Tokoh Adat: Masyarakat Tidak Kenal Pelaku Penyanderaan
2015.09.18
Jayapura
Para pemimpin adat di Kabupaten Keerom, Papua, mengatakan bahwa mereka mengetahui kedua bekas sandera berkewarganegaraan Indonesia yang dibebaskan pada hari Kamis malam 17 September, namun tidak mengenal pelaku penyanderaan. Tetapi, penyanderanya bukan dari kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Sebelumnya pada hari yang sama Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Vanimo, mengumumkan bahwa kedua penebang kayu itu, Sudirman (30) dan Badar (29), yang disekap di dekat perbatasan dengan Papua Nugini itu sudah bebas dan diserahkan kepada Kepolisian Daerah Papua.
Kepada BeritaBenar Servo Tuames, Ketua Dewan Adat Keerom membantah pelaku penyanderaan adalah kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM), seperti yang selama ini dituduhkan pihak aparat Indonesia.
Menurut Ketua Adat yang wilayah adatnya meliputi kampung Scofro di Distrik Arso Timur, tempat dimana terjadi penyanderaan, masyarakat setempat mengaku tidak kenal siapa pelaku penyanderaan itu.
“Masyarakat kaget saat peristiwa itu terjadi sekitar jam 12 siang. Mereka tidak kenal siapa yang lakukan penyanderaan itu. Orang-orang yang bawa dua orang itu bukan OPM, karena masyarakat tahu siapa pemimpinnya dan dari kelompok mana,” kata Servo Tuames.
Sementara Ketua Adat Skamto Didimus Weware menambahkan masyarakat hanya tahu yang disandera itu bukan orang Papua.
“Para pekerja yang disandera adalah pekerja kayu yang dipekerjakan oleh Yono, anggota Brimob (Brigade Mobil) yang tinggal di Yotefa, Jayapura. Pekerja yang ditembak itu operator. Orang Ambon. Dua orang Batak yang tarik kayu, yang disandera. Mereka tebang kayu di lokasi milik Hanurata. Tempat itu hanya dua kilometer dari pos perbatasan,” ujar Didimus.
Dalam kondisi cukup sehat
Pemerintah Indonesia belum mengumumkan siapa yang menyandera kedua orang itu.
Saat dihubungi BeritaBenar, Pelaksana Fungsi Sosial dan Budaya KBRI Madrid Allen Simarmata mengatakan dua WNI tersebut telah berada di Rumah Sakit Bhayangkara, Jayapura.
Kepolisian Daerah Papua mengatakan kedua sandera tersebut terlihat cukup sehat secara fisik tidak ada hal yang berarti seperti tanda-tanda penganiayaan dari para penyandera.
“Dua WNI tersebut langsung melakukan pemeriksaan secara menyeluruh di RS Bhayangkara,” kata Kapolda Papua, Irjenpol Paulus Waterpauw di Kantor Imigrasi di Skouw-Wutung, hari Jumat.
Saat ditanya wartawan mengenai siapa pelaku penyanderaan dua WNI ini, Kapolda Papua juga tak bisa memberikan jawaban pasti. Ia mengatakan bahwa pihaknya masih mendalami kasus tersebut.
“Dalam waktu dekat kami akan mengunjungi kedua sandera tersebut untuk meminta keterangan terkait proses penyanderaan,” tutup Paulus.
Hari Rabu 9 September lalu aparat melaporkan penembakan terhadap Kuba Marmahu di kampung Skopro, Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom, diikuti oleh penyanderaan dua orang yang bernama Sudirman dan Badar. Ketiganya dilaporkan bekerja di sebuah perusahaan kayu.