Singapura Umumkan Langkah Baru Tangkal Teror
2016.03.18
Singapura hari Jumat mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan langkah-langkah keamanan di negara pulau yang makmur itu dalam menanggapi meningkatnya ancaman kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Asia Tenggara.
Menteri Dalam Negeri Singapura K. Shanmugam, saat menjelaskan langkah-langkah tersebut mengatakan bahwa negara multi-etnis itu harus mencegah pendukung ISIS dan kelompok radikal lainnya di negara tetangganya, Malaysia dan Indonesia yang didominasi penduduk Muslim, dari infiltrasi ke wilayahnya.
"Ancaman serangan teror di sini ada pada tingkat tertinggi saat ini, jauh lebih besar daripada setelah 9/11 dan penangkapan anggota Jemaah Islamiyah," katanya, mengacu pada JI, kelompok militan Asia Tenggara yang terkait dengan al-Qaeda .
Dia mengatakan ISIS memberikan "ancaman yang secara kualitas berbeda dan jauh lebih berbahaya " dari apa yang pernah dilakukan al-Qaeda di wilayah tersebut.
Para pejabat Singapura sebelumnya mengatakan bahwa negara-kota itu menjadi target militan karena merupakan tempat perusahaan multinasional dan merupakan pusat keuangan regional.
Beberapa hari setelah serangan 11 September 2001 di New York dan Washington, pemerintah Singapura menangkap beberapa tersangka militan dan menggagalkan upaya untuk melakukan serangan bom menargetkan Amerika dan target asing lainnya di negara itu.
"Ada ancaman yang berlapis di wilayah ini – bersifat kompleks, saling berkaitan, kombinasi antara masalah agama, politik dalam negeri, mulai dari Myanmar hingga ke Indonesia," kata Shamugam dalam sebuah forum kementerian.
“Dan kita berada di tengah-tengah, sebuah oase yang tenang, dan menjadi target utama bagi semua."
Dia mengatakan Singapura akan memberlakukan peningkatan pemeriksaan keamanan di perbatasan-perbatasannya - terutama di perbatasan yang sangat sibuk dengan Malaysia - meningkatkan kewaspadaan di Bandara Internasional Changi dan di gedung-gedung pemerintah.
Ia juga menambahkan bahwa 10.000 kamera sirkuit tertutup akan dipasang di perumahan masyarakat dan di tempat parkir kendaraan bertingkat untuk mencegah ancaman tersebut.
"Kita memiliki beberapa kemungkinan Molenbeeks di sekitar kita," kata menteri itu, mengacu pada negara-negara tetangganya dan wilayah pinggiran di ibukota Belgia, Brussels, yang menjadi basis para militan yang terlibat dalam serangan di Paris yang diklaim oleh ISIS yang menewaskan 130 orang bulan November 2015.
Sebanyak 145 juta dari 200 juta orang yang ke Singapura setiap tahunnya melalui darat, laut dan udara masuk melalui dua pos pemeriksaan di perbatasan Malaysia, kata Shanmugam.
"Bukan lagi pertanyaan apakah akan ada serangan, tapi benar-benar, kapan serangan akan terjadi di Singapura, dan kita harus siap untuk itu," tambahnya.
Meskipun hingga kini Singapura dilengkapi dengan baik dan siap menghadapi ancaman teror, "sifat ancaman telah berubah, dan kita harus mengembangkan beberapa taktik baru berdasarkan apa yang kita lihat di Paris dan Jakarta," kata Shanmugam kepada wartawan secara terpisah hari Jumat, mengacu pada serangan teroris di pusat kota Jakarta 14 Januari lalu yang menewaskan delapan orang, termasuk empat pelaku.
Berbagai bentuk ancaman
Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa Singapura menghadapi ancaman dari kelompok radikal yang tumbuh di Malaysia dan Indonesia, serta dari penduduk Asia Tenggara yang pulang dari pertempuran mereka dengan ISIS di Timur Tengah.
Sekitar sebanyak 1.000 orang dari Asia Tenggara - terutama dari Indonesia dan Malaysia yang "rela mati" - telah melakukan perjalanan ke Suriah atau Irak untuk bergabung dengan ISIS dan beberapa dari mereka telah bergabung dalam jajaran Katibah Nusantara, unit tempur ISIS yang dipimpin oleh orang-orang Asia Tenggara dan secara eksklusif terdiri dari pejuang berbahasa Melayu, katanya.
Orang-orang Asia Tenggara di Suriah dan Irak juga telah mendorong pendukung ISIS di negara mereka untuk meningkatkan plot teror di Asia Tenggara, kata Shanmugam.
Situasi ini lebih menantang di Indonesia, kata Menteri Shanmugam, karena selain merupakan tempat di mana radikalisme tumbuh dan banyak militan yang kembali dari luar negeri, undang-undang antiteror Indonesia lemah dan pemerintah Indonesia tahun ini akan membebaskan 150 orang yang dihukum atas tuduhan terkait terorisme yang belum diradikalisasi.
Dia mencontohkan bagaimana Singapura sebelumnya telah menahan empat orang Indonesia yang sedang transit di Singapura untuk pergi ke Suriah. Singapura mendeportasi keempat orang tersebut, tetapi pihak berwenang Indonesia harus melepaskan mereka karena tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk menahan mereka.
‘Orang bersih’
Di Malaysia, pemerintah tahun lalu menggagalkan tujuh plot teror dan menangkap lebih dari 100 orang yang dicurigai terkait dengan ISIS. Para tersangka termasuk pejabat pemerintah seperti para komandan, polisi dan pegawai negeri sipil, kata Shanmugam.
"Di Malaysia, ada juga ancaman besar yang ditimbulkan oleh “orang bersih”, orang-orang tanpa catatan kriminal dan tidak berada di bawah pengawasan badan keamanan," menurut menteri.
"Mereka digerakkan bersama melalui media sosial. Pada April tahun lalu, Malaysia menahan 12 militan, semua “orang bersih”. Jika mereka ingin melakukan perjalanan, mereka tidak akan terdeteksi pejabat imigrasi," kata menteri itu.
Langkah untuk memperkenalkan upaya keamanan baru dilakukan dua hari setelah Kementerian Dalam Negeri mengumumkan empat orang telah ditangkap dan ditahan di bawah Internal Security Act (ISA) Singapura atas dugaan bahwa mereka berencana untuk berjuang dalam konflik di Yaman dan Suriah. Undang-undang negara itu memungkinkan Singapura untuk menahan tersangka tanpa pengadilan atau memonitor dan membatasi gerakan mereka.