Polri Petakan Sel Tidur Teroris Pasca Serangan Bom Sri Lanka

MUI meminta masyarakat dunia tidak mengaitkan teror di Sri Lanka dengan agama para pelakunya.
Tia Asmara
2019.04.24
Jakarta
190424_ID_SL_burial_1000.jpg Sejumlah korban tewas dalam ledakan bom pada hari Paskah di sejumlah gereja dan hotel dikuburkan secara massal di Negombo, Sri Lanka, 24 April 2019.
AP

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menyatakan telah melaksanakan pemetaan sel-sel tidur jaringan teroris di Indonesia setelah serangkaian serangan bom bunuh diri terjadi di Sri Lanka yang menewaskan lebih dari 350 orang pada Minggu lalu.

"Kami telah mapping dan profiling sleeping cell di seluruh wilayah Indonesia dengan terus memonitoring pergerakan kelompok tersebut," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat, Dedi Prasetyo, kepada BeritaBenar di Jakarta, Rabu, 24 April 2019.

Ia menambahkan sejak Maret lalu, Densus 88 telah menangkap 16 terduga teroris di berbagai daerah di Indonesia.

Penangkapan dilakukan terhadap kelompok teroris dari Lampung, Sibolga, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Riau.

Hal tersebut, tambahnya, ialah sebagai langkah preventif dalam memerangi terorisme berdasarkan UU 5/ 2018 dalam rangka mitigasi rencana kelompok JAD yg berafiliasi ke ISIS.

"Beberapa yang ditangkap merencakan aksi dan ada juga supporter, termasuk AH yang merupakan aktor intelektual," katanya.

AH merupakan terduga teroris yang ditangkap di Sibolga pada Maret lalu sementara istri dan anaknya meledakkan diri sehari kemudian.

AH memiliki keahlian membuat bom dan pernah bergabung dengan ISIS, 6 tahun lalu, kata Dedi.

Polri juga memperketat pengamanan di lokasi penting seperti Kedubes, mall, tempat rekreasi dan hotel.

"Semua itu sudah diantisipasi oleh Polda Metro secara maksimal," kata Dedi.

Kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) melalui media propagandanya, Amaq, mengklaim bertanggung jawab di balik serangkaian serangan bom bunuh diri yang menargetkan tiga gereja dan empat hotel di Sri Lanka bertepatan dengan hari Paskah, pada Minggu, 21 April 2019.

Namun, pemerintah Sri Lanka menduga pengeboman itu dilakukan kelompok radikal National Thoweed Jamaat (NTJ).

Sejauh ini, polisi Sri Lanka telah menangkap lebih 40 orang yang diduga terlibat dalam serangan yang disebut-sebut paling mematikan di Asia setelah aksi pemboman di Bali pada 2002 yang menewaskan 202 orang.

Seorang analis keamanan di Universitas Indonesia, Stanislaus Riyanta, penanggulangan terorisme meningkat sejak Indonesia merevisi UU Antiterorime pasca pemboman Surabaya, yang memberikan kekuasaan kepada aparat keamanan menangkap para terduga militan.

"Namun itu tidak berarti tidak ada kemungkinan serangan teror di Indonesia," katanya.

Dia mengatakan ISIS masih menjadi ancaman internasional meskipun kekalahan mereka di Suriah, dengan adanya banyak pejuang kembali ke negara asal mereka.

"Sel-sel tidur di Indonesia hanya menunggu pemicu. Sejauh ini, JAD (Jamaah Ansyarut Daulah) dan MIT (Mujahidin Indonesia Timur) terus dimonitor. Tetapi ancaman itu datang dari lone wolves atau sel tidur yang tidak terlacak oleh Detasemen 88," katanya, merujuk pada unit khusus anti-terorisme polisi.

"Mereka mungkin tidak berafiliasi dengan jaringan apa pun, atau hanya bergabung dengan grup yang ada. Beberapa anggota JI (Jamaah Islamiyah) juga dapat bergabung dengan ISIS meskipun mereka berbeda," katanya.

Kapolri Tito Karnavian melaporkan bahwa sekitar 2000 orang Indonesia yang bertempur di Afghanistan dan Filipina.

Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones mengatakan otoritas keamanan Indonesia mampu mengantisipasi serangan yang serupa dengan yang terjadi di Sri Lanka, meskipun serangan seperti itu kecil kemungkinannya setelah pemboman Surabaya tahun lalu.

"Setelah pemboman Surabaya, polisi telah menangkap banyak tersangka teroris," katanya.

"Di Sri Lanka ada persaingan domestik. Presiden dan PM tidak rukun. Di Indonesia tidak ada yang seperti itu," katanya kepada BeritaBenar.

Mengecam keras

Beberapa jam setelah aksi teror melanda Sri Lanka, Presiden Joko “Jokowi” Widodo melalui akun Twitternya mengecam keras aksi pengeboman tersebut.

“Atas nama seluruh rakyat Indonesia, saya menyampaikan duka cita mendalam kepada Pemerintah Sri Lanka dan seluruh keluarga korban. Semoga korban yang luka-luka dapat segera pulih,” katanya.

Sedangkan, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI dalam siaran persnya menyampaikan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kolombo terus memantau perkembangan dan telah berkoordinasi dengan otoritas keamanan, rumah sakit dan Perhimpunan WNI setempat.

“Hingga saat ini tidak ada informasi mengenai WNI yang menjadi korban dalam insiden tersebut,” tulis siaran pers Kemlu RI seraya menambahkan, terdapat sekitar 374 WNI di Sri Lanka, termasuk sekitar 140 orang di Kolombo.

Kecaman juga dilontarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat lewat Sekjennya Anwar Abbas dengan menyatakan MUI mengutuk dengan keras peledakan bom di beberapa gereja di Sri Lanka oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki rasa kemanusiaan.

“Ini jelas-jelas merupakan perbuatan tercela dan tidak beradab dan harus ditindak dan dihentikan,” katanya dalam pernyataan tertulis.

MUI juga meminta masyarakat dunia untuk tidak mengaitkan tindakan tidak beradab di Sri Lanka itu dengan agama para pelakunya agar masalah tak melebar ke mana-mana.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.