Kepolisian: Tak Ada Perampasan Senjata oleh Kelompok Separatis di Papua
2020.05.28
Jakarta

Aparat keamanan menepis klaim penyerangan dan perampasan amunisi oleh kelompok separatis di empat pos penjagaan milik TNI/Polri di Papua pada pekan lalu, di tengah konflik yang menyebabkan satu orang warga sipil dan satu tenaga medis meninggal dunia dalam sepekan terakhir, demikian pejabat kepolisian, Kamis (28/5).
“Tidak benar ada penyerangan dan perampasan amunisi serta pendudukan empat pos darurat TNI/Polri di Kabupaten Nduga,” kata Juru Bicara Kepolisian Daerah Papua, Ahmad Musthofa Kamal, kepada BenarNews.
“Kami tidak pernah menerima laporan dari jajaran Polres terkait kejadian tersebut,” kata Kamal, seraya menyebut penyebaran kabar penyerangan sengaja dilakukan kelompok separatis untuk menimbulkan kepanikan warga Papua.
Kelompok separatis Papua mengklaim bertanggung jawab atas penyerangan dan perebutan senjata dari empat pos penjagaan gabungan TNI/Polri di Distrik Alguru, Kabupaten Nduga, Papua, pada Sabtu pekan lalu.
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), Sebby Sambom mengatakan, dari penyerangan tersebut kelompoknya berhasil merampas 2.310 butir peluru, 15 rompi antipeluru, 12 ponsel, enam buah handy talky, dan dua ponsel satelit.
Dalam serangan yang dipimpin Panglima TPNPB Ndugama, Egianus Kogeya, kelompok separatis juga mengklaim merampas uang tunai senilai Rp30 juta dari dalam 30 tas ransel milik pasukan TNI/Polri, kata Sebby.
“Kami pimpinan TPNPB-OPM serta seluruh pasukan menuntut pemerintah Indonesia segera mengakui kemerdekaan bangsa Papua dan Papua Barat,” kata Sebby melalui pernyataan yang dikirimnya kepada BenarNews, Kamis.
“Karena secara militer kami sudah menang terus menerus, namun pemerintah Indonesia melalui TNI/Polri memaksakan diri mempertahankan Papua sebagai bagian dari Indonesia,” tambahnya.
Pada Kamis (21/5), kelompok separatis Papua menembak seorang warga sipil bernama Sakeus (35) di Distrik Tembagapura, dekat area pertambangan emas dan tembaga milik PT Freeport Indonesia di Mimika.
“KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) juga melakukan aksinya yakni penembakan terhadap warga non-karyawan di Mile 61 area Freeport, Kamis tanggal 21 Mei 2020,” kata Kamal.
TPNPB-OPM mengakui kelompoknya melakukan penembakan yang menyebabkan kematian tersebut. Namun, Sebby menyatakan bahwa sasaran tembak kelompoknya tersebut bukan warga sipil melainkan intel pasukan keamanan Indonesia.
“(Korban tewas) Dia itu anggota TNI/Polri orang asli Papua yang ditembak TPNPB-OPM,” kata Sebby melalui pesan singkat.
Akhir Maret lalu, kelompok separatis juga menembak tiga pekerja PT Freeport Indonesia di Mimika. Seorang pekerja dari Selandia Baru atas nama Graeme Thomas Wall meninggal dunia, sementara dua pegawai lainnya mengalami luka-luka.
Aparat gabungan TNI/Polri hingga kini masih melakukan pengejaran terhadap kelompok separatis Papua yang melakukan kekacauan di Papua.
“Kami akan terus mengejar pelaku, memang anggota kami di lapangan mengalami hambatan terkait medan yang sulit tetapi itu bukan suatu halangan untuk melakukan penegakan hukum,” tutup Kamal.
Penembakan tenaga medis
Juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambon, menolak tuduhan kepolisian yang menyebut kelompok separatis bertanggung jawab atas penembakan terhadap dua tenaga medis tim Gugus Tugas COVID-19 di Kabupaten Intan Jaya pada Jumat (22/5) lalu.
“Itu TNI/Polri mau kambing-hitamkan TPNPB-OPM. TNI/Polri itu tukang tipu di Papua,” kata Sebby, Kamis.
Jumat pekan lalu, Alamanek Bagau dan Koni Somou, dua tenaga medis tim Gugus Tugas COVID-19, menjadi korban penembakan saat tengah mengantar obat-obatan di sekitar Distrik Windai, Kabupaten Intan Jaya, Papua, sebut keterangan Polda Papua.
Koni Somou meninggal dunia di tempat, sementara Alemanek Bagau masih menjalani perawatan intensif di RSUD Nabire, Papua, kata Kadiv Humas Polda Papua Ahmad Musthofa Kamal.
“Penembakan KKB telah menyebabkan satu petugas medis gugur saat menjalankan tugas kemanusiaan di Distrik Wandai, Intan Jaya,” kata Kamal.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Papua meminta aparat keamanan Papua untuk melakukan penyelidikan secara mendalam atas kejadian penembakan yang menimpa tenaga medis tersebut.
“Melakukan penyelidikan secara mendalam atas peristiwa di Wandai, Kabupaten Intan Jaya dan diproses sesuai mekanisme hukum yang berlaku,” kata Plh Kepala Perwakilan Komnas HAM Papua, Melchior S Weruin dalam keterangan persnya.
Komnas HAM juga meminta Polda Papua untuk memberikan jaminan perlindungan dan keamanan maksimal bagi para pekerja kemanusiaan, tenaga medis, dan wartawan yang melaksanakan tugas dalam upaya pencegahan dan penanggulangan COVID-19.
Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Polisi Paulus Waterpauw memastikan saat ini Provinsi Papua dalam situasi kondusif dan aman. Pihaknya juga selalu berkoordinasi dengan Kodam XVXII/Cenderawasih untuk mengantisipasi gerakan kelompok separatis.
“Karena apa yang mereka lakukan sangat serius maka TNI/Polri tetap memperketat keamanan dan memperluas jaringan untuk hadapi KKB,” kata Paulus, dikutip dari laporan AntaraNews, Kamis.