Ribuan Warga Papua Rayakan 161 Tahun Pekabaran Injil

Victor Mambor
2016.02.05
Jayapura
160205a_ID_Papua_1000 Pawai rohani yang digelar sebagai rangkaian kegiatan untuk memperingati Pakabaran Injil ke-161 di Kota Manokwari, 3 Februari 2016.
BeritaBenar

Ribuan orang berbondong-bondong mendatangi Pulau Mansinam, sekitar 6 kilometer dari Manokwari, ibukota Provinsi Papua Barat pada hari Jumat, 5 Februari, untuk merayakan masuknya dua penginjil di Bumi Cendrawasih, 161 tahun silam.

Rudy Mozes Timisela, ketua panitia perayaan Pekabaran Injil ke-161 menjelaskan, warga dari 16 klasis di Papua hanya menempuh perjalanan sekitar 10 menit dengan menumpang perahu motor ke Mansinam, tempat pertama penginjil datang ke Papua.

Warga yang antara lain berasal dari wilayah-wilayah Raja Ampat, Sorong, Jayapura, Biak, Nabire, Serui, Yapen dan Waropen sudah berada di Manokwari sejak beberapa hari lalu. Sebagian jamaat ditampung di rumah pastori gereja.

“Ada 22 pimpinan gereja mitra dari Belanda, Jerman, Australia dan Papua Nugini juga hadir untuk memeriahkan Pekabaran Injil tahun ini,” tutur Rudy.

Lin Weileruno, seorang warga Manokwari, menggambarkan meriahnya perayaan 161 tahun Pekabaran Injil, yang menurutnya bagaikan festival pawai perahu.

“Ratusan perahu hilir mudik dari Mansinam ke Manokwari dan sebaliknya. Jalur laut Manokwari – Mansinam yang biasa sepi, ramai dari pagi sampai malam. Mereka yang datang ke Pulau Mansinam bukan cuma umat Kristen, tapi Muslim juga banyak,” kata Lin.

Akibat membludaknya warga, ongkos perahu yang biasa Rp5.000 naik menjadi Rp10.000 per orang. Selain itu, panitia juga menyediakan penyeberangan ke Pulau Mansinam.

“Pulau Mansinam sudah jadi situs sejarah Kristen. Dulu kalau HUT Pekabaran Injil di Mansinam, kita cuma bisa lihat Tugu Salib, Gereja Tua dan Sumur ajaib saja,” jelas Lim.

“Tapi sekarang sudah ada gereja baru yang artistik dan patung Yesus Kristus setinggi 30 meter. Pantai di Mansinam yang pasirnya putih juga menjadi daya tarik bagai para pengunjung,” tambahnya.

Selama berada di Mansinam, warga mengikuti ritual ibadah yang dilanjutkan dengan ziarah ke Tugu Salib – tempat dua penginjil berkebangsaan Jerman, J.G. Geissler dan C.W. Ottow, mendarat pertama di Papua.

Sejak beberapa hari sebelumnya rangkaian kegiatan sudah digelar seperti pengobatan gratis, pawai massal, dan seminar dalam rangka memeriahkan peringatan 161 tahun Pekabaran Injil di Papua.

Sejarah

Menurut catatan sejarah, tanggal 28 Juni 1852, Geissler dan Ottow menumpang kapal Abel Tasman dari Rotterdam, Belanda, menuju Batavia (Jakarta). Keduanya tiba di Jakarta pada 7 Oktober 1852.

Meski Pemerintah Hindia Belanda sudah mendapatkan laporan dari seorang anggota zeding (misionaris) G.F. De Bruin Kops, tentang masyarakat di Teluk Doreri (Manokwari) yang bisa diajak berkomunikasi, Geissler dan Ottow hanya diberi izin sampai Ternate.

De Bruin Kops pada tahun 1850 menumpang kapal perang Circe (milik Belanda) ke Papua Nugini dengan tujuan mengadakan penelitian ilmiah untuk menentukan batas wilayah pemerintahan Hindia Belanda.

Tugu Salib yang merupakan monumen peringatan lokasi Ottow dan Geisller mengucapkan, "Dalam nama Allah kami menginjak kaki di Tanah ini" di Pulau Mansinam. (BeritaBenar)

Ottow dan Geissler kemudian bertolak ke Ternate. Tanggal 30 Mei 1854, mereka tiba di Ternate dan diterima dengan ramah oleh Pdt. J.E. Hoveker dan isterinya yang telah melakukan Pekabaran Injil di Ternate. Di Ternate mereka belajar dan memperdalam bahasa Melayu serta belajar mengkaji berbagai informasi tentang Papua.

Sultan Tidore yang beragama Islam juga menerima mereka dengan ramah, meskipun residen Belanda berusaha menutupi identitas kedua penginjil ini. Saat keduanya akan menuju Papua, Sultan Tidore memberikan surat izin bagi mereka. Sultan bahkan memerintahkan kepada para kepala sukunya untuk melindungi dan menolong dua misionaris ini jika mereka kekurangan makanan.

'Dalam nama Allah'

Tanggal 12 Januari 1855, Geissler dan Ottow bertolak dari dermaga Ternate, ke Mansinam. Pulau ini menjadi tujuan mereka karena berdasarkan laporan De Bruin Kops, penduduknya tidak banyak dan bisa diajak berkomunikasi.

Selama 25 hari mereka berlayar dari Ternate ke Mansinam. Tepat tanggal 5 Februari 1855 kapal yang mereka tumpangi berlabuh di Pulau Mansinam.

“Sekoci pertama yang menuju daratan membawa kedua orang penginjil itu ke daratan Mansinam pada pagi hari. Seperti mereka lakukan saat berangkat dari Eropa, berdoa, keduanya berlutut dan mencurahkan isi hati mereka, lalu berkata ‘Dalam nama Allah, kami menginjak kaki di tanah ini',” ujar Lucky Matui, pendeta GKI yang memberikan pelayanan di Sentani, Jayapura, kepada BeritaBenar.

Pendeta Matui menjelaskan bahwa saat Geissler dan Ottow tiba, kondisi Papua masih dalam “kegelapan”. Pembunuhan, perang antar-kelompok, perampokan sering terjadi.

“Kehidupan penduduk yang tahun 1545 oleh pelaut asal Spanyol Inigo Ortiz de Retes disebut Nueva Guinee didominasi ketakutan akan roh-roh kematian dan segala jenis ilmu gaib,” ujar Matui.

Ketua Badan Pekerja Sinode GKI, Pendeta Alberth Joku menyebut masuknya Injil di Mansinam yang dibawa Geissler dan Ottow sebagai anugerah yang tak terhingga.

“Dulu Papua gelap kini menjadi terang. Dulunya tidak beradab kini menjadi beradab. Papua yang dulunya dianggap rendah, kini sejajar dengan dunia lain. Semuanya ini tidak terlepas dari kerja keras Ottow dan Geissler,” ujar Alberth kapada BeritaBenar.

Ia menambahkan, Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, yang merupakan gereja dengan umat terbesar, adalah gereja yang lahir dari persemaian Injil yang ditaburkan Ottow dan Geissler di Pulau Mansinam.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.