Polisi Yakin Bisa Tangkap Santoso Hidup Atau Mati
2016.02.29
Palu
Pasukan gabungan TNI dan Polri dikerahkan untuk memburu Santoso alias Abu Wardah, pemimpin kelompok bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan anak buahnya di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), menyusul kontak tembak yang menewaskan seorang terduga teroris.
Kepala Satgas Operasi Tinombala, Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Leo Bona Lubis yang dihubungi BeritaBenar dari Palu, Senin 29 Februari 2016, masih tetap optimis Santoso dan anak buahnya dapat ditangkap hidup atau mati dengan sisa waktu operasi yang kurang dari dua pekan.
"Optimistis tetap, makanya seluruh kekuatan kami turunkan untuk memburu kelompok tersebut. Doakan semoga harapan kita semua ini bisa tercapai, agar masyarakat di Poso, Sulteng, dan pada umumnya Indonesia bisa tenang," tegas Leo.
Leo menambahkan operasi pengejaran semakin diintensifkan menyusul kontak senjata antara pasukan gabungan TNI dan Polri dengan kelompok bersenjata di kawasan pegunungan Desa Torire, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Minggu malam.
Dalam bentrokan senjata itu, seorang pria yang belum diketahui identitasnya tewas. Korban diyakini sebagai anak buah Santoso.
“Dari hasil penyisiran, dapat diperkirakan kekuatan mereka berjumlah antara 20 hingga 30 orang. Ini adalah kelompok besar mereka,” ungkap Leo seperti dikutip kantor berita Antara.
Tapi dia belum dapat memastikan apakah di antara kelompok tersebut terdapat Santoso, sosok paling dicari oleh pasukan keamanan pemerintah Indonesia sejak tahun 2013 lalu karena terlibat serangkaian akta teror dan diyakini telah berafiliasi dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Kemunculan kelompok MIT dalam jumlah besar, menurut Leo, menunjukkan jika mereka semakin terdesak menyusul gencarnya Operasi Tinombala yang digelar sejak 10 Januari 2016. Tinombala yang digelar selama dua bulan adalah operasi lanjutan setelah Operasi Camar Maleo IV berakhir pada 9 Januari 2016.
Barang bukti ditemukan
Leo menjelaskan setelah terjadi bentrokan senjata selama beberapa saat, ratusan tim gabungan melancarkan pengejaran dengan menyisir sejumlah titik pelarian kelompok MIT. Tapi sejauh ini belum ditemukan keberadaan sisa kelompok itu.
Saat dilakukan pembersihan lokasi baku tembak, aparat keamanan menemukan sesosok mayat yang diyakini pengikut Santoso. Selain itu, aparat juga menyita sepucuk pistol jenis revolver, tiga senjata api rakitan laras panjang, ratusan amunisi, ratusan selongsong amunisi, tujuh tenda, HT, GPS, flashdisk, lima peta, 15 bom rakitan jenis lontong, 10 buah bilvak, dan 20 karung beras.
"Semua barang bukti telah diamankan oleh tim gabungan yang tergabung dalam Satgas Operasi Tinombala. Semuanya juga akan dibawa ke Polda," jelas Leo.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Kepolisian Daerah (Polda) Sulteng Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto di Palu, menyatakan ia belum bisa menjelaskan identitas mayat tersebut.
"Informasinya dari pihak MIT satu orang tewas dan dari anggota kita tidak ada," ujarnya kepada BeritaBenar .
Tangkap hidup
Ketua Komnas-HAM Sulteng, Dedi Askari yang dihubungi terpisah mengapresiasi semangat Polda untuk menangkap kelompok MIT. Tapi, dia mengharapkan tim gabungan TNI dan Polri yang terlibat dalam Operasi Tinombala bisa menangkap sisa-sisa kelompok MIT itu hidup-hidup.
"Siapa yang bisa menjamin kalau mereka mati jaringannya tidak berjalan lagi? Efektifnya mereka harus ditangkap hidup biar seluruh jaringannya di negara ini bisa dibasmi,” ujarnya.
“Yang jadi soal baru kalau mereka semua mati pasti jaringannya bermunculan lagi. Nah, kalau sudah begitu soal kelompok ini tidak akan selesai."
Dedi tidak memungkiri usaha TNI dan Polri dalam operasi memburu kelompok MIT telah membuat mereka terjepit. Makanya, ia berharap cara-cara pendekatan harus dilakukan agar mereka mau menyerahkan diri dan diproses di pengadilan.
"Harus ada pendekatan sehingga perundingan bisa tercapai. TNI dan Polri saya pikir punya cara, makanya harus dilakukan. Siapa tahu dengan cara seperti itu seluruh pengikut kelompok MIT termasuk pimpinannya mau menyerahkan diri," imbuh Dedi.