Anggota MIT yang Tewas Dipastikan Militan Uighur

Keisyah Aprilia
2016.04.27
Palu
poso 1000.jpg Polisi memperlihatkan barang bukti milik kelompok Santoso yang disita aparat dalam operasi di Poso, Sulawesi Tengah, 31 Desember 2015
Keisyah Aprilia/BeritaBenar

Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tengah (Sulteng) memastikan korban tewas yang ditembak aparat keamanan di Desa Patiwunga, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, Minggu malam, 24 April 2016, adalah militan etnis Uighur.

Ketua Satgas Operasi Tinombola yang juga Wakapolda Sulteng, Kombes. Pol. Leo Bona Lubis, mengatakan setelah dilakukan proses identifikasi di Rumah Sakit Bhayangkara Palu, diketahui bahwa mayat anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu bernama Mustafa alias Mus’ab.

"Mustafa alias Mus’ab berasal dari Uighur, Xinjiang, Tiongkok. Dia juga masuk dalam DPO (Daftar Pencarian Orang) yang sudah kami rilis beberapa waktu lalu," jelas Leo dalam pernyataan pers yang diterima BeritaBenar di Palu, Rabu.

Leo menambahkan hingga saat ini jenazah Mustafa masih disemayamkan di kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Palu untuk proses identifikasi lebih lanjut.

"Proses pemakaman belum diketahui, yang pasti mayatnya masih disemayamkan di sana," imbuhnya.

Seperti diberitakan sebelumnya bahwa korban dan tiga rekannya turun ke Desa Patiwunga untuk mencari makanan pada warga karena diduga mereka kekurangan logistik setelah kawasan pegunungan dikepung TNI/Polri.

Menurut Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Hari Suprapto, warga sempat memberi makanan untuk keempat pria tersebut. Setelah makan, mereka meninggalkan rumah warga.

"Belum jauh meninggalkan desa, mereka kepergok petugas yang datang sehingga terjadi baku tembak. Seorang kena tembakan dan tiga lainnya melarikan diri," jelas Hari.

Tersisa seorang lagi

Dengan tewasnya Mustafa, Polda Sulteng memastikan tersisa satu lagi warga Uighur yaitu Ibrahim bersama MIT pimpinan Santoso alias Abu Wardah. Kelompok itu sudah menyatakan dukungannya kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

"Sekarang hanya tertinggal satu orang lagi yang masih hidup bersama Santoso. Kami berharap dia akan tertangkap juga, hidup atau mati," tegas Leo.

Berdasarkan data intelijen, sebelumnya WNA asal Uighur yang bergabung bersama MIT di Poso berjumlah enam orang. Dari jumlah itu, empat orang termasuk Mustafa sudah tewas selama Operasi Tinombala. Sedangkan seorang lagi ditemukan mayatnya terapung di sungai.

Hingga kini, perburuan sisa anggota MIT masih terus dilakukan. Bahkan, pengejaran saat ini sudah kembali memasuki Kecamatan Poso Pesisir Selatan.

"Selain pengejaran di Kecamatan Lore Bersaudara, pengejaran juga dilakukan di Kecamatan Poso Pesisir Selatan setelah satu anggota MIT tewas tertembak di sana," tutur Hari kepada BeritaBenar.

Dia menyebutkan kelompok MIT saat ini benar-benar terpecah sehingga dibutuhkan patroli rutin agar pasukan TNI/Polri yang melakukan operasi tak kecolongan.

"Semua tempat di Kecamatan Lore Bersaudara hingga Kecamatan Poso Pesisir Selatan dijaga ketat. Selain itu ada personel yang melakukan patroli keliling secara rutin,” tegasnya.

“Kami berharap pergerakan yang terus diintensifkan ini bisa membuahkan hasil. Paling tidak sedikit demi sedikit melumpuhkan kekuatan mereka," tambah Hari.

DPR minta Santoso menyerah

Sementara itu, anggota Komisi III DPR RI, Ruhut Sitompul, meminta sisa-sisa anggota MIT yang diperkirakan 20-an orang lagi untuk segera menyerahkan diri.

Politisi Partai Demokrat itu mengaku, sejauh pelaksanaan Operasi Tinombala di Poso sudah cukup baik dan patut diberi apresiasi oleh seluruh masyarakat dan negara.

"Kepada komandannya, Santoso, lebih baik kau menyerahkan diri saja. Dari pada lama-lama di dalam hutan. Kembalilah ke jalan yang benar," kata Ruhut kepada wartawan saat melakukan kunjungan kerja di Palu, Rabu.

Meski Operasi Tinombala sudah berjalan dengan baik, tambahnya, DPR berharap permasalahan yang hingga mengganjal di Poso bisa segera diselesaikan.

Ruhut yakin dengan kepemimpinan Kapolda Brigjen. Rudy Sufahriadi, Santoso dan kelompoknya bisa dituntaskan. Tetapi tidak mudah juga karena medan di sana cukup sulit," ujarnya.

Anggota Komisi III lainnya, Supratman Andi Agtas, juga menyarankan Santoso lebih baik menyerahkan diri. Penyelesaian masalah tanpa kekerasan jauh lebih baik," kata politisi Partai Gerindra itu.

Menurut Supratman, apa yang dilakukan aparat dalam Operasi Tinombala sudah baik. Malah dia berharap operasi diperpanjang kalau Santoso dan pimpinan MIT lain belum berhasil ditangkap.

"Kami yakin mereka bisa tertangkap meski operasi terus diperpanjang," katanya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.