81 Migran Rohingya Terdampar di Aceh

Ini adalah kali ketiga etnis minoritas Myanmar itu terdampar di Indonesia dalam dua tahun terakhir.
Riza Chadijah
2021.06.04
Jakarta
81 Migran Rohingya Terdampar di Aceh Sejumlah pengungsi Rohingya yang terdampar di Pulau Idaman, Kecamatan Simpang Ulim, Kabupaten Aceh Timur, Jumat, 4 Juni 2021.
AFP

Sebanyak 81 orang migran etnis Rohingya ditemukan terdampar di sebuah pulau kecil di Kabupaten Aceh Timur, Jumat (4/6) setelah perjalanan berbulan-bulan di lautan. Mereka mengaku memiliki tujuan ke Malaysia namun tidak bisa memasuki negara tersebut hingga akhirnya terdampar di Aceh.

Perahu yang mereka tumpangi mendarat di pulau Idaman, sebuah pulau kecil di dekat pantai Simpang Ulim, Aceh Timur. Warga di sekitar mengatakan pulau tersebut tidak berpenduduk.

Ulim Idris, Kepala Desa Gampong Kuala Simpang, desa yang terletak di dekat pulau tersebut mengatakan mereka terdiri dari 49 perempuan, 11 anak-anak dan sisanya laki-laki. “Kondisi mereka kelihatan sehat walaupun kekurangan makanan saat di perjalanan," kata Ulim saat dihubungi BenarNews.

Bantuan baik berupa makanan, pakaian dan obat-obatan diberikan warga pesisir pantai. Menurut Idris warga membangun tenda darurat untuk para pengungsi itu berteduh sementara.

"Tadi sudah datang camat ke lokasi. Tapi belum tahu mau dibawa kemana mereka. Sementara kita siapkan kebutuhan seadanya untuk mereka," ujarnya.

Petugas medis juga telah diturunkan untuk memeriksa para imigran itu, terutama untuk memastikan mereka bebas dari COVID-19. "Tadi sudah datang orang puskesmas, tapi kita belum tahu hasil pemeriksaan terhadap mereka," sebutnya.

Idris mengatakan, warga yang memberikan bantuan kepada para imigran itu juga tetap diminta menjaga kesehatan. "Kita sudah ingatkan kepada warga supaya pakai masker, takut juga kita, apalagi kasus COVID di Aceh juga lagi tinggi sekarang," ujarnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Timur, Ashadi Asa mengatakan, pihaknya masih menunggu keputusan dari rapat forum komunikasi pemerintah daerah, untuk menangani para imigran ini.

"Sejauh ini belum ada keputusan kita mau tempatkan di mana mereka ini. Yang pasti hingga saat ini mereka masih di Pulau Idaman dijaga warga setempat," kata Ashadi kepada BenarNews.

Menurut Ashadi pemerintah Kabupaten Aceh Timur juga masih menunggu kedatangan tim dari lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi pengungsi (UNHCR) perwakilan Sumatra. Pemerintah setempat berharap UNHCR nantinya akan dapat menangani mereka lebih baik.

Sembilan meninggal

Muhammad Ilyas, salah seorang imigran yang mengaku beretnis Rohingya mengaku mereka sebelumnya hendak menuju Malaysia. Namun mereka tidak bisa memasuki negara itu.

"Sebelumnya, kami ada 90 orang. Namun, dalam perjalanan, sembilan orang, lima di antaranya perempuan dan empat laki-laki, meninggal dunia. Kini, kami yang tersisa 81 orang, terdampar di daerah ini," kata Ilyas dalam bahasa Melayu, sebagaimana dikutip Antara.

Menurut Ilyas, awalnya mereka memulai perjalanan dari Myanmar ke Malaysia. Namun penjagaan di jalur masuk menuju Malaysia diperketat sehingga mereka tidak bisa memasuki negara itu.  

Sejak pandemi COVID-19, Malaysia memperketat penerimaan warga asing termasuk pengungsi Rohingya. Malaysia menyiagakan tentara dan petugas imigrasi di perbatasan, untuk membendung masuknya warga asing ke negaranya, yang kini masih mencatatkan angka penularan harian tertinggi di Asia Tenggara.

"Lalu, kami terdampar ke laut India. Namun karena kapal kami bocor dan rusak. Nelayan India memberikan kami kapal ini untuk seterusnya melanjutkan perjalanan," kata Ilyas kepada Antara.

Setelah empat bulan terombang-ambing di laut lepas, kapal mereka kandas karena mesin rusak sehingga terdampar di pulau kecil di Aceh Timur tersebut.

Berulang

Pada 2020, Aceh kedatangan hampir 400 warga Rohingya dalam dua gelombang di Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Namun, pada akhir Januari 2021, jumlah mereka hanya 112 orang lantaran sebagian besar telah kabur ke Malaysia.

Pada Oktober 2020, Polda Aceh berhasil mengungkap sindikat yang membantu menyelundupkan imigran Rohingya ke Aceh. Saat itu polisi menangkap sejumlah orang yang berperan untuk menjemput imigran Rohingya di Samudera Hindia menuju perairan Aceh.

Polda Aceh juga menangkap sejumlah orang yang membantu kaburnya migran Rohingya di tempat penampungan menuju Malaysia. Mereka mengaku dibayar untuk membawa kabur mereka dari tempat pengungsian menuju Medan, Sumatra Utara, sebelum berangkat ke Malaysia lewat Pelabuhan Belawan.

UNHCR sejauh ini belum memberikan pernyataan mengenai kembali ditemukannya imigran Rohingya di Aceh. Petugas perwakilan UNHCR di Aceh dan Jakarta yang coba dihubungi tidak memberikan jawaban.

Sepanjang 2020, sebanyak 396 imigran etnis Rohingya tiba di Aceh Utara dalam dua gelombang kedatangan yakni 99 orang pada Juni dan 297 orang lainnya 7 September. Tiga pengungsi meninggal dunia karena sakit, sementara beberapa lainnya mencoba melarikan diri dari tempat penampungan sementara di Balai Latihan Kerja Lhokseumawe, Aceh Utara. 

Kementerian Luar Negeri mencatat Indonesia menampung lebih dari 11.000 pengungsi Rohingya yang datang sejak tahun 2015.

Investigator hak asasi manusia dari PBB pada tahun 2018 melaporkan bahwa militer Myanmar melakukan kekerasan dan pembunuhan terhadap warga Rohingya dengan “tujuan genosida" pada tahun sebelumnya yang membuat hampir sejuta kelompok minoritas Muslim tersebut melarikan diri ke Bangladesh.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.