Belum Seluruh Pengungsi Gempa Lombok Tertangani

Menteri Sosial mengatakan pemerintah telah siapkan tunjangan hidup selama tiga bulan kepada semua yang terdampak.
Anton Muhajir
2018.08.08
Mataram
18080_ID_LombokEvacuee_1000.jpg Warga membawa papan meminta sumbangan untuk pengungsi di pinggir jalan raya Lombok bagian barat, Nusa Tenggara Barat, 8 Agustus 2018.
Anton Muhajir/BeritaBenar

Jalan utama dari Senggigi, pusat pariwisata di Lombok Barat, yang termasuk lokasi terkena gempa, hingga Tanjung di ujung utara Pulau Lombok, dipenuhi warga yang minta sumbangan.

Pemandangan serupa juga terlihat di jalan alternatif dari Bangsal ke arah Mataram lewat kawasan perbukitan sejuk Pusuk.

Umumnya para pengungsi membawa kotak-kotak sumbangan dari kardus atau ember bertuliskan “Butuh Bantuan untuk Pengungsi”, “Butuh Obat-obatan dan Tenda”, dan semacamnya.

Fahrur Rozi, warga Dusun Klui, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, misalnya, berdiri di tengah jalan raya sambil membawa papan dari kayu berukuran sekitar 1 x 1 meter persegi.

Di tengah papan putih itu berisi tulisan dalam huruf kapital, “STOP!! LIHAT KAMI. BANTU KAMI. DAN JANGAN LUPAKAN KAMI.”

Junaidi, temannya, membawa papan serupa dengan tulisan, “SEKECIL APAPUN BANTUANNYA. SANGAT BERARTI BUAT KAMI.”

“Sampai tiga hari setelah gempa, kami belum mendapat bantuan apapun dari pemerintah,” kata Rozi kepada BeritaBenar sambil berdiri di tengah jalan di antara kendaraan yang hilir mudik, Rabu, 8 Agustus 2018.

Rozi mengaku mereka baru mendapatkan dua lembar terpal dari orang yang lewat dan digunakan untuk membangun tenda pengungsian sementara. Padahal jumlah warga dari desa di tepi pantai tersebut mencapai sekitar 300 kepala keluarga.

“Ini inisiatif warga sendiri. Kalau tidak meminta begini, pemerintah tidak ada membantu. Kami hanya dilewati bantuan menuju Lombok Utara,” Junaidi menimpali.

Sepanjang hari Rabu mobil membawa berbagai bantuan memang terus mengalir menuju Lombok Utara, daerah paling parah terkena gempa. Tapi, tak hanya warga di Klui yang belum mendapatkan bantuan, pengungsi di Dusun Kecinan pun mengatakan hal serupa.

Dalam kunjungan ke Lombok Utara sehari sebelumnya, Menteri Sosial Idrus Marham mengatakan pemerintah sudah menyiapkan bantuan sosial, termasuk sembako untuk para korban gempa.

“Kita sudah menyiapkan tahap pemulihan, termasuk tunjangan hidup selama tiga bulan ke depan, kepada siapapun yang terkena dampak,” katanya.

Uswatun Khasanah yang mengungsi di bukit belum mendapat bantuan dari pemerintah tiga hari setelah gempa. (Anton Muhajir/BeritaBenar)
Uswatun Khasanah yang mengungsi di bukit belum mendapat bantuan dari pemerintah tiga hari setelah gempa. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

Terlewatkan bantuan

Uswatun Khazanah, seorang warga yang berada persis di pinggir jalan raya mengaku belum mendapatkan bantuan sejak mengungsi empat hari lalu.

Pada malam gempa berkekuatan 7 Skala Richter (SR), dia dan sebagian besar warga desanya mengungsi di atas bukit. Mereka tidak membawa apapun, termasuk tenda.

“Kami tidur kedinginan tanpa alas dan tenda apapun. Anak-anak yang kasihan karena mereka kedinginan dan menangis terus sepanjang malam,” kata ibu satu anak berumur 10 bulan ini.

“Kalau ada bantuan, kami sangat membutuhkan minyak angin dan susu untuk anak-anak terutama yang balita.”

Uswatun mengatakan desa mereka yang berada di balik rimbun pepohonan memang tak terlalu terlihat dari jalan raya.

Karena itu sebagian besar orang yang membawa bantuan hanya lewat begitu saja. Tidak menyadari bahwa banyak desa di pinggir jalan juga mengalami kerusakan.

“Padahal, di desa saya semuanya rata dengan tanah. Semua mengungsi sekarang,” tambahnya.

Karena lokasi pengungsian di atas bukit, Uswatun mengatakan, mereka tidak mendapat bantuan seperti di desa-desa lain.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lebih dari 150.000 warga harus mengungsi karena 42.239 rumah mereka rusak akibat gempa tersebut.

Butuh tenda

Namun, warga Dusun Teluk Nara di desa yang sama dengan Uswatun justru mendapat kunjungan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zainul Majdi, Selasa, 7 Agustus 2018, dan memberi bantuan satu mobil kebutuhan sembako.

Di lapangan terbuka dusun ini terdapat sekitar 200 kepala keluarga dengan lebih dari 900 warga yang mengungsi.

Koordinator pengungsi Dusun Teluk Nara, Lalu Najimudin Abdul Latif, mengaku kebutuhan mereka masih bisa terpenuhi terutama dari sisa-sisa sembako di rumah masing-masing.

“Mungkin bertahan untuk satu dua hari, tetapi kalau tidak ambil dari rumah jika tidak ada yang membantu, ya kami akan mulai meributkan soal makanan,” ujarnya.

Selain kebutuhan pangan yang makin menipis, Najimudin juga mengeluhkan tentang kondisi tenda dari terpal.

“Karena panas saat siang dan dingin saat malam, itu mungkin tidak bisa membuat kami bertahan lebih lama. Kami harapkan segera ada tenda lebih baik dari BPBD,” lanjutnya.

Warga mengungsi di lapangan terbuka akibat gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat, 8 Agustus 2018. (Anton Muhajir/BeritaBenar)
Warga mengungsi di lapangan terbuka akibat gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat, 8 Agustus 2018. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

Jumlah korban simpang siur

Selain para pengungsi yang belum sepenuhnya tertangani dengan baik, jumlah korban gempa juga masih simpang siur.

Data BNPB, hingga Rabu petang, menyebutkan korban meninggal dunia berjumlah 131 orang dan 1.477 mengalami luka-luka.

Namun, Gubernur NTB mengatakan jumlah korban meninggal mencapai 226 orang. Adapun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Utara, yang dilansir kantor berita Antara, korban tewas di kabupaten itu saja mencapai 347 orang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengakui adanya data tentang jumlah korban yang berbeda.

“Posko BNPB dan Pusdalops BPBD NTB masih melakukan verifikasi kebenaran data tersebut,” katanya.

Menurut Sutopo, laporan data korban harus dilampirkan identitas korban yaitu nama, usia, jenis kelamin dan alamat asal untuk menyatakan bahwa data tersebut memang benar.

“Sebab konsekuensi dari adanya korban meninggal dunia, maka pemerintah akan memberikan bantuan santunan duka cita dan lainnya,” tambahnya.

Untuk memastikan data jumlah korban, Sutopo mengatakan BNPB dan BPBD NTB sudah meminta Bupati Lombok Utara untuk memberikan lampiran identitas korban meninggal.

Sesuai regulasi yang ada, data resmi korban akibat bencana yang benar dan diakui pemerintah adalah data dari BNPB dan BPBD.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.