Operasi Diintensifkan, 2 Lagi Militan Tewas di Poso
2016.03.17
Palu
Pasukan TNI/Polri yang memburu gembong Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso dan sisa-sisa anak buahnya makin mengintensifkan operasi sehingga kembali terjadi bentrokan senjata di Kabupaten Poso, Kamis, 17 Maret 2016.
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah (Kapolda Sulteng), Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi mengatakan dua orang yang diduga anggota MIT tewas dalam baku tembak di Desa Siliwanga, Kecamatan Lore Piore, sekitar pukul 14.30 WITA.
"Berawal dari patroli di Desa Siliwanga. Kemudian tim gabungan menemukan lokasi persembunyian keduanya. Lalu terjadi kontak senjata hingga mereka terkena tembakan dan tewas di tempat," katanya kepada BeritaBenar.
Rudy menduga, kedua anggota MIT itu mau melarikan diri karena posisi mereka sudah terjepit akibat gencarnya penyisiran pasukan TNI/Polri yang tergabung dalam Operasi Tinombala.
"Dugaan kami mereka hendak kabur dari kepungan sehingga kedapatan aparat kemudian ditindak," jelas Rudy.
Ribuan TNI/Polri telah mengepung Kecamatan Lore Bersaudara yang meliputi Kecamatan Lore Tengah, Utara, Barat, Selatan, dan Kecamatan Lore Piore untuk mempersempit ruang gerak Santoso dan sekitar 30 anak buahnya.
Rudy mengatakan, kedua mayat korban telah disemayamkan di kamar jenazah RS Bhayangkara Palu untuk proses identifikasi.
Sedangkan barang bukti yaitu dua pucuk senjata laras panjang, puluhan amunisi dan empat bom rakitan yang ditemukan pasca baku tembak, kini diamankan di Mapolda Sulteng.
"Identitas keduanya belum diketahui, karena perlu proses identifikasi. Nanti jika sudah ada hasil pasti akan diinformasikan kepada teman-teman media," imbuh Rudy.
Sudah 8 tewas
Dengan tewasnya dua terduga teroris itu, maka sejak Operasi Tinombala digelar awal 2016 sudah delapan pengikut Santoso – termasuk dua warga etnis Uighur – dan seorang Brimob meninggal dunia.
Dua militan suku Uighur – Farok alias Magalasi Bahtusan dan Abdul alias Nuretin – tewas dalam baku tembak di Desa Talabosa, Kecamatan Lore Piore, Selasa lalu.
Sementara pada Rabu, 16 Maret 2016, sesosok mayat tanpa identitas ditemukan di sungai Lariang, sekitar 7 kilometer dari Desa Lelio, Kecamatan Lore Barat.
Setelah dievakuasi ke Polres Poso, mayat yang sudah membusuk itu dibawa ke RS Bhayangkara Palu untuk proses identifikasi lebih lanjut.
"Dari ciri-cirinya diduga kuat anak buah Santoso. Apa lagi pengakuan Zaelani setelah melihat langsung jenazah di RS Bhayangkara, korban pengikut MIT," kata Rudy.
Zaelani ialah anak buah Santoso yang ditangkap saat baku tembak di Talabosa, Selasa lalu. Dari keterangannya juga diketahui identitas kedua warga Uighur yang tewas dalam kontak senjata itu.
Fokus di Lore Bersaudara
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulteng, Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto yang diwawancara terpisah menjelaskan, pengejaran kelompok MIT kini difokuskan di Pegunungan Napu, Kecamatan Lore Bersaudara.
"Pengejaran hanya di sana, tetapi kami juga megintensifkan razia di jalan pintu masuk dan keluar Poso untuk mempersempit ruang gerak simpatisan maupun jaringan mereka," katanya.
Hari menyebutkan, kelompok yang telah terafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) makin terjepit karena semua titik pelarian di Lore Bersaudara telah dikepung pasukan gabungan TNI/Polri.
"Perkiraan kami mereka tak berkelompok lagi. Kalau belajar dari kontak senjata sebelumnya dan pengakuan Zaelani, mereka sudah terpencar di seputaran Lore Bersaudara," ungkap Hari.
Ditambahkan bahwa jumlah anggota MIT antara 25 hingga 30 orang dan hampir semua bersenjata api organik lengkap dengan amunisi aktif. Mereka juga punya sejumlah bahan peledak dan peralatan perang lain.
“Seluruh anggota kita di lapangan ekstra hati-hati. Apalagi medan di sana tidak mudah," tutupnya.