Santoso Lolos dari Kepungan
2016.05.05
Palu
Santoso alias Abu Wardah dan 20-an anak buahnya dilaporkan lolos dari kepungan ribuan TNI/Polri yang menggelar operasi perburuan terhadap kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu di pedalaman Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng).
"Informasi terakhir yang kami peroleh mereka sudah berpindah ke sana (Poso Pesisir Selatan). Dikatakan lolos dari kepungan, iya karena kenyataannya sudah demikian," ujar Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Hari Suprapto, saat dikonfirmasi BeritaBenar, Kamis, 5 Mei 2016.
“Berdasarkan hasil evaluasi di lapangan, diketahui kelompok yang sebelumnya telah terpecah, kini kembali lagi ke tempat persembunyian awal di Poso Pesisir Selatan,” jelasnya.
Operasi Tinombala 2016 yang bertujuan untuk menangkap Santoso dan anak buahnya akan berakhir pada 8 Mei namun belum berhasil menemukan kelompok yang telah berbaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu. Walaupun sebelumnya operasi yang diperkuat sekitar 2000 TNI/Polri tersebut dikatakan telah mengepung tempat persembunyian MIT dan menutup alur logistik MIT.
Sumber intelejen mengatakan kelompok militan itu sangat menguasai medan hutan dan pegunungan Napu di Kecamatan Lore Bersaudara yang meliputi Lore Piore, Utara, Tengah, dan Selatan, sehingga mereka dapat melewati kepungan ribuan aparat gabungan TNI dan Polri.
Personel digeser
Hari menyatakan di Kecamatan Lore Bersaudara tetap disiagakan aparat gabungan, namun tidak maksimal seperti sebelumnya. Saat ini, kekuatan TNI dan Polri digeser untuk melakukan penyisiran di hutan dan pegunungan daerah Poso Pesisir Selatan.
"Untuk penyisiran tinggal menunggu arahan Kapolda, yang pasti seluruh personel baik dari TNI dan Polri sudah bersiap. Ini dilakukan karena kelompok tersebut sudah diketahui persembunyiannya," katanya.
"Di Poso Pesisir Selatan akan dibangun pos kotis atau markas bersama TNI dan Polri seperti di Kecamatan Lore Bersaudara," tambah Hari.
Ia mengatakan beberapa anak buah Santoso terlihat di beberapa wilayah Poso Pesisir Selatan. Mereka ada yang terlihat berjalan dalam perkebunan warga atau masuk ke pedesaan untuk meminta makanan.
"Yang terakhir beberapa pekan lalu, empat anak buah Santoso masuk ke desa untuk meminta makan pada warga. Setelah ketahuan seorang dari mereka tewas ditembak karena melakukan perlawanan," ujar Hari.
Setelah dilakukan identifikasi, korban yang tewas pada 24 April itu diketahui berasal dari etnis Uighur yaitu Mustafa alias Mus’ab. Kini hanya tersisa seorang lagi militan Uighur bersama Santoso setelah lima lainnya tewas ditembak aparat keamanan.
Perlu evaluasi operasi
Direktur Lembaga Pengembangan Studi Hukum dan Advokasi Hak Asasi Manusia (LPS-HAM) Sulteng, Moh Affandi, menyebutkan lolosnya Santoso dari kepungan TNI/Polri menandakan pimpinan MIT itu “telah berhasil mempecundangi” ribuan aparat yang selama ini mengejarnya dengan peralatan tempur canggih.
"Saya berani katakan demikian karena faktanya Santoso dan anak buahnya bisa lolos dari kepungan," ujar Affandi saat BeritaBenar meminta tanggapannya.
Menurutnya, keberhasilan Santoso lolos tak masuk akal karena ribuan TNI/Polri telah mengepungnya. “Tapi nyatanya ribuan TNI dan Polri kelabakan mengejar kelompok yang hanya tersisa 20-an orang itu,” tegasnya.
Affandi kembali mendesak Polri/TNI mengevaluasi pola operasai untuk mengetahui kekurangan sehingga sisa-sisa anggota MIT sangat sulit ditemukan.
"Itu bagaimana? Ribuan personel diturunkan, tapi tidak mampu menangkap puluhan orang? Makanya perlu evaluasi lebih mendalam lagi. Jangan sampai kecolongan dan operasi ini gagal," tandas Affandi.
Sejak Operasi Tinombala 2016 dimulai 10 Januari lalu tercatat sudah 11 anggota MIT, termasuk lima warga etnis Uighur, tewas tertembak serta lima lagi ditangkap hidup serta seorang menyerahkan diri.
Sebelumnya dalam Operasi Camar tahun 2015, tujuh anggota MIT tewas tertembak dan 31 lainnya ditangkap aparat keamanan. Sebagian besar mereka yang ditangkap adalah simpatisan dan kurir kelompok militan tersebut.