Polri Tuding Siyono Pimpin 'Neo JI'

Tia Asmara
2016.04.05
Jakarta
160405_IS_Siyono_1000 Kadiv Humas Mabes Polri, Anton Charliyan (kanan) didampingi Kabiddokes Polri Arthur Tampi memberikan keterangan pers di Jakarta, 5 April 2016.
Tia Asmara/BeritaBenar

Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen. Pol. Anton Charliyan menuding Siyono sebagai  tersangka teroris yang selama ini dicari Polri karena merupakan pimpinan jaringan Jamaah Islamiyah (JI) yang telah berevolusi.

“Siyono menjadi Kepala Staf Toliah Bintonah atau dulu di JI setara dengan Mantiki. Ini struktur baru dalam JI yang sekarang berganti nama,” ujar Anton dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Selasa, 5 April 2016.

Dia menambahkan JI telah berubah menjadi kelompok baru yang dinamakan Neo JI dengan tujuan ingin mendirikan Negara Islam Indonesia (NII).

“Siyono digadang-gadang menjadi panglima pengganti Jimmy,” ujar Anton seraya menambahkan, Jimmy merupakan Panglima Neo JI yang telah divonis 10 tahun penjara.

Siyono adalah seorang warga Desa Pogung di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang ditangkap pasukan Densus 88 pada 8 Maret lalu. Tiga hari kemudian, dia meninggal dunia.

Atas keinginan istrinya, Suratmi, tim dokter yang disiapkan oleh PP Muhammadiyah dan seorang dokter Polri membongkar kuburan Siyono untuk dilakukan otopsi pada Minggu, 3 April 2016. Hasil otopsi akan diumumkan pekan depan.

JI sudah mati’

Tapi pakar terorisme, Nasir Abbas mengatakan, setelah kejadian bom bali, “struktur jaringan JI sudah mati.’ Apalagi, ujarnya, salah satu pemimpin JI, Abu Bakar Ba’asyir kini berada dalam penjara.

Namun, ia tidak memungkiri terbentuknya kelompok jaringan baru yang muncul dari orang-orang pendukung JI.

“Ini masih belum jelas bentuknya seperti apa, namanya apa, strukturnya kayak gimana. Polisi masih mendalami ini,” ujar Nasir yang merupakan mantan tokoh JI kawasan Asia Tenggara.

Dia juga mempertanyakan nama “Neo JI” yang diberikan pihak tertentu karena pada dasarnya belum ada nama yang muncul.

“Justru JI tidak pernah memakai bahasa Inggris dalam struktural organisasi ataupun istilahnya. Kalau Neo ini kan seperti kebarat-baratan. Ini aneh,” kata Nasir kepada BeritaBenar.

Menurut dia, dalam struktur JI, Mantiki (yang diklaim sama dengan Toliah Bintonah) merupakan panglima wilayah yang didampingi level deputi dan pemimpin wilayah.

“Dulu ada Mantiki I, II, III. Ini sudah sangat tinggi tentunya sangat berpengaruh,” tutur Nasir.

Menanggapi tudingan polisi, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, tidak semua yang dikatakan polisi benar.

“Deretan kebohongan selalu akan melahirkan kebohongan yang berikutnya. Semoga momentum usaha mencari keadilan untuk Bu Suratmi bisa membantu memperbaiki institusi kepolisian yang sama-sama kita cintai,” ujarnya singkat.

Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah menjaga sekeliling tenda yang menutupi lokasi otopsi mayat Siyono di Desa Pogung, Klaten, Jawa Tengah, 3 April 2016. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Hasil perkembangan

Dalam keterangannya, Anton juga menyebutkan bahwa Siyono ditangkap dari hasil perkembangan penangkapan sembilan orang pada Mei 2014. Kemudian menyusul penangkapan tiga orang berinisial AW alias TG, BR dan DN.

Dari keterangan AW yang ditangkap 7 Maret 2016 di Temanggung, menurut Anton, diketahui bahwa senjata dan peluru sudah diambil Siyono.

“Berdasarkan keterangan tiga saksi semua sisa senjata, 400 peluru dan beberapa granat disimpan oleh Siyono. Dia menjadi kepala gudangnya,” ujar Anton.

Juru bicara Mabes Polri tersebut kembali menyatakan bahwa Siyono tewas setelah berkelahi dengan polisi saat menuju ke lokasi penyimpanan senjata.

“Sebelumnya ia menunjukkan sikap kooperatif dan sangat santun saat ditangkap, tapi Siyono tiba-tiba menyerang anggota dan mau merampas senjata sesaat setelah dibuka borgolnya di dalam mobil,” kata Anton.

Dia mengakui bahwa ada kesalahan prosedur dalam penanganan Siyono yaitu polisi membuka borgol dalam perjalanan dan hanya dikawal seorang anggota. Namun, dia menampik tudingan kalau Polri berupaya menghilangkan jejak.

“Ini insiden dan kecelakaan. Sangat disayangkan. Kita butuh dia hidup-hidup. Kami kehilangan karena hanya dia seorang yang tahu lokasi bunker. Tidak mungkin ini disengaja. Kalau disengaja penghilangan jejak maka kami adalah polisi terbodoh di dunia,” tegas Anton.

Hasil visum

Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabiddokkes) Mabes Polri, Brigjen. Arthur Tampi menjelaskan hasil visum Siyono yang dilakukan 11 Maret lalu tidak ditemukan ada luka tembak pada jenazah korban.

“Kami memakai alat modern, termasuk CT scan, yang mumpuni dan bisa digunakan untuk mengetahui penyebab kematian. Dan penyebab utama kematian ialah karena ada pendarahan di belakang kepala sebelah kanan dan bukan tertembak,” ujarnya.

Penyebab pendarahan itu, menurut Arthur, karena berbagai macam, bisa terbentur benda tumpul atau terjatuh dan menghantam sesuatu yang keras.

“Ya seperti kalau ada kecelakaan, jatuh dan meninggal, ternyata ada pendarahan di dalam,” jelasnya.

Arthur juga membenarkan bahwa dari hasil visum jenazah Siyono, ada tulang Siyono yang patah.

“Di daerah dada, ada fracture linear di iga sebelah kanan,” ujarnya.

Dia menambahkan juga ditemukan ada lebam dekat mata yang diduga akibat tindak kekerasan di sekitar wajah.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.