Polri Tangkap 20 Terduga Teroris di Sejumlah Daerah

Pengamat terorisme menilai serangan teror akhir tahun berpotensi terjadi karena dipicu konflik Palestina yang kembali memanas.
Putra Andespu & Eko Widianto
2017.12.11
Jakarta & Malang
171211_ID_anti-terror-sweep_1000.jpg Tim Densus 88 Antiteror menggeledah rumah mertua Kiki di Kota Malang, Jawa Timur, 9 Desember 2017.
Eko Widianto/BeritaBenar

Densus 88 Antiteror Polri menangkap 20 terduga teroris dalam tiga hari terakhir yang disebut sebagai upaya mengantisipasi serangan teror menjelang Natal dan Tahun Baru 2018.

“Kita melakukan langkah-langkah, namanya preventive strike, jadi kita mendahului,” kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian kepada wartawan di Jakarta, Senin, 11 Desember 2017.

“Kelompok yang kita anggap potensial mengadakan kegiatan aksi (teror), sebagian besar mereka kita lakukan penangkapan.”

Tapi, Tito menegaskan pihaknya belum menerima adanya rencana teror.

Sejak Sabtu lalu, tim Densus 88 dibantu aparat kepolisian daerah melancarkan operasi penangkapan terhadap 20 orang diduga terkait jaringan teroris yang telah berbaiat ke kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Dua belas orang di antaranya ditangkap di Sumatera Selatan, Minggu dan Senin. Lima dari 12 orang yang ditangkap diduga bagian jaringan Jamaah Ansharut Khilafah (JAK) yang melarikan diri saat Densus 88 menggerebek tempat persembunyian di Jambi, beberapa bulan lalu.

Kelimanya diduga terlibat memasok senjata api ke jaringan pelaku bom Thamrin di Jakarta pada 14 Januari 2016 serta bom bunuh diri di Mapolres Surakarta, 5 Juli 2016.

Kadiv Humas Polri, Irjen. Pol. Setyo Wasisto, mengatakan pihaknya masih mendalami peran para terduga teroris yang ditangkap itu.

“Nanti akan didalami lagi, kita tidak mau berandai-andai,” ujarnya kepada wartawan di Mabes Polri.

"Dua belas orang yang diamankan ini belum tentu nanti sebagai tersangka karena masih tahap pemeriksaan. Hasilnya belum tahu apakah mereka sebagai yang menyediakan senjata api, melindungi atau terlibat langsung," kata Kapolda Sumatera Selatan Irjen. Pol. Zulkarnain Adinegara kepada wartawan.

Densus 88 Antiteror pada Senin juga menangkap empat orang terduga jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Riau.

Keempatnya diduga bagian dari lima terduga JAD yang ditangkap 24 Oktober 2017, karena terindikasi terlibat aksi penyerangan kantor polisi di Riau.

Jawa Timur

Sabtu lalu, Densus 88 juga melancarkan operasi di Jawa Timur dan menangkap tiga terduga teroris di kota Surabaya, Malang, dan Sidoarjo.

Ketiganya diduga bagian dari jaringan Abu Jandal, teroris asal Jawa Timur yang tewas berjuang bersama ISIS di Mosul, Iraq, pada November 2016.

Mereka adalah Paripung alias Ipung yang menurut polisi diduga bagian dari kelompok teroris Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) dan terlibat dalam perencanaan pengeboman kantor polisi di Surabaya pada 2014.

Dua lagi yang ditangkap itu adalah Muhidin Gani alias Abu Faros alias Deni, warga Surabaya dan Kiki Rizky Abdul Kadira alias Kiki alias Abu Ukasah, warga Malang.

“Sebagai kelompok FTF (Foreign Terrorist Fighters), mereka telah mengikuti pelatihan militer,” ujar Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Komisaris Besar Muhammad Iqbal.

Saat ditangkap, Kiki tengah membonceng anak pertama dari ketiga anaknya.

“Anak saya trauma,” tutur istri Kiki, Amiroh, yang menolak diwawancarai lebih lanjut saat ditanya soal keterlibatan suaminya dalam jaringan teror.

M. Syarif mengaku tak mengetahui aktivitas abang iparnya, Kiki, selama ini. Dia hanya tahu Kiki bekerja sebagai sopir. Kiki tinggal bersama orang tuanya, sedangkan Amiroh lebih sering tinggal bersama keluarganya.

"Kadang seminggu sekali ke sini," kata Syarif.

Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes. Pol. Frans Barung Mangera menjelaskan Kiki berangkat ke Suriah pada akhir 2013. Kiki bertemu Abu Jandal setelah sering mengikuti kajian keagamaan di sebuah masjid di Malang.

“Dia ke Suriah tanpa sepengetahuan istri maupun orang tua. Berpamitan bekerja di Saudi,” kata Barung.

Dia menambahkan ketiga yang ditangkap kembali ke tanah air sekitar dua tahun lalu.

Kalbar

Pada hari yang sama, Densus 88 juga menangkap seorang pria berinisial KT (45) di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.

KT yang sering mengunggah seruan jihad di media sosial diamankan bersama anaknya yang masih berusia 15 tahun.

Kapolri Tito menyebutkan KT merupakan buronan kasus bom panci di Bandung, Jawa Barat.

“Kita tangkap di Kalbar yang terkait jaringan Malaysia, tapi kita sudah sharing info antara Indonesia dan Malaysia,” ujarnya.

Setyo mengatakan terhadap orang-orang yang ditangkap atas dugaan terlibat jaringan teroris, penyidik melakukan pemeriksaan dan pendalaman selama 7x24 jam.

“Kalau sudah, maka status ditetapkan apa dia tersangka atau dibebaskan,” ujarnya.

Telah dipantau

Peneliti masalah terorisme dan intelijen dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, menilai mereka yang ditangkap memang selama ini sudah masuk pantauan atau pengawasan polisi.

“Nama-namanya ada di database Polda di Indonesia, karena itu kemudian serentak beberapa Polda melakukan operasi perburuan terhadap mereka,” katanya kepada BeritaBenar.

Saat menginterogasi mereka, “dari situ akan digali informasi apakah ada dari jejaring-jejaring itu yang berupaya melakukan serangan pada akhir tahun, terutama jelang libur Natal dan Tahun Baru.”

Ridlwan menilai serangan teror akhir tahun berpotensi terjadi karena dipicu konflik Palestina yang kembali memanas serta sikap Filipina yang disebut mendukung Israel.

“Jadi ada latar belakang seseorang atau sebuah kelompok untuk melakukan serangan. Mereka bisa menyerang kepentingan-kepentingan Amerika Serikat di Indonesia, baik itu kedutaan, hotel, simbol-simbol Amerika atau perorangan di sini atau Filipina,” ujarnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.