Pertemuan G20 raih komitmen $1,1 miliar untuk dana pandemi global
2022.06.21
Yogyakarta
Sejumlah negara G20 sepakat memberikan bantuan $1,1 miliar (Rp16,3 triliun) untuk dana permanen guna menghadapi pandemi di masa depan, kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, Selasa.
Para menteri kesehatan dan keuangan dari negara-negara ekonomi utama dunia itu melakukan pertemuan di Yogyakarta untuk menuntaskan detail dari Dana Perantara Keuangan (FIF), yang akan dikelola bersama oleh Bank Dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pembicaraan tersebut dilakukan menyusul pertemuan para menteri kesehatan G20 pada Senin, yang juga dihadiri oleh wakil menteri kesehatan Rusia kendati Amerika Serikat telah menolak kehadiran Rusia di acara-acara G20.
“Dengan senang hati saya mengumumkan komitmen hampir US$1,1 miliar telah diamankan untuk Dana Perantara Keuangan,” kata Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati dalam pidato pembukaan pertemuan tersebut.
"Saya yakin ini baru permulaan," kata dia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan dalam pidato pembukaanya Selasa bahwa uang hanya 50 persen solusi dari krisis kesehatan dunia.
“Kita perlu mengubah uang ini menjadi akses cepat dan adil ke tindakan medis darurat, seperti vaksin, terapi dan diagnostik,” kata Budi.
Indonesia, Singapura, Amerika Serikat, Uni Eropa, Jerman, dan sebuah yayasan amal yang berbasis di London telah menyepakati sekitar US$1 miliar untuk pendanaan tersebut, kata Budi pada Senin. Singapura bukan anggota G20 tapi diundang ke pertemuan di Yogyakarta.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dana pandemi adalah salah satu rekomendasi utama yang dibuat di Majelis Kesehatan Dunia bulan lalu.
“WHO dan Bank Dunia memperkirakan bahwa 31 miliar dolar AS diperlukan setiap tahun untuk memperkuat keamanan kesehatan global,” kata Ghebreyesus dalam sambutannya membuka pertemuan para menteri kesehatan G20, Senin.
“Dua pertiga dari dana tersebut bisa berasal dari sumber keuangan yang ada, tetapi itu menyisakan celah 10 miliar dolar AS per tahun. FIF yang fleksibel dan lincah akan membantu menutup celah itu," kata Ghebreyesus dalam sambutannya di awal pertemuan.
Ghebreyesus menambahkan tata kelola FIF harus inklusif dengan struktur yang memungkinkan keterwakilan semua negara.
"Dan itu juga harus koheren dengan bagian lain dari arsitektur global untuk kesiapsiagaan dan respons darurat kesehatan."
Ghebreyesus juga memperingatkan negara-negara untuk tidak berpuas diri tentang pandemi COVID-19. Dia mengatakan bahwa risiko varian baru yang berbahaya tetap nyata dan persepsi bahwa pandemi telah berakhir adalah “salah.”
“WHO tetap sangat prihatin dengan kurangnya pengujian dan pengurutan yang membutakan kita terhadap evolusi virus,” katanya.
"Kami sama-sama prihatin bahwa pelajaran dari pandemi ini akan hilang dan siklus kepanikan dan pengabaian akan terulang kembali," dia memperingatkan.
Kecaman atas Rusia
Wakil Menteri Kesehatan Rusia Oleg Salagay menghadiri pertemuan secara langsung yang kehadirannya tidak diungkapkan oleh pejabat kementerian kesehatan Indonesia sampai acara dimulai.
Perwakilan dari negara-negara Eropa, Kanada dan AS menyampaikan kritik mereka terhadap invasi Rusia ke Ukraina dalam pidato mereka di pertemuan Senin.
Italia, yang hadir secara virtual dan mendapat giliran untuk berbicara selama sesi pembukaan sebagai bagian dari troika G20, membuka sambutannya dengan mengulangi seruannya secara terus-menerus kepada Rusia agar mengakhiri perang yang menyebabkan penderitaan serta kematian manusia.
"Italia mengutuk keras agresi militer Rusia yang tidak beralasan dan dibenarkan di Ukraina, yang sangat melanggar hukum internasional, dan Piagam PBB dan merusak keamanan dan stabilitas internasional," kata penasihat diplomatik Italia untuk Menteri Kesehatan, Davide La Cecilia.
"Kami menggarisbawahi terjadi gangguan fatal pada sistem kesehatan Ukraina yang disebabkan oleh perang Rusia. Rusia juga perlu menghentikan kampanye disinformasi dan serangan sibernya," tambahnya.
Perwakilan kesehatan AS mengatakan bahwa perang Rusia secara langsung bertentangan dengan tujuan G20, jalur kesehatan dan tujuan mempromosikan kesehatan global.
"Tindakan Rusia telah mengganggu layanan kesehatan, menghancurkan fasilitas kesehatan, dan terus menyerang bangunan tempat warga sipil tak berdosa, termasuk anak-anak, berlindung," kata Andrea Palm, wakil Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS.
Rusia menuduh beberapa negara telah memolitisasi pertemuan itu dan mengatakan keadaan darurat kesehatan telah terjadi sejak 2014 di wilayah Donbas Ukraina, yang sebagian dikendalikan oleh separatis pro-Rusia, karena "agresi militer" dan "tindakan ilegal Ukraina."
"Kami meminta rekan-rekan kami untuk tidak memolitisasi plaform kesehatan G20 dan tetap menjalankan mandat kita untuk mendiskusikan layanan kesehatan," kata Salagay dalam pertemuan itu.
Sumber di Kementerian Kesehatan mengatakan tidak ada aksi meninggalkan ruangan atau mematikan layar bagi peserta yang hadir secara virtual ketika perwakilan Rusia mendapat giliran untuk berbicara.
Lebih dari 80 delegasi anggota G20, negara mitra, dan organisasi internasional menghadiri pertemuan secara langsung, sementara 50 orang menghadiri pertemuan secara virtual, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Indonesia Siti Nadia Tarmizi.
Pertemuan tersebut juga membahas rancangan kesepakatan standardisasi format digital untuk sertifikat vaksinasi COVID-19 bagi para turis, yang diharapkan dapat mempermudah perjalanan internasional dan pergerakan orang dan barang secara global.