin kecil. Dari 41 orang menjadi 29 orang kemudian terpecah dan makin melemah. Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama Santoso bisa ditangkap," harap Tito.
LSM pertanyakan
Tetapi Direktur Lembaga Pengembangan Studi Hukum dan Advokasi Hak Asasi Manusia (LPS-HAM) Sulteng, Mohamad Afandi mempertanyakan bila benar Santoso semakin terjepit, kenapa belum juga tertangkap.
"Jika sudah seperti itu kondisinya, seharusnya sudah bisa tertangkap. Tapi nyatanya sampai saat ini mereka belum tertangkap," tegas Afandi saat diminta tanggapannya.
"Memang ada yang ditangkap hidup dan mati, tapi itu hanya kaki tangan MIT bukan pimpinan dan pengikut utama MIT," tambahnya.
Terkait beredarnya video terbaru aktivitas Santoso, Affandi menyatakan itu adalah salah satu bukti kalau sisa-sisa anggota MIT belum terjepit seperti diklaim aparat.
"Nyatanya mereka berburu dan latihan menembak dengan santai. Itu kode kalau mereka masih beraktivitas meski dikepung ribuan aparat," tandasnya.