Terdesak, Satu Anggota Kelompok Santoso Tewas Tertembak

Satu anggota MIT yang telah dimasukkan dalam daftar pencarian orang menyerahkan diri ke aparat TNI.
Keisyah Aprilia
2016.04.25
Palu
625-Santoso.jpg Sejumlah polisi berjaga-jaga di luar kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Palu, Sulawesi Tengah, 25 April 2016.
Keisyah Aprilia/BeritaBenar

Seorang pria yang diklaim sebagai anggota kelompok bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) ditembak mati pasukan TNI/Polri di Desa Patiwunga, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), Minggu malam, 24 April 2016.

Kabid Humas Polda Sulteng, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Hari Suprapto yang dikonfirmasi BeritaBenar, Senin, menyatakan korban berinisial M alias I tewas ketika terjadi kontak tembak dengan pasukan yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala 2016.

Operasi Tinombala yang melibatkan lebih 2.000 personel gabungan TNI/Polri sejak awal tahun ini dilancarkan untuk memburu kelompok MIT pimpinan Santoso alias Abu Wardah yang kini diperkirakan hanya tersisa kurang dari 30 orang.

Informasi dari berbagai sumber menyebutkan sebelum terjadi baku tembak, korban dan tiga rekannya turun ke Desa Patiwunga untuk mencari makanan karena diduga mereka kekurangan logistik setelah kawasan pegunungan dikepung TNI/Polri.

"Ada warga yang melihat mereka, kemudian langsung dilaporkan ke Pos Kotis Sektor 3 yang ada di Patiwunga. Dari situ kemudian dilakukan pengecekan," jelas Hari.

Menurut dia, warga sempat memberikan makanan untuk empat pria yang diyakini anak buah Santoso. Setelah makan, mereka meninggalkan rumah warga.

"Belum jauh meninggalkan desa, mereka kepergok petugas yang datang sehingga terjadi baku tembak. Seorang kena tembakan dan tiga lainnya melarikan diri," jelas Hari.

Dari lokasi aparat menemukan satu bom lontong aktif, ransel kecil berisi logistik dan sebilah parang. Setelah dievakuasi, jenazah segera diberangkatkan ke Palu untuk proses identifikasi di Rumah Sakit Bhayangkara.

Hingga kini, pengejaran terhadap tiga anggota MIT yang melarikan diri ke arah hutan dan pegunungan Kecamatan Poso Pesisir Selatan masih dilakukan tetapi sejauh ini belum ada hasil. Hari menduga mereka masih di seputaran Poso Pesisir Selatan.

Menyerahkan diri

Akibat gencarnya perburuan dan penyisiran yang dilakukan TNI/Polri, anggota MIT yang telah terafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) semakin terjepit dan diperkirakan sudah terpecah dalam kelompok-kelompok kecil.

Seorang anggota MIT yang telah dimasukkan dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh Polda Sulteng, Jumat, 22 April 2016 menyerahkan diri ke aparat TNI di Desa Masani, Poso Pesisir Selatan. Dia adalah Irfan Maulana alias Akil.

Menurut sumber di kalangan aparat, sebelum menyerah, Irfan yang melarikan diri dari kelompoknya mendatangi rumah mertuanya di Dusun Tamanjeka. Kepada mertuanya, dia mengaku ingin menyerahkan diri kepada TNI.

Keinginan tersebut disampaikan kepada Kepala Dusun Tamanjeka, Muh Sambara dan diteruskan ke Posko Tim 1 Satgas BIN. Pukul 18. 30 WITA, anggota tim Pos 1 Satgas BIN menjemput Irfan di rumahnya dan langsung dibawa ke Posko BIN di Jalan Pulau Roti, Kelurahan Gebangrejo, Kecamatan Poso Kota.

“Aparat sengaja menjemput dia usai shalat Maghrib agar tidak memancing perhatian warga,” kata sumber yang menolak disebutkan namanya.

Sambut baik

Kapolda Sulteng Brigjen Pol Rudy Sufahriadi membenarkan adanya satu anggota MIT yang menyerahkan diri. Dia menyambut baik niat baik anak buah Santoso menyerah.

"Benar ada yang menyerahkan diri. Kami masih akan mendalami siapa dan apakah benar yang bersangkutan bagian dari DPO. Kami mengapreasiasi para DPO yang mau menyerahkan diri," kata Rudy kepada BeritaBenar.

Dia menambahkan bahwa Irfan masih menjalani pemeriksaan lebih lanjut di Polres Poso. Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, Irfan Maulana mengaku sebagai anggota MIT.

"Selain mengakui bagian dari MIT, Irfan juga mengaku terlibat dengan beberapa aksi teror MIT di Poso," tutup Rudy.

Sejak Operasi Tinombala 2016 dimulai 10 Januari lalu hingga kini tercatat sudah 11 anggota MIT, termasuk empat warga etnis Uighur, tewas tertembak. Sedangkan lima anggota lainnya ditangkap hidup-hidup.

Sebelumnya, ketika menggelar Operasi Camar pada 2015, tujuh anggota MIT tewas dan 31 lainnya ditangkap aparat keamanan. Sebagian besar mereka yang ditangkap adalah simpatisan dan kurir kelompok militan tersebut.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.