Warga Aceh selamatkan sejumlah pengungsi Rohingya dari perahu yang terbalik

Satu dari enam pengungsi yang diselamatkan mengaku mereka dalam perjalanan ke Australia.
Nurdin Hasan
2024.03.20
Banda Aceh
Warga Aceh selamatkan sejumlah pengungsi Rohingya dari perahu yang terbalik Warga Aceh mengangkut pengungsi Rohingya ke kantor camat Samatiga setelah menyelamatkan mereka dari perahu mereka yang terbalik di perairan lepas pantai Aceh Barat, 20 Maret 2024.
Syifa Yulinnas/Antara Foto/via Reuters

Nelayan Aceh berusaha menyelamatkan puluhan pengungsi Rohingya yang berada di atas sebuah perahu yang terbalik di perairan Kabupaten Aceh Barat pada Rabu (20/3), demikian pejabat terkait.

Camat Samatiga, Aceh Barat, M. Asmiruddin Alnur mengatakan enam pengungsi etnis Muslim Rohingya, dua laki-laki dan empat perempuan itu, berhasil dievakuasi oleh nelayan lokal ke tempat pendaratan ikan Kuala Bubon dan kini ditampung di kantor camat setempat.

“Menurut pengakuan mereka, mereka sedang dalam perjalanan menuju Australia, dan saat melintasi perairan Aceh tiba-tiba mereka dihantam ombak sehingga kapal terbalik,” kata Asmiruddin.

Zaned Salim, salah satu pengungsi yang dievakuasi nelayan, mengaku jumlah mereka saat berangkat dari Malaysia mencapai 150 orang sekitar 24 hari lalu dari penampungan di negara jiran itu.

“Namun, 50 orang tewas di laut karena kekurangan makanan. Kami hanya makan sekali sehari. Kadang-kadang saya tidak makan,” katanya kepada wartawan setempat.

Sebuah video pendek yang beredar di media sosial menunjukkan minoritas Muslim yang berasal dari Myanmar itu, berimpitan di atas kapal yang terbalik dan hampir karam, sambil melambaikan tangan meminta bantuan.

“Tolong bantu, ini orang-orang Rohingya. Mohon bantuannya kawan-kawan,” kata orang yang merekam video tersebut, yang diduga adalah seorang nelayan Aceh.

Panglima Laot Aceh, dalam keterangan tertulisnya, telah memerintahkan para nelayan Aceh khususnya di Aceh Barat untuk segera membantu pengungsi Rohingya yang kapalnya hampir tenggelam sekitar 11 kilometer dari pelabuhan Kuala Bubon di Meulaboh.

Panglima Laot merupakan lembaga adat tempat para nelayan di Aceh berlindung.

“Ada puluhan warga Rohingya yang tenggelam di wilayah Aceh Barat. Mereka terdiri dari perempuan dan anak-anak. Ada pula yang tenggelam karena perahunya terbalik. “Masih banyak yang terapung di laut,” kata perwakilan Panglima Laot Aceh, Azwir Nazar.

“Demi kemanusiaan, kami berkewajiban membantu masyarakat yang tertimpa bencana di laut. Siapa pun mereka. Oleh karena itu Panglima Laot menginstruksikan masyarakat nelayan untuk segera memberikan bantuan.

Faisal Rahman, Protection Associate Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR), mengaku belum bisa berkomentar banyak karena masih dalam perjalanan menuju Aceh Barat dari Banda Aceh.

Menurut UNHCR, jumlah pengungsi Rohingya yang mendarat di Indonesia sejak Oktober tahun lalu mencapai lebih dari 1.800 orang. Mereka ditampung di beberapa lokasi di Aceh seperti Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Pidie, Bireuen dan Aceh Timur serta di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra Utara.

Berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, kedatangan mereka sejak Oktober lalu mendapat penolakan warga akibat kampanye negatif melalui media sosial terhadap etnis Rohingya

Padahal sebelumnya masyarakat Aceh menerima pengungsi Rohingya karena mereka adalah sesama umat Islam, ungkap Faisal. Ketika sekitar 1.000 orang Rohingya datang ke Aceh pada 2015, warga menyambut mereka dengan gembira dan bersedia menampung mereka untuk sementara.

Para pengungsi Rohingya yang baru diselamatkan dari perahu mereka yang terbalik ditampung di kantor camat  di Samatiga, Aceh, 20 Maret 2024. [AP]
Para pengungsi Rohingya yang baru diselamatkan dari perahu mereka yang terbalik ditampung di kantor camat di Samatiga, Aceh, 20 Maret 2024. [AP]

Rohingya adalah minoritas Muslim tanpa kewarganegaraan yang teraniaya dari Myanmar, yang melarikan diri dari kekerasan dan penindasan di tanah air mereka selama bertahun-tahun.

Menyusul serangan militer pada tahun 2017 di negara bagian Rakhine, Myanmar, yang digambarkan oleh PBB sebagai “contoh pembersihan etnis,” sekitar 740.000 warga Rohingya melarikan diri melintasi perbatasan ke Bangladesh. Kini, hampir satu juta pengungsi Rohingya tinggal di kamp pengungsi yang padat di Cox’s Bazar di tenggara Bangladesh.

Biasanya, banyak pengungsi Rohingya yang akhirnya terdampar di Indonesia adalah mereka yang meninggalkan kamp Cox’s Bazar untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara-negara seperti Malaysia, yang merupakan tujuan utama pekerja migran dari banyak negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara.

UNCHR pada bulan Januari mengungkapkan bahwa sebanyak 569 pengungsi Rohingya tewas atau hilang di laut saat mereka menjalani perjalanan yang sangat berbahaya di Laut Andaman dan Teluk Benggala. Jumlah korban tewas tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 2014.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.