TNI Buru Kelompok Pelaku Tembak Mati 2 Kopassus di Papua

Lekakha Telenggen yang mengaku sebagai Komandan Operasi Pusat Komando Nasional TPNPB mengatakan pihaknya bertanggung jawab atas penembakan itu.
Victor Mambor
2018.08.20
Jayapura
180820-ID-papua-620.jpg Anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat melakukan upacara di kawasan Ndugama, Papua, awal Juli 2018.
Dok. TPNPB

Pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Senin, 20 Agustus 2018, terus melakukan pengejaran terhadap kelompok separatis bersenjata di pedalaman Papua setelah tewasnya dua anggota pasukan khusus.

Dua anggota TNI dari Kopassus tewas ditembak kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) di kawasan Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya hari Minggu.

Wakil Kepala Penerangan Kodam (Waka Pendam) XVII/Cenderawasih, Letkol. Inf Dax Sianturi mengatakan bahwa kedua anggota TNI itu ialah Letda Inf Arman Blegur yang merupakan Komandan Pos Tingginambut dan Pratu Fredi.

“Mereka ditembak saat hendak menuju Tingginambut untuk membawa bahan makanan buat anak-anak setempat,” kata Dax.

Jenazah keduanya dibawa ke Jayapura pada Senin untuk selanjutnya diterbangkan ke Jakarta guna dimakamkan di kampung halaman mereka.

Atas insiden penembakan ini, Dax mengatakan Pangdam Cenderawasih Mayjen George Supit telah memerintahkan kepada prajurit TNI agar memburu para pelaku. Tapi, hingga Senin sore belum diperoleh hasil operasi pengejaran itu.

"Secara umum situasi wilayah Papua tetap kondusif. Insiden tadi terjadi di wilayah yang cukup jauh dari pusat kegiatan masyarakat. Tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat Papua,” katanya.

Informasi lain yang diperoleh BeritaBenar menyebutkan kedua anggota TNI itu sedang dalam operasi untuk menukar bahan makanan dengan senjata yang dimiliki kelompok TPNPB pimpinan Terianus Enumbi.

Operasi pertukaran itu dilakukan setelah sehari sebelumnya Letda Arman mendapat telepon dari Enumbi (anggota Goliat Tabuni) yang meminta bahan makanan dan aki motor yang akan ditukar dengan senjata laras pendek milik kelompoknya.

“Pertukaran akan dilakukan di sekitar jembatan Tingginambut. Pada hari yang disepakati Letda Armand dan Pratu Fredi membawa bahan makanan menggunakan sebuah sepeda motor,” kata sumber yang menolak disebutkan namanya.

Mereka meninggalkan pos mereka sekitar pukul 13.00 waktu setempat. Setengah jam kemudian, masyarakat melaporkan ke pos Tingginambut bahwa ada anggota TNI yang tertembak dekat jembatan.

Setelah anggota pos lain mendatangi lokasi yang disebutkan masyarakat, kedua anggota TNI tersebut ditemukan tewas dengan luka tembak dan panah, dalam rumah kayu dekat jembatan.

Klaim bertanggung jawab

Lekakha Telenggen (sering disebut Lekakak) mengaku pihaknya bertanggung jawab atas penembakian dua anggota TNI tersebut.

Lekakha yang mengklaim sebagai Komandan Operasi Pusat Komando Nasional TPNPB mengatakan pihaknya sudah mengumumkan perang kepada TNI/Polri sejak Januari tahun ini.

“Konflik bersenjata ini sebagai perang pembebasan nasional Papua. Kami sudah umumkan sejak Januari lalu,” katanya melalui sambungan telepon.

Menurut Lekakha, kontak senjata sudah terjadi sejak tanggal 16 Agustus saat anggota TNI memasuki Distrik Yambi melalui Sinak, Kabupaten Puncak.

“Anggota kami sudah empat orang yang ditembak. Kalau TNI, kita sudah tembak tiga,” ujarnya.

Ia menambahkan, jika baku tembak antara TPNPB dan TNI terus berlanjut, maka warga sipil di sekitar Tingginambut dan Yambi akan mengungsi.

“Biasanya nanti, TNI/Polri akan umumkan keadaan kondusif walau sebenarnya sedang terjadi baku tembak sehingga warga mengungsi,” imbuh Lekakha.

Dax menyebut bahwa pihaknya tetap mengedepankan upaya persuasif untuk mengajak anggota TPNPB supaya meletakkan dan menyerahkannya kepada pihak keamanan demi terwujud perdamaian di Papua.

Kekerasan bersenjata di Puncak Jaya, terutama kawasan Tingginambut dan Yambi sudah sering terjadi. Hal yang juga terjadi di Sinak yang merupakan kabupaten pemekaran dari Puncak.

Selain kekerasan bersenjata yang berujung tewasnya warga sipil, anggota TPNPB, TNI dan Polri, kekerasan juga terjadi dalam bentuk penyiksaan, penganiayaan, pembakaran rumah hingga penyanderaan di kawasan pedalaman Papua tersebut.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.