Tencent Cina Luncurkan Pusat Data Pertama di Indonesia

Salah satu dasar pemilihan disebut karena pasar cloud Indonesia tumbuh tercepat di Asia Pasifik.
Ronna Nirmala
2021.04.12
Jakarta
Tencent Cina Luncurkan Pusat Data Pertama di Indonesia Orang-orang berjalan melewati stan Tencent di Pameran Internasional Cina untuk Perdagangan Jasa (CIFTIS) di Beijing pada 6 September 2020.
AFP

Perusahaan internet raksasa Cina, Tencent Holdings, melalui anak usahanya mengumumkan peluncuran pusat data pertama di Jakarta pada Senin (12/4), menyusul jejak Alibaba dan Google yang sudah lebih dulu memperluas jaringan infrastruktur bisnis komputasi awannya di Indonesia. 

Wakil Presiden Tencent Cloud International, Poshu Yeung, mengatakan pusat data internet (internet data center atau IDC) didirikan di Indonesia lantaran perusahaan mengincar pasar komputasi awan (cloud computing) dengan pertumbuhan besar dan jumlah populasi penduduk usia muda yang tinggi di Indonesia. 

“Indonesia memiliki dividen demografis internet yang besar dengan pasar internet mobile yang berkembang dengan cepat. Kami sangat senang dapat meluncurkan IDC pertama kami di Indonesia untuk membantu secara maksimal tercapainya potensi cloud computing di negara ini,” kata Yeung dalam rilis yang diterima BenarNews, Senin.  

Perusahaan menyebut pusat data di Jakarta akan mendukung beragam kebutuhan mulai dari layanan keuangan, internet, perdagangan online, hiburan, termasuk PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG)—salah satu gim yang dikembangkan Tencent, aplikasi musik Joox dan layanan film WeTV.

Selain itu, IDC di Jakarta juga mendukung jaringan infrastruktur bisnis perusahaan yang saat ini sudah tersebar di 27 wilayah dan 61 zona di dunia. 

Tencent Cloud mengatakan pusat data terletak di pusat bisnis Jakarta dan mulai Senin akan beroperasi optimal untuk melengkapi akses backbone dan jaringan dari semua penyedia layanan internet utama di Indonesia maupun global. 

“Peluncuran IDC ini di Indonesia memungkinkan Tencent Cloud untuk lebih dekat dengan pelanggan dan penggunanya demi mengurangi kelambatan akses terhadap data dan aplikasi, serta membantu bisnis dan organisasi di tanah air mempercepat transformasi digital mereka,” kata perusahaan itu dalam siaran persnya.

Tencent mengatakan pasar cloud Indonesia tumbuh paling cepat di Asia Pasifik, dengan rata-rata peningkatan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) sebesar 25 persen, sedangkan potensi pasarnya bakal mencapai U.S.$0,8 miliar atau sekitar Rp11,69 triliun pada 2023. 

Komputasi awan adalah layanan komputasi, termasuk server, penyimpanan, basis data, jaringan, perangkat lunak, analitik big data dan kecerdasan buatan, yang dijalankan secara daring agar prosesnya lebih cepat, hemat dan fleksibel.

Alih-alih membangun infrastruktur komputasi atau pusat data mereka sendiri yang mahal, perusahaan dapat menyewa akses pada penyimpanan, perangkat lunak dan lainnya melalui penyedia layanan awan.

Tidak disebutkan dalam rilis yang dikeluarkan Tencent tentang keamanan data yang dikumpulkan. Seperti misalnya apakah data tersebut tidak menjadi alat oleh pemerintahan Negeri Tirai Bambu itu untuk memata-matai Indonesia.

Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 2019, merilis Peraturan Pemerintah Nomor 71 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE) yang salah satunya mengatur perusahaan digital yang beroperasi di Indonesia wajib mendaftar ke pemerintah untuk mengetahui data-data yang digunakan. 

Untuk data yang bersifat strategis dan menyangkut publik, penempatan pusat datanya juga diwajibkan ada di dalam negeri. Regulasi tersebut juga sejalan dengan Rancangan UU Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP) yang saat ini memasuki pembahasan akhir di DPR RI. 

Alibaba Group menjadi perusahaan internet asing yang pertama membangun pusat datanya di Indonesia. Melalui anak usahanya, Alibaba Cloud, Alibaba meluncurkan pusat data pertamanya pada Maret 2018. Berselang satu tahun setelahnya, Alibaba kembali meluncurkan pusat data keduanya di Jakarta. 

Kedua pusat data tersebut menawarkan kapasitas dan kemampuan pemulihan akibat bencana yang lebih kuat, di samping juga keamanan dan kemampuan mengolah data dalam jumlah besar, sebut pernyataan Alibaba Cloud di situsnya. Perusahaan juga berencana meluncurkan pusat data ketiganya pada tahun ini. 

Kemudian pada Juni 2020, Google menyusul dengan meluncurkan Google Cloud Platform di Jakarta. Beberapa klien Google Cloud di Indonesia seperti Tokopedia, XL Axiata, Gojek, hingga Unilever. 

“Indonesia merupakan salah satu negara paling kreatif, dinamis dan berjiwa entrepreneur di Asia Tenggara,” kata CEO Google Sundar Pichai dalam peluncuran tahun lalu.  

Microsoft Corporation pada Februari 2021 mengumumkan komitmennya dalam membangun pusat data pertama di Indonesia yang menghadirkan layanan cloud terpercaya secara lokal dengan keamanan dan privasi kelas dunia, tulis rilis perusahaan. Investasi Microsoft ditargetkan dapat menghasilkan pendapatan baru hingga U.S.$6,3 miliar dari ekosistem pelanggan serta menciptakan 60.000 pekerjaan baru di Indonesia.  

Begitu pula anak usaha Amazon, Amazon Web Service (AWS) yang menargetkan peluncuran tiga pusat data di Indonesia pada akhir tahun ini.

Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) per November 2020, menunjukkan jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 73,7 persen dari populasi atau setara 197,7 juta pengguna atau naik 8,9 persen dari periode sebelumnya. 

Persaingan makin tajam 

Direktur Eksekutif Information and Communication Technology Institute di Jakarta, Heru Sutadi, mengatakan bertambahnya perusahaan internet besar dunia yang menanamkan bisnisnya menunjukkan Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan bagi pemain di industri komputasi awan ini. 

“Selama ada investasi yang ditanamkan di Indonesia, kita harus sambut. Sebab, Indonesia pasar yang menjajnjikan dan kebutuhan pusat data akan besar kini dan ke depan,” kata Heru kepada BenarNews. 

Kendati demikian, pemerintah dihadapkan dengan tantangan keamanan dengan semakin tajamnya persaingan dalam bisnis ini, sambungnya. 

“Persaingan akan semakin tajam--meski pelanggan utama pusat data yang dibangun adalah grup bisnisnya masing-masing. Tinggal bagaimana kedepan, ada security clearance terhadap pusat data yang ada agar menyesuaikan dengan aturan yang ada,” katanya. 

Selain keamanan, Heru mengatakan pemerintah juga masih harus membangun infrastruktur yang mendukung pusat data. 

“Secara menyeluruh infrastruktur belum mendukung. Ini jadi tantangan untuk melengkapi seperti catuan listrik, data recovery center yang benar-benar aman karena Indonesia masuk dalam Ring of Fire, termasuk kecepatan akses internet yang tinggi ke Tier-1 dan ke seluruh wilayah Indonesia,” tukasnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.