Polisi Tangkap Pria Uighur dengan Rompi Bom Bunuh Diri
2016.01.06
Washington DC
Indonesia telah meminta China untuk ikut membantu penyelidikan menyusul ditangkapnya baru-baru ini seorang laki-laki Uighur yang mengenakan rompi bom bunuh diri, sementara aktivis hak asasi Uighur telah memperingatkan Indonesia untuk berhati-hati dalam bekerja sama dengan China dalam kasus seperti itu.
Orang tersebut adalah salah satu dari 13 orang yang telah ditangkap di berbagai daerah di Jawa dalam dua minggu terakhir pada bulan Desember 2015. Polisi mengklaim telah berhasil membatalkan sebuah plot besar aksi teror yang didukung oleh seorang pemimpin Negara Islam (ISIS) di Suriah untuk menyerang tokoh masyarakat dan tempat-tempat ibadah di Indonesia.
“Kami bekerja sama dengan China dan menyelidiki bukti seperti kartu ATM dan telepon genggam”, kata Saud Usman Nasution, kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada hari Rabu.
Ia menambahkan bahwa tim Indonesia telah pergi ke China untuk menemui keluarga orang tersebut, namun mereka tidak mengukuhkan jika mereka memiliki hubungan dengan laki-laki yang ditangkap di Indonesia itu.
Dipersiapkan sebagai “pengantin”
Pria Uighur tersebut ditangkap pada 23 Desember di Bekasi, Jawa Barat, berdasarkan informasi yang diperoleh dari seorang warga negara Indonesia yang ditangkap sebelumnya di Bekasi pada hari yang sama.
Seorang Indonesia, Arif Hidayatullah, dilaporkan ditangkap pada pagi harinya saat ia berangkat ke tempat kerjanya di sebuah perusahaan otomotif. Dia diduga memiliki daftar pendukung ISIS di Indonesia dan fotokopi buku tentang bahan peledak, demikian dilansir Tribunnews.
Kemudian pada hari yang sama, seorang pria Uighur bernama Ali dengan KTP Indonesia palsu ditangkap di sebuah rumah kos. Jejak bahan peledak ditemukan di kamarnya, demikian laporan polisi dikutip dari Tribunnews.
"Ali itu diduga warga Uighur yang sedang belajar bahasa Indonesia. Dia calon "pengantin" yang dipersiapkan," kata Kapolri Badrondin Haiti kepada BeritaSatu pada 24 Desember, segera setelah terjadinya penangkapan.
Suku Uighur adalah kelompok minoritas Muslim di China, dan sebagian besar tinggal di wilayah Xinjiang Barat. Masyarakat Uighur juga tersebar di Kazakhstan, Kyrgyzstan, Uzbekistan dan Turki. Pada beberapa tahun terakhir, orang-orang Uighur berbondong-bondong meninggalkan China untuk menghindari penganiayaan dan penindasan oleh otoritas di negara tersebut yang menganggap mereka sebagai separatis dan teroris. Pemerintah China juga menghalangi perkembangan agama dan budaya mereka. Pihak berwenang China menyalahkan meningkatnya kekerasan di Xinjiang sejak 2012 sebagai perbuatan “teroris” dan pemberontak Islam yang ingin mendirikan negara merdeka.
Sementara itu, seorang juru bicara pada Kongres Uighur Dunia, sebuah organisasi diaspora yang berbasis di Amerika Serikat, mendesak pihak berwenang di Indonesia untuk "sangat berhati-hati" dalam bekerja sama dengan China pada kasus-kasus penanggulangan terorisme sehubungan dengan Uighur.
"Kami menentang setiap tindakan yang dilakukan Jakarta yang membenarkan meluasnya pelanggaran HAM secara sistematis oleh China di Xinjiang," kata Dilshat Rishit.
Anggota kelompok Santoso
Pada 2015, pengadilan Jakarta menjatuhkan hukuman terhadap empat orang warga Uighur yang mencoba bergabung dengan sebuah kelompok teroris di Indonesia. Mereka ditangkap pada bulan September 2014 di Poso, tidak jauh dari hutan di mana Santoso, pimpinan militan Indonesia yang paling dicari, diyakini bersembunyi.
Menurut polisi, Santoso dan kelompoknya telah melakukan baiat kepada ISIS dan telah mengundang warga asing untuk bergabung dengan kelompok militan pimpinannya, Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Polisi meyakini saat ini anggota MIT berjumlah sekitar 32 orang, termasuk dua orang Uighur dan tiga perempuan.
Menurut laporan Reuters, laki-laki Uighur yang ditangkap di Bekasi tersebut adalah bagian dari afiliasi ISIS yang berbasis di Solo.
Pihak berwenang menolak untuk mengomentari laporan bahwa dua orang Uighur lainnya dari kelompok yang sama masih buron, demikian laporan Reuters.