Anggota Kembali Ditembak di Nduga, TNI Buru Kelompok Separatis
2019.07.22
Jakarta
Diperbarui pada Selasa,23 Juli 2019, 07:00 WIB
Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih terus mengejar Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) yang menewaskan seorang prajurit TNI akhir minggu lalu, demikian pernyataan seorang pejabat militer, Senin, 22 Juli 2019.
Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) XVII/Cendrawasih Kolonel Inf. Muhammad Aidi mengatakan anggota TNI Usman Helembo (23) meninggal akibat ditembak oleh sekitar lima anggota KSB saat turut mengamankan pembangunan jalan dan jembatan Trans Papua di Distrik Yuguru, Kabupaten Nduga, Papua, Sabtu lalu.
"Pengejaran terus dilakukan meski ada sejumlah kendala di lapangan," kata Muhammad Aidi, kepada BeritaBenar, Senin.
Aidi menolak merinci jumlah anggota yang terlibat dari pengejaran anggota KSB dengan alasan menjaga kerahasiaan operasi pengejaran.
Sejumlah kendala yang ditemui, antara lain pengetahuan topografi anggota TNI tentang Nduga yang tidak sebaik kelompok separatis bersenjata. Padahal, terang Aidi, medan Nduga tergolong berat karena penuh bukit, jurang, dan hutan.
"Mereka (kelompok separatis) juga tidak pernah mau berhadapan langsung dengan anggota," kata Aidi.
"Seperti kemarin, saat mereka lari memencar usai menembak anggota. Ditambah jika terdesak, mereka bisa langsung meletakkan senjata dan bergabung dengan masyarakat biasa."
Sejak penembakan yang menewaskan 19 pekerja Istaka Karya pada Desember tahun lalu, TNI dan Polri telah beberapa kali mengirim petugas bersenjata ke Papua.
Pada bulan Desember segera setelah penembakan itu, TNI dan Polri mengirim sekitar 353 personel untuk memburu KSB.
Jumlah ini bertambah pada 9 Maret 2019, saat 600 personel tambahan TNI dikirim dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Kronologi penembakan
Aidi menuturkan Usman Helembo gugur ditembak anggota KSB pimpinan Egianus Kogoya pada Sabtu sekitar pukul 12.40 WIT. Ia menambahkan Usman dan personel lainnya sedang beristirahat ketika ditembak tiba-tiba dari arah semak belukar.
Personel TNI dan Polri sempat membalas tembakan dan berupaya mengejar, namun anggota kelompok separatis bersenjata itu melarikan diri.
Pengejaran kemudian dihentikan terhalang topografi yang penuh jurang dan hujan lebat.
"Mereka (anggota KSB) kan sangat mengenal lapangan karena mereka lahir dan besar di sana," kata Aidi.
"Ditakutkan jika terus dikejar, sedang mereka berpencar, malah anggotanya yang nantinya kembali tertembak anggota (kelompok separatis) yang lain,” tambah Aidi.
Merujuk data kelompok aktivis hak asasi manusia - Tim Solidaritas untuk Papua, Usman adalah korban ke-18 dari anggota TNI dan Polri sejak operasi pengejaran KSB di Nduga dimulai pada akhir tahun lalu.
Jenazah Usman telah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Wamena, lewat upacara militer yang dipimpin Panglima Daerah Militer XVII/Cendrawasih Mayor Jenderal Yosua Pandit Sembiring.
“Atas nama negara dan seluruh pimpinan yang ada di daerah Papua, saya ucapkan turut berduka cita. Beliau adalah prajurit TNI yang teladan dan mengemban tugas negara. Kami mendoakan almarhum diterima di sisi Yang Maha Kuasa,” ujar Yosua kepada wartawan.
“Saya menganggap dia adalah pahlawan pembangunan.”
Bantuan untuk Nduga
Perburuan terhadap kelompok separatis bersenjata oleh TNI dan Polri telah membuat warga Nduga mengungsi ke hutan dan juga ke sejumlah wilayah di Wamena.
Tim Solidaritas untuk Papua mencatat pengungsi akibat konflik Nduga mencapai 5.000 orang dan 139 meninggal dunia, namun angka ini dibantah Aidi, dan juga diragukan Kementerian Sosial .
Menurut Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat, sejumlah pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing. Adapun korban meninggal, Dinas Sosial setempat belum menerima satu laporan kasus kematian pun.
"Dinas Sosial Kabupaten Wamena menyatakan hingga saat ini belum menerima laporan korban meninggal dunia," kata Harry Hikmat dalam keterangan pers.
Meski masih belum mengantongi jumlah pasti, lanjut Harry, pemerintah kini terus memberikan bantuan bagi mereka yang terdampak konflik, dengan total bantuan mencapai Rp740 juta.
Dalam bantuan tahap pertama, pemerintah telah menyalurkan sembako termasuk 50 ton cadangan beras untuk para pengungsi.
Saat ini, bantuan tahap kedua pun siap disalurkan dan menurut rencana sudah akan sampai ke tangan para pengungsi pada pekan ini.
"Semua bantuan saat ini sudah berada di gudang Dinas Sosial Provinsi Papua dan siap diterbangkan ke Wamena," kata Harry.
Selain bahan makanan, bantuan tahap kedua ini juga berisi perlengkapan bermain dan olahraga.
Belum ditemukan
Sementara itu, Aidi mengatakan bahwa pencarian helikopter TNI Angkatan Darat yang hilang pada Jumat 28 Juni lalu, sampai saat ini belum ada kemajuan.
Helikopter MI-17 buatan Rusia itu hilang kontak beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Oksibil di wilayah Pegunungan Bintang.
"Selain pencarian dilakukan melalui jalan darat juga lewat udara dan sempat dilakukan tiga kali menggunakan helikopter yang stand by di Oksibil namun belum menemukan titik terang," ujar Aidi.
Dua belas anggota TNI dilaporkan berada di dalam helikopter naas tersebut. Helikopter itu sebelumnya dilaporkan mengirimkan bantuan logistik ke Okbibab di Kabupaten Pegunungan Bintang, demikian dikutip di Tempo.
Versi yag diperbarui ini menyertakan komentar dari Panglima Daerah Militer XVII/Cendrawasih, Mayor Jenderal Yosua Pandit Sembiring.
Victor Mambor di Jayapura, Papua, turut berkontribusi dalam artikel ini.