Gunung Sinabung Terus Meletus, Status Masih Tetap Awas
2015.09.23
Sumatera Utara
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara terus mengalami erupsi. Erupsi terakhir terjadi pada hari Rabu, 23 September 2015, sekitar pukul 13.40 WIB. Lontaran abu vulkanik mencapai 1.500 meter mengarah ke kawasan Berastadi dan Kabanjahe, bagian timur dan tenggara gunung.
"Iya. Erupsi masih berlangsung hingga kini," kata Windi Cahya, Petugas Pos Pemantau Gunung Sinabung, saat dikonfirmasi BeritaBenar, Rabu sore 23 September.
Erupsi gunung api itu berupa pertumbuhan kubah lava yang diikuti guguran material kubah lava disertai awan panas.
“Jangkauan material gugurannya dari puncak ke bawah antara seribu meter sampai 4.500 meter, ke arah timur, tenggara, atau selatan. Tiga arah itu berganti-ganti,” kata dia.
Karena kondisinya yang terus erupsi, status Gunung Sinabung masih belum beranjak dari Level IV atau level Awas. Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika mengakui, kondisi Gunung Sinabung setahun terakhir ini belum berubah.
“Statusnya masih Awas Erupsi masih berlangsung terus . Gempa tremor terus menerus, aktivitas tinggi dan potensi erupsi susulan masih tinggi. Radius yang dikosongkan adalah 7 km disisi selatan-tenggara dan 6 km di timur,” kata Gede.
Melampaui Gunung Merapi
Gede mengatakan, laju pertumbuhan volume kubah lava gunung api itu saat ini berkisar 3 meter kubik per detik.
Menurut Gede, dengan laju pertumbuhan kubah lava tersebut, perkiraannya volume material yang dilepaskan Sinabung sudah melampui erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada 2010.
“Erupsi Merapi dilepaskan sekaligus, kalau Sinabung dicicil,” kata dia.
Erupsi yang sudah berlangsung selama dua tahun itu, sudah mengubah wajah gunung Sinabung. Kini di salah satu lerengnya di arah tenggara puncak gunung itu misalnya, sudah bertambah satu gundukan bukit baru.
Dua minggu terakhir intensitas aktivitas Gunung Sinabung (gambar, kiri) cenderung intensif.
“Saat intensitasnya tinggi seperti sekarang, dalam sehari awan panas bisa lima kali dengan jarak jangkauan tiga kilometer, dan maksimum 4,5 kilometer,” katanya.
Gede belum bisa memperkirakan berakhirnya aktivitas letusan Gunung Sinabung.
Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, erupsi Gunung Sinabung sangat unik. Aktivitas erupsi yang naik turun menyebabkan pengungsi harus bolak-balik dari rumahnya ke pengungsian.
“Sampai kapan erupsi akan berakhir tidak ada yang tahu. Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana juga harus segera dilakukan,” ujar Sutopo.
Percepatan relokasi
Awal pekan ini, Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas kabinetnya dan memutuskan untuk mempercepat relokasi warga yang terkena bencana erupsi Gunung Sinabung tahun 2013 lalu. Presiden Jokowi mengatakan, sampai saat ini, penanganan terhadap warga yang terkena erupsi Sinabung masih berjalan sangat lamban.
"Dan sampai hari ini, saya sudah dapatkan datanya, enggak tahu (bagaimana) di lapangannya. Ada 122 unit untuk warga desa, 128 unit untuk warga Sukameria, dan masih tersisa 103 unit warga Desa Simacem, sesuai dengan target saya sebelumnya 31 Agustus lalu," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas di kantornya, Senin, 21 September 2015 lalu.
Jokowi berpesan, relokasi bagi pengungsi ditargetkan selesai akhir tahun ini. Apalagi dia sudah menandatangani Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 2015 tentang Satuan Tugas Percepatan Relokasi Korban Terdampak Bencana Erupsi Gunung Sinabung.
Jokowi sendiri dijadwalkan mengunjungi lokasi relokasi pengungsi Gunung Sinabung pada hari Kamis ini sebelum melanjutkan melihat lokasi kebakaran hutan di Pekanbaru dan Jambi.
Kapusdatin BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan ada tiga hal yang harus ditangani di Sinabung. Pertama adalah pemenuhan kebutuhan dasar bagi 10.184 jiwa (3.030 KK) pengungsi dari 11 desa yang tersebar di 10 pos pengungsian.
Kedua, relokasi bagi 2.053 KK (6.179 jiwa) dari 7 desa yang dinyatakan dilarang untuk kembali ke desa asalnya. Mereka saat ini tinggal di hunian sementara. Relokasi tahap pertama adalah 370 KK dari Desa Sukameriah, Simacem, dan Bekerah.
“Kompleks perumahan untuk relokasi warga sudah dibangun di Desa Siosar, Kecamatan Merek, Tanah Karo. Pembangunan rumah relokasi ini hampir rampung dan sebagian warga yang telah menerima kunci sudah ada yang menempati rumahnya,” jelas Sutopo.
Ia melanjutkan, kediaman yang masing-masing memiliki luas tanah 100 meter persegi itu telah dilengkapi fasilitas air bersih, listrik, dan perabotan rumah tangga.
Korban letusan enggan pindah
Namun, masih banyak diantaranya yang enggan menempati rumah relokasi, karena belum tersedianya lahan yang dijanjikan pemerintah untuk diolah.
"Masalahnya ya itu, lahan pertaniannya belum ada. Kalau itu udah ada, udah senang kami," kata Johannes Ginting, salah seorang warga. Johannes sendiri sudah menempati rumah jatah tersebut.
Wakil Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erry Nuradi saat bertemu Presiden mengatakan, pemerintah akan memberikan lahan pertanian seluas 0,5 hektare kepada para korban. Erry menyebutkan, dari total wilayah terdampak, terdapat 10 desa yang akan direlokasi ke tempat yang berada di radius 3 hingga 5 kilometer.
"Maka, Presiden tadi tanya kesiapan tanah di lokasi ini, karena tanah yang akan diberikan kepada pengungsi bukan hanya tanah tapak bangunan, tetapi juga tanah untuk lahan pertanian. Masing-masing KK akan dapat 0,5 hektare, jadi (total) ada 185 hektare," kata dia.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei menyampaikan bahwa saat ini pemerintah tengah menyiapkan lahan untuk huntap dan lahan pertanian itu.
"Sedang dalam proses land clearing. Diharapkan pada akhir tahun semua sudah selesai," ujar dia.
Dia menambahkan, ini sesuai dengan perintah Presiden agar persoalan pengungsi Gunung Sinabung bisa selesai sebelum akhir tahun, sehingga warga tidak terlalu lama tidur di lokasi pengungsian.