Sekelumit Kisah Istri Terduga Teroris yang Tewas di Poso

Keisyah Aprilia
2016.02.16
Palu
160216_ID_Poso_1000 Fitriana (dua dari kanan) didampingi anak, seorang kerabat dan anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) Sulawesi Tengah berjalan ke kamar jenazah RS Bhayangkaran di Palu, 13 Februari 2016.
BeritaBenar

Fitriana (30) berusaha menahan tangis, tanpa harus menampakkan kesedihan kepada orang lain setelah melihat pria yang dicintainya terbujur kaku di kamar jenazah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Sabtu, 13 Februari 2016.

Setelah sempat membangun mahligai rumah tangga hingga memiliki empat anak, Fitriana harus menelan pil pahit karena kematian suaminya secara tragis, diterjang timah panas aparat keamanan.

Agus Riyanto alias Farhan adalah suami Fitriana. Agus merupakan satu dari dua korban tewas – yang diduga anggota kelompok bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) – dalam baku tembak dengan polisi di Desa Sanginora, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, 9 Februari lalu. Dalam insiden itu, seorang anggota Brimob, Brigadir Wahyudi Syaputra, juga tewas.

Fitriana mengakui, sudah lama tidak bertemu Agus. Terakhir, ia bertemu empat tahun lalu ketika mereka tinggal di Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Kemudian, Agus pergi meninggalkan rumah tanpa pamit dan tidak menitip pesan kepadanya.

"Abi (panggilan akrab Agus) pergi begitu saja. Tidak ada pamit dan tak ada pesan satu pun yang beliau dititipkan pada saya dan anak-anak," tutur Fitriana kepada BeritaBenar yang ditemui di  Bhayangkara Palu.

Tak tahu aktivitas suaminya

Perempuan yang hari itu tampil dengan cadar hitam mengaku tak tahu aktivitas Agus setelah pergi meninggalkannya bersama keempat buah hati mereka. Yang ia tahu sebelum pergi, suaminya adalah pria yang baik, taat ibadah dan tertutup dengan orang lain.

"Tapi, kalau di rumah Abi cukup terbuka kepada saya dan anak-anak. Tidak ada yang dia tutupi, kecuali kepada orang lain yang tidak dikenalnya," tuturnya.

Fitriana yang mengaku asal Bone, Sulawesi Selatan, belum yakin kalau suaminya terlibat dalam jaringan bersenjata MIT pimpinan Santoso alias Abu Wardah di Poso. Santoso diklaim telah berafiliasi dengan kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

"Sampai saat ini pun saya tak tahu kenapa suami saya bisa jadi korban meninggal dunia dalam musibah di Poso," imbuh Fitriana, dengan mata berkaca-kaca.

Semasa hidup dan tinggal bersama Fitriana di Tanah Grogot, Agus berprofesi sebagai petani di lahan keluarga yang disewanya. Bekerja di kebun itu, Agus begitu ulet menanam berbagai jenis sayuran dan buah-buahan.

"Hasil panen dari kebun dijual di pasar. Uang dari jualan itu, kami gunakan hidup bersama anak-anak," jelas Fitriana yang tak mau menjelaskan secara detil kapan ia bertemu pertama dengan pria yang menikahinya.

Agus berasal dari Jawa Timur. Awalnya, dia masuk ke Sulawesi di Kabupaten Palopo, Sulawesi Selatan. Dia ikut bersama orang tuanya yang ikut transmigrasi. Di sana, Agus tumbuh dewasa hingga menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dari Palopo, dia kemudian merantau ke Kalimantan hingga akhirnya menikah bersama Fitriana.

Masuk DPO

Kepala Bidang Humas Polda Sulteng, AKBP Hari Suprapto yang dikonfirmasi BeritaBenar di Palu mengatakan bahwa Agus sudah dimasukkan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Polri sejak tahun 2012. Tapi polisi tak bisa memastikan kapan dia mulai bergabung dengan MIT.

"Persisnya kapan dia gabung dengan MIT kami masih selidiki. Keterlibatan Agus dalam kelompok Santoso adalah sebagai kurir aktif. Selain untuk mengantarkan logistik, dia juga pengantar orang yang mau bertemu Santoso,” kata Hari.

Hari menambahkan bahwa begitu juga dengan korban tewas lain teridentifikasi bernama Sukardin alias Din. Korban yang juga sudah masuk DPO berperan sama dengan Agus sebagai kurir. Mereka berdua diketahui berdomisili di Desa Uedele, Tojo Unauna dan di Desa Malino, Morowali Utara.

"Domisili mereka itu terdata sama kami. Karena mereka terus berpindah-pindah sehingga sulit ditangkap. Hingga razia di Sanginora, mereka kedapatan hendak mengantar logistik kepada Santoso. Mereka ketahuan dan lebih dulu menembak Brimob yang razia sehingga dilumpuhkan dengan tembakan," ungkap Hari.

Menurut Hari, dari data Polda keduanya tidak terlibat langsung dalam aksi teror yang dilancarkan kelompok MIT. Begitupun, mereka secara tak langsung terlibat dalam pemasokan logistik, orang yang ingin bergabung, dan logistik perang MIT.

"Dari barang bukti yang diamankan pasca baku tembak, terlihat mereka hendak mengantarkan logistik dan beberapa peralatan perang pada Santoso. Selain bom rakitan jenis granat, juga ditemukan senjata api dan amunisi," jelas Hari.

Dimakamkan di Poso

Tim Pengacara Muslim (TPM) Sulteng, Andi Akbar menyebutkan, kedua jenazah telah diserahkan Polda kepada keluarganya masing-masing. Kedua jenazah telah dikebumikan di tempat pemakaman umum Kelurahan Kayamanya, Kecamatan Poso Kota, Minggu, 14 Februari.

"Pemakaman di Poso atas permintaan kedua keluarga. Karena menurut mereka butuh waktu lama lagi jika harus membawa jenazah ke domisili mereka masing-masing. Istri Din tinggal di Morowali, sementara istri Agus di Kalimantan. Lalu, mereka putuskan untuk memakamkan di Poso saja," jelasnya.

Kedua korban teridentifikasi setelah istri mereka memastikan dari beberapa ciri-ciri yang dilihat langsung saat mendatangi kamar jenazah RS Bhayangkara.

Fitriana meyakini jenazah itu adalah suaminya setelah melihat tanda lahir di kaki Agus. Selain itu, susunan gigi yang tidak rata menguatkan Fitriana kalau jenazah itu benar-benar suaminya.

Tak berbeda dengan istri Din, yang juga meyakini jenazah lain adalah suaminya setelah melihat tanda lahir di punggungnya.

"Dari kepastian itu, kami meminta kepada Polda untuk tidak lagi menunggu hasil pencocokan DNA karena memakan waktu lama, sementara jenazah harus segera dimakamkan. Akhirnya Polda mengizinkan kedua jenazah itu dibawa pulang ke Poso untuk dimakamkan," pungkas Andi.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.