TPM: Banyak Tersangka Tidak Terkait Terorisme
2016.02.16
Jakarta
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa polisi sudah menetapkan 33 orang sebagai tersangka dalam kaitan aksi teror dan penembakan di Jalan Thamrin, Jakarta, 14 Januari lalu.
Hal itu dikatakan Luhut dalam rapat kerja dengan Komisi I dan Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Senin 15 Februari. Luhut memastikan bahwa ke-33 orang yang ditangkap di berbagai daerah di Indonesia itu adalah termasuk dalam jaringan terorisme.
Namun Tim Pembela Muslim (TPM), kelompok pengacara yang sering menjadi pengacara bagi tersangka tindak pidana terorisme mengatakan ada beberapa dari mereka yang sudah ditangkap mengaku tidak seperti dituduhkan dan tak terlibat apa-apa terkait terorisme.
Achmad Michdan, Koordinator TPM mengatakan bahwa dari pengalamannya menangani sekitar 200-an kasus tersangka terorisme dalam beberapa tahun terkahir, banyak dari mereka yang tidak tahu apa-apa ketika dikaitkan dengan aksi terorisme.
"Banyak dari mereka yang tidak punya sama sekali rasa benci terhadap negara, yang ada hanyalah rasa solidaritas sesama Muslim yang dizalimi," ujar Michdan kepada BeritaBenar di Jakarta, 16 Februari.
"Penangkapan-penangkapan itu lebih bersifat reaksioner. Namun ini juga bukan berarti kami tak mendukung upaya pencegahan terorisme. Yang penting adalah penanganannya jangan membabi buta dan akar masalahnya ditangani dengan baik," ujar Michdan.
Dia menambahkan, sejauh ini sudah ada sekitar 20-an keluarga mereka yang ditangkap polisi dalam sebulan terakhir menghubungi TPM. Mereka meminta TPM untuk mendampingi para tersangka terorisme dalam menghadapi proses hukum.
Sudah 33 orang ditahan
Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengatakan bahwa 17 dari 33 tersangka yang ditahan terkait dengan serangan di Jalan Thamrin. Sementara 16 lainnya tak terkait langsung dengan serangan teror yang menewaskan delapan orang, termasuk empat pelaku.
Badrodin, seperti dikutip sejumlah media di Indonesia, menyebutkan dari 33 orang yang kini ditahan, polisi berhasil menggali keterangan bahwa terdapat tiga kelompok yang terlibat dalam aksi teror.
Pertama adalah kelompok Hendro Fernando. Mereka mendapatkan aliran dana senilai Rp1,3 miliar dari Jordania, Irak dan Turki. Sebagian dari dana tersebut ada yang ditarik langsung serta dikirim ke Poso dan Filipina.
Kedua adalah kelompok Helmi. Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap jaringan kelompok ini dalam operasi di Sumedang. Mereka pernah berencana ingin menyerang Polda Metro Jaya dengan menggunakan bom mobil.
Ketiga adalah kelompok Indramayu yang mempunyai rencana bakal menyerang polisi saat berpatroli di jalan raya dengan senjata tajam.
Satu tewas di Bima
Kapolri juga menyebutkan bahwa tim Densus 88 yang melakukan penggrebekan di Kelurahan Pena To’i, Kecamatan Mpunda, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, menembak mati seorang terduga teroris dan menangkap dua lainnya.
Korban tewas diketahui bernama Fajar alias Chan alias Muhammad Fuad. Sedangkan dua yang ditangkap berinisial J dan IM. Mereka diduga berafiliasi dengan jaringan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah.
"Pelaku termasuk yang (pernah) melakukan penembakan terhadap patroli di Poso dan juga terlibat dalam pembunuhan Kapolsek, penembakan Kapolsek di Bima," kata Badrodin kepada wartawan di Kompleks DPR RI, Senin.
Jokowi pimpin pertemuan
Atas keberhasilan Indonesia menangani serangan pada bulan lalu, Presiden Joko Widodo diminta memimpin pembahasan mengenai upaya kontraterorisme dalam pertemuan puncak pimpinan negara-negara ASEAN dan Amerika Serikat (AS) di Sunnylands, California, awal pekan ini.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, terpilihnya Indonesia sebagai pemimpin sidang pertemuan itu karena negara-negara lain sangat terkesan dengan “kekuatan lunak” yang digunakan Indonesia dalam penanganan terorisme.
“Pendekatan yang dilakukan oleh Presiden Indonesia saat penanganan serangan teror di Jakarta pada tanggal 14 Januari sangat mendapatkan apresiasi dunia internasional,” ujar Menlu Retno di California hari Minggu, dalam siaran pers yang dikeluarkan oleh Sekretariat Kabinet.
“Kemanapun saya pergi, mereka pertama menyampaikan simpati dan rasa duka cita. Kedua mereka menyampaikan penghargaan apresiasi dan bahkan beberapa negara menyampaikan kekaguman terhadap apa yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menangani serangan tersebut.”
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengatakan dia akan menggunakan kesempatan tersebut untuk berbagi pengalaman sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia dalam membangun toleransi, mencegah radikalisasi serta memberantas terorisme.
Jokowi juga menyatakan Indonesia juga akan membahas pentingnya untuk melibatkan masyarakat, termasuk melalui media sosial, dalam melawan paham radikalisme dan terorisme.