Gempa Kuat Kembali Guncang Lombok, Warga Mulai Trauma

BMKG mengatakan gempa berkekuatan magnitudo 6,9 bukan gempa susulan dari gempa yang terjadi pada 29 Juli 2018 dan 5 Agustus 2018 lalu.
Anton Muhajir
2018.08.20
Denpasar
180820-ID-quake-620.jpg Para korban gempa mengungsi di persawahan terbuka di Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, 8 Agustus 2018
Anton Muhajir/BeritaBenar

Warga Lombok di Nusa Tenggara Barat yang menjadi korban gempa bumi besar pada 5 Agustus lalu mulai pasrah dan trauma menyusul guncangan kuat yang kembali melanda pulau wisata itu, Minggu, 19 Agustus 2018, yang menewaskan setidaknya 10 orang.

Junaidi, seorang warga Dusun Klui, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, menyatakan bahwa bantuan dari pemerintah, termasuk terpal, selimut dan sembako, telah mereka terima meski pembagiannya belum merata.

“Mau bagaimana lagi. Sekarang kami bisa pasrah saja,” tutur pejual bakso dan sosis bakar itu ketika dihubungi BeritaBenar dari Denpasar melalui telepon, Senin.

Sepanjang hari Minggu terjadi beberapa kali gempa yang bukan susulan dari gempa sebelumnya. Puncaknya adalah guncangan berkekuatan 6,9 Skala Richter pada Minggu malam.

Junaidi mengatakan sebagian warga sempat pulang ke rumah yang rusak. Namun, gempa-gempa besar yang mulai terasa lagi membuat mereka kembali lagi ke tempat pengungsian.

“Sejak kemarin mulai tidur lagi di tenda untuk jaga-jaga. Semalam bahkan tidak tidur sama sekali,” lanjutnya.

“Penting sekali ada trauma healing, terutama untuk anak-anak.”

Menurut dia, di desanya ada dua kelompok pengungsi.

“Kami dibagi dua biar lebih mudah penanganannya. Kalau dijadikan satu, akan susah untuk mandi dan salat,” katanya.

Pengungsi lain, Baiq Nurhayati, mengatakan masih membutuhkan bantuan berupa tenda khusus untuk pengungsi.

Hingga dua minggu setelah gempa 5 Agustus 2018, ibu dua anak ini menggunakan terpal untuk jemuran sebagai tenda bersama anak-anaknya.

“Kondisi terpalnya juga mulai rusak, padahal sebentar lagi akan mulai hujan. Saya khawatir nanti kami akan sakit, terutama anak-anak dan orang tua yang sudah jompo,” lanjut warga Desa Bangsal, Kecamatan Pemenang ini.

Akibat gempa baru yang terjadi, menurut Baiq, warga kembali panik dari yang sebelumnya sudah relatif tenang.

“Takut. Di tempat pengungsi ada yang sampai mati karena kena serangan jantung dan kejatuhan bangunan runtuh,” ujarnya.

Korban bertambah

Menurut siaran pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), setidaknya 10 orang tewas akibat beberapa kali gempa hari Minggu.

Gempa juga mengakibatkan 24 orang luka-luka, 151 rumah dan enam fasilitas ibadah rusak.

“Data ini mungkin akan terus bertambah karena padamnya listrik menyebabkan komunikasi dan pendataan terhambat,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Menurutnya, gempa Minggu malam memang relatif tidak menimbulkan banyak korban jiwa karena sebagian besar warga sudah berada di luar rumah setelah terjadi gempa beruntun siang hari.

“Rasa trauma guncangan gempa menyebabkan masyarakat memilih berada di luar rumah,” katanya.

Terkait penanganan korban gempa, Kementerian Sosial telah selesai melakukan verifikasi terhadap korban meninggal.

Hingga Senin, korban gempa pada 5 Agustus 2018 sebanyak 556 orang terdiri dari Kota Mataram 12 jiwa, Lombok Barat 45 jiwa, Lombok Utara 471 jiwa, Lombok Tengah 2 orang, dan Lombok Timur 26 orang.

Pemerintah akan memberikan santunan kematian Rp15 juta per jiwa.

“Seluruhnya akan diberikan santunan kepada ahli waris,” kata Menteri Sosial Idrus Marham kepada wartawan.

Adapun korban luka berat atau rawat inap sebanyak 1.054 jiwa, rumah rusak sebanyak 71.937 unit, dan jumlah pengungsi saat ini mencapai 417.529 jiwa.

Pemerintah memperkirakan kerugian akibat gempa pada 5 Agustus 2018 ini mencapai Rp 7,45 triliun.

Sementara itu, Presiden Joko “Jokowi” Widodo menyebutkan, dia sedang mempersiapkan instruksi presiden (Inpres) tentang penanganan dampak gempa Lombok.

"Ini baru disiapkan Inpresnya," ujarnya seperti dikutip dari laman Kompas.com.

Dia mengaku terus memantau perkembangan penanganan gempa.

"Saya ikuti terus. Setiap menit saya ikuti terus, tadi malam dapat info dari sana. Mungkin enggak tahu kapan, saya mau mengatur waktu lagi (pergi) ke Lombok," katanya.

Seorang pria lanjut usia berdoa di tenda pengungsian di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, 8 Agustus 2018. Anton Muhajir/BeritaBenar
Seorang pria lanjut usia berdoa di tenda pengungsian di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, 8 Agustus 2018. Anton Muhajir/BeritaBenar

 

Bukan gempa susulan

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa dengan kekuatan di atas 5 magnitudo terjadi setidaknya sembilan kali sepanjang hari Minggu.

Gempa paling besar terjadi pukul 21:56 WIB yang mencapai magnitudo 7, tetapi kemudian diralat menjadi 6,9.

Dalam siaran persnya, BMKG mengatakan gempa berkekuatan tersebut merupakan gempa baru, bukan gempa susulan dari gempa 29 Juli 2018 dan 5 Agustus 2018.

Hal itu dilihat dari lokasi pusat gempa yang terletak di ujung timur Pulau Lombok diikuti sebaran episenter gempa dan membentuk kluster episenter dengan sebaran ke arah timur (di laut) hingga di sebelah utara Sumbawa Barat.

“Namun, kedua gempa pada 5 Agustus 2018 dan Minggu malam memiliki keterkaitan erat,” kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono.

Dia menambahkan aktivitas gempa baru dengan pusat di ujung timur Pulau Lombok diduga kuat akibat dipicu oleh trigger statis (static stress) rangkaian gempa-gempa kuat di Lombok yang terjadi sebelumnya.

“Menariknya, rekahan batuan yang diciptakan oleh kedua gempa tersebut masih terjadi pada satu sistem sesar sama yaitu dalam kerangka sistem Sesar Naik Flores. Ini tempak jelas dari mekanisme pusat gempa yang terjadi,” lanjutnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.