TNI klaim kelompok separatis teror warga Papua
2023.04.14
Jakarta & Jayapura
TNI menyatakan pada Jumat (14/4) bahwa kelompok separatis Papua telah melakukan aksi teror dengan membunuh warga sipil dan aparat keamanan, mengusir warga pendatang, dan memaksa penduduk untuk meninggalkan rumah mereka, tuduhan yang dibantah oleh tentara pemberontak dan sejumlah organisasi hak asasi manusia.
Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih Kolonel Herman Taryaman menyebut Kelompok Separatis Teroris (KST) melakukan teror di wilayah Kabupaten Intan Jaya dengan membunuh masyarakat dan anggota TNI/Polri
“Gerombolan KST mengusir dan mengancam para pedagang khususnya mama-mama untuk tidak berjualan di Pasar. Jika melanggar, KST tidak segan membunuh mereka,” ujar Herman dalam keterangannya kepada BenarNews.
Kolonel Herman mengaku kelompok KST juga telah mengusir warga Kampung Mambak Sugapa Kabupaten Intan Jaya untuk mengosongkan kampung mereka yang menjadi medan konflik antara kelompok separatis dan aparat keamanan TNI/Polri.
“Gerombolan KST terus berulah, namun selalu memutarbalikkan fakta, dan memfitnah dengan memberitakan melalui media sosial, maupun memanfaatkan awak media lainnya untuk menyebar propaganda pemberitaan seolah-olah pelakunya adalah aparat keamanan TNI/Polri,” ucap Herman.
TPNPB dan kelompok HAM bantah klaim TNI
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM), membantah klaim TNI yang mengatakan pasukan separatis telah meneror penduduk sipil.
“Tidak benar, TNI polisi yang lakukan kejahatan, bakar rumah warga, dan juga bunuh warga sipil dan bakar di hutan. Kami bisa buktikan fakta jika PBB masuk,” kata Sambom kepada BenarNews.
Direktur Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia, sebuah lembaga hak asasi manusia (HAM) di Papua, Theo Hesegem, juga membantah klaim TNI tersebut seraya menyebutnya tidak masuk akal karena banyak keluarga TPNPB itu ada di Intan Jaya dan wilayah-wilayah Papua lainnya.
“Jadi tidak mungkin TPNPB mengusir keluarganya sendiri. Orang-orang TPNBP besar di wilayah-wilayah Papua. Jadi mereka mengenal baik masyarakat. Tidak logis mereka mengusir masyarakatnya sendiri,” jelas Theo saat dihubungi BenarNews.
Namun demikian, Theo mengakui kalau TPNPB pernah meminta warga non-Papua untuk meninggalkan wilayah konflik.
“Saya pernah dengar itu. Tapi itu sifatnya himbauan bukan mengusir. Karena TPNPB khawatir di dalamnya ada mata-mata TNI,” ujar Theo.
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Papua mendapatkan informasi dari warga sipil bahwa aparat gabungan TNI dan Polri melakukan penyisiran di Kampung Munimai, Kapubaten Intan Jaya pada Senin (11/4) dengan tembakan yang mengarah ke rumah-rumah warga sipil yang mengakibatkan belasan rumah terbakar.
“Hanya gereja yang dikabarkan tidak terbakar. Satu orang ibu dikabarkan tertembak di bagian paha kanan namun tetap melarikan diri ke hutan bersama warga lainnya,” terang KontraS dalam rilisnya.
Penyisiran itu, terang KontraS dilakukan sehari usai kontak tembak antara pasukan TNI Satgas Yonif Para Raider 305/Tengkorak dengan TPNPB di kampung Titigi, Kabupaten Intan Jaya yang menewaskan seorang prajurit TNI pada hari Minggu lalu.
Prajurit itu adalah tentara Indonesia keempat yang tewas dalam bentrokan dengan pemberontak separatis dalam sebulan terakhir.
Pada Kamis (13/4), terang KontraS, seorang perempuan lanjut usia, Damiana Mirip, ditemukan meninggal dengan luka tembakan di tubuhnya tidak jauh dari sebuah rumah yang dibakar di kampung Danggoa.
KontraS meminta Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan DPR untuk melakukan evaluasi atas kebijakan keamanan di Papua.
Penembakan pesawat sipil kembali terjadi
Pada Jumat (14/4) penembakan pesawat sipil kembali terjadi di wilayah Papua. Danrem 173/PVB Brigjen TNI Sri Widodo mengatakan penembakan kali ini menyasar pesawat Asian One jenis caravan dengan kode penerbangan PK LTF.
Menurut Widodo, pengembangkan terjadi sekitar pukul 06.30 WIT saat pesawat hendak mendarat di lapangan terbang Beoga, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
"Yang pasti pelaku adalah KKB yang sering mengganggu di wilayah Beoga dan saat ini anggota TNI dari Satgas Pamtas Yonif 303/SSM masih melakukan pengejaran," jelas Sri Widodo dalam keterangannya. KKB atau Kelompok Kriminal Bersenjata, adalah salah satu sebutan yang digunakan oleh aparat terhadap pejuang separatis bersenjata Papua.
Menurut Widodo dalam aksinya tembakan dari KKB mengenai bagian depan serta badan kiri pesawat.
Namun tembakan tidak berdampak besar sehingga pesawat masih bisa mendarat dengan selamat di lapangan terbang Beoga.
"Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut," kata Sri Widodo, menambahkan bahwa kondisi pesawat masih baik sehingga diizinkan untuk terbang kembali ke Timika.
TPNPB-OPM mengaku telah menembak pesawat Asian One itu, dengan alasan pesawat tersebut disinyalir membawa peralatan TNI.
"Pesawat tersebut dari luar masuk ke Beoga membawa peralatan TNI maka kami menembak tembakan pertama dan dia hendak mau kembali (terbang)," ujar Sambom dalam keterangan tertulis.
Sambom menyebut pihaknya kemudian kembali menembak pesawat tersebut hingga akhirnya terpaksa mendarat darurat di Bandara Beoga dan tidak kembali terbang.
"Kami sudah berulang kali sampaikan kepada pemerintah RI dan dunia internasional, namun pemerintah Indonesia masih saja kepala batu menerbangkan pesawat masuk di wilayah zona perang, maka kami akan targetkan pilot kali ini," terang dia.
Penembakan pesawat Asian One ini adalah yang terbaru dari serangkaian serangan terhadap pesawat sipil oleh kelompok separatis. Pada Maret, sejumlah pejuang separatis juga menembak sebuah pesawat kargo saat mendarat di Bandara Bilogai di Intan Jaya.
Pada awal Februari lalu, pesawat Susi Air jenis Pilatus Porter PC 6/PK-BVY hilang kontak di Bandara Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua. Tak berapa lama, TPNPB-OPM mengaku bertanggung jawab atas sabotase pesawat Susi Air dan telah menyandera pilotnya yang berkewarganegaraan Selandia Baru.
Dalam sebuah video yang dirilis oleh tentara separatis seminggu setelah penyanderaan pilot Philip Mehrtens, pimpinan kelompok separatis, Egianus Kogoya, mengatakan kelompoknya tidak akan ragu untuk menembak Mehrtens jika tim gabungan TNI-Polri terus mengejar mereka. Ia pun menyebut Mehrtens hanya akan dilepaskan jika Papua merdeka.
Hingga saat ini, TNI-Polri masih melakukan negosiasi untuk membebaskan Mehrtens.