Pemerintah Beri Santunan Rumah dan Beasiswa Bagi Keluarga Awak Nanggala-402
2021.04.29
Jakarta

Pemerintah bakal menyalurkan santunan berupa rumah tinggal serta jaminan biaya pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi kepada keluarga 53 awak kapal selam yang tenggelam di dasar perairan Bali pada pekan lalu, demikian Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada Kamis (29/4).
Jokowi memerintahkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono untuk mengatur mekanisme pelaksanaan bantuan tersebut.
“Nanti ibu-ibu sekalian akan juga dibangunkan rumah yang tempatnya terserah, nanti kami mengikuti semuanya, bisa di Gresik, Sidoarjo, atau tempat lain,” kata Jokowi saat menemui keluarga awak kapal di Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis.
KRI Nanggala-402 ditemukan di dasar laut dalam keadaan terbelah tiga pada Minggu, empat hari setelah hilang kontak saat melakukan latihan penembakan torpedo di perairan utara Bali. Panglima TNI mengatakan seluruh awak kapal dinyatakan gugur dalam kecelakaan itu.
“Atas nama negara, atas nama pemerintah, atas nama rakyat, saya menyampaikan duka cita yang mendalam atas gugurnya para patriot KRI Nanggala 402. Semoga arwah Beliau-Beliau diterima di sisi-Nya, diberi tempat terbaik, diampuni dosa-dosanya,” ucap Jokowi.
Selain pemberian santunan, Jokowi mengatakan negara turut memberikan Bintang Jalasena kepada 53 awak KRI Nanggala-402 serta kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi kepada mereka.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang turut mendampingi Jokowi dalam kunjungan di Sidoarjo, berharap agar keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan.
“Dari Presiden sendiri menaruh perhatian yang besar. Para menteri-menteri terkait telah diberi instruksi untuk menjaga masa depan seluruh keluarga awak kapal Nanggala-402,” kata Prabowo.
“Karena itu, sekali lagi saya berharap keluarga yang ditinggalkan akan bangga, tegar, dan menjaga keharuman nama para prajurit TNI yang telah memberi segala-galanya demi Negara, Bangsa, dan Tanah Air,” tutupnya.
Jokowi bersama keluarga korban direncanakan akan memberikan penghormatan kepada awak kapal Nanggala-402 dengan prosesi tabur bunga dari KRI dr. Soeharso 990 di Laut Bali pada Jumat.
KRI Nanggala-402 diduga tenggelam akibat gelombang besar bawah laut yang terjadi bertepatan dengan karamnya kapal selam tersebut, sebut Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI AL (Danseskoal) Laksamana Muda Iwan Isnurwanto dalam keterangan pers, Selasa.
Iwan mengatakan gelombang besar itu terdeteksi melalui citra satelit Himawari 8 milik Jepang dan satelit milik Eropa. Satelit itu menggambarkan adanya gelombang kurang lebih sekitar 20 kilomil dengan daya kuat sekitar 2 juta hingga 4 juta liter kubik air yang menggulung di bawah laut hingga menyebabkan gangguan fatal pada KRI Nanggala-402.
Diperkirakan KRI Nanggala-402 telah melakukan penyelaman hingga sekitar 13 meter kemudian tergulung gelombang besar.
“Kenapa internal wave, karena ada gerakan yang sangat masif, perbedaan dari berat ke ringan ini melibatkan ombak yang begitu besar. Tapi ingat, ini di dalam, internal wave,” katanya.
Dalam pencariannya, Indonesia turut dibantu armada dari negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Australia yang mengirimkan kapal mereka serta Amerika Serikat yang mengirimkan pesawat pengintai maritimnya, P-8 Poseidon.
KRI Nanggala-402 dibuat oleh perusahaan Jerman, Howaldtswerke-Deutsche Werft pada tahun 1977 dan mulai digunakan oleh TNI AL pada 1981. Pada periode 2009 ke 2012, KRI Nanggala menjalani pemeliharaan menyeluruh di Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering di Korea Selatan.
TNI mengatakan bahwa kapal selam tersebut dalam keadaan layak digunakan dalam pelatihan militer yang rencananya akan diadakan pada 22 April, namun kehilangan kontak sehari sebelumnya.
Bangkai kapal akan diangkat
TNI AL berencana untuk mengangkat bangkai KRI Nanggala-402 yang memiliki berat hingga 1.395 ton dan panjang 59,5 meter itu dengan menggunakan kapal milik Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
“Kami akan ajukan untuk dilakukan pengangkatan, dan kami sudah koordinasi dengan SKK Migas karena mereka yang memiliki kemampuan untuk mengangkat kapal tersebut,” kata KSAL Yudo di Sidoarjo.
Yudo mengatakan hingga saat ini posisi KRI Nanggala-402 masih belum bergeser dari sejak pertama kali berhasil dideteksi di kedalaman sekitar 800 meter. TNI juga masih melakukan pengawasan di sekitar lokasi tenggelamnya kapal selam tersebut, lanjutnya.
“Minta doanya saja supaya kapalnya bisa segera diangkat. Saat ini masih rapat dan dihitung berapa beratnya dari gambar-gambar tersebut,” lanjut Yudo.
Asisten Perencanaan KSAL Laksamana Muda Muhammad Ali pada Selasa, mengatakan saat ini beragam metode pengangkatan tengah dikaji mengingat lokasi karamnya kapal selam sangat dalam.
Beberapa metode tersebut di antaranya dengan menusuk, mengait, menggunakan balon udara, hingga metode hembusan yakni dengan memasukkan selang-selang ke dalam kapal dan menghubungkannya dengan tangki pemberat pokok.
“Nah rencana kita itu masih kita diskusikan bagaimana caranya mengangkat, karena kedalamannya ini tidak dangkal ya,” kata Ali.
Mantan KSAL Ade Supandi mengatakan bangkai KRI Nanggala-402 sebisa mungkin perlu dibersihkan agar tidak membahayakan perjalanan kapal selam lainnya. Pasalnya, lokasi tenggelamnya KRI Nanggala-402 tersebut merupakan tempat latihan kapal selam AL.
“Pada dasarnya dilihat kondisi di Laut Bali itu tempat tenggelamnya Nanggala bukan lokasi pelayaran tapi pelatihan kapal selam AL,” kata Ade dalam wawancara dengan CNNIndonesia TV, “sehingga itu harus selalu dipangkas sampai dasar karena akan membahayakan pelayaran bagi kapal selam.”