Memerangi Terorisme dengan Telepon Pintar

Lintang Sulastri
2016.01.28
Jakarta
160128_ID_APP_1000 Aplikasi game ponsel Tumpas Teroris yang diluncurkan Mabes Polri Kamis, 28 Januari 2016 mengajak kaum muda memerangi terorisme
BeritaBenar

Sebagai salah satu upaya memerangi radikalisme dan terorisme di kalangan kaum muda, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) pada hari Rabu, 27 Januari, meluncurkan aplikasi online pengaduan tindakan terorisme dan permainan bertema terorisme.

Aplikasi telepon pintar untuk membahas dan mengadukan tindakan radikal bernama Stop Terrorism. Selain itu kaum muda juga bisa memainkan game melawan teroris bernama Tumpas Teroris.

Adjie Pratama, 23, seorang guru homeschooling untuk bidang Matematika dan Fisika, menciptakan kedua aplikasi ini. Kepada BeritaBenar Adjie bercerita bahwa gagasan ini dia dapatkan ketika melihat reaksi para pengguna internet di Indonesia pasca-serangan teror Thamrin di Jakarta dua minggu lalu.

“Saya kaget juga dengan reaksi-reaksi tersebut. Yang saya lihat pertama kali adalah tagar #KamiTidakTakut, lalu yang muncul setelah itu adalah meme tukang sate yang tetap berjualan, padahal suasana masih tegang. Ada lagi muncul tagar #PolisiGanteng, saya pikir ternyata orang Indonesia bisa juga santai menyikapi kejadian ini,” kata Adjie.

Keesokan harinya Adjie, yang juga pengembang startup, langsung terinsipirasi menciptakan permainan ponsel yang awalnya dia namakan Bantai Teroris. Lalu game ini diperlihatkannya kepada beberapa rekannya untuk dicoba dimainkan.

Digandeng Mabes Polri

Kerjasama dengan Mabes Polri bermula dari perkenalannya dengan Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Irjen Anton Charliyan, melalui seorang teman. Anton akhirnya mengajak Adjie untuk bekerjasama. Polri meminta Adjie untuk mengubah kata “bantai” karena dinilai terlalu kasar. Game tersebut akhirnya diberi nama Tumpas Teroris.

Dari ide kerjasama itu, Adjie pun mengembangkan kreasinya dengan membuat aplikasi Stop Terrorism yang merupakan aplikasi tindakan preventif. Masyarakat yang mengunduh aplikasi ini bisa melaporkan kepada polisi bila ada yang mencurigakan di sekitar mereka. Mereka juga bisa berdiskusi tentang terorisme di forum online yang diikuti dan diawasi oleh perwira Mabes Polri.

Masyarakat yang ingin menyampaikan pengaduan bisa mengisi formulir yang tersedia, disertai nomor identitas seperti yang tertera di Kartu Tanda Penduduk atau Surat Izin Mengemudi. Pengaduan yang terhubung dengan Humas Mabes Polri ini kemudian akan dipilah dan diseleksi oleh para anggota Polri sesuai dengan jenis aduannya.

“Aplikasi ini kami buat agar masyarakat membenci tindakan terorisme sejak dini dan mengakses kepolisian lewat telepon pintar mereka,” kata Anton kepada BeritaBenar.

Menurut Anton, kerjasama dengan Adjie untuk mengembangkan alat penyuluhan kepada masyarakat akan diperluas ke masalah lainnya, seperti narkoba dan lalu lintas.

'Berperang dengan teroris'

Aplikasi ponsel Stop Terrorism menyediakan forum bagi kaum muda untuk membahas, membaca berita dan melaporkan aksi radikal dan terorisme. (BeritaBenar)

Permainan memerangi teroris dalam game Tumpas Teroris, menurut Adjie, terdiri dari tujuh tingkat.

“User akan bermain menumpas teroris dengan bersenjatakan ketapel dan batu. Untuk setiap teroris yang terkena lemparan batu atau ketapel akan mendapatkan poin. Tapi user harus juga waspada, karena teroris bersenjata bisa saja menembak si user,” kata Adjie.

Beberapa pesan dimasukkan di game ini, seperti “Terorisme bukan Jihad” dan "Terorisme tidak mengenal agama". Setiap pesan kemudian diakhiri dengan tagar "Kami Tidak Takut" (#KamiTidakTakut).

Menurut Adjie, kedua aplikasi yang bisa diunduh dari Google Play Store dan Amazon secara gratis ini termasuk ringan, sehingga tidak akan memberatkan telepon pintar para penggunanya.

Masih perlu perbaikan

Pengamat sosial media, Enda Nasution, menganggap gagasan ini cukup baik dan bisa menarik minat pengguna muda. Namun ia menambahkan, saat ini tidak ada yang terlalu istimewa dari game tersebut.

“Bisa saja (game ini) digunakan untuk menangkal penyebaran paham-paham radikal, hanya harus jelas metodenya. Apa pesan yang ingin disampaikan, baru kemudian pesan-pesan tersebut dituangkan dalam bentuk game,” kata Enda.

"Buat yang bagus dengan dasar-dasar keilmuan yang tepat juga, jangan terburu-buru seolah-olah memanfaatkan momen saja," tukasnya.

Adjie memang mengatakan bahwa kedua aplikasi itu dibuat dalam waktu lima hari sejak dia bertemu dengan pihak Polri.

Sedangkan untuk aplikasi pengaduan, Enda masih melihat dari segi desain yang menurutnya agak kasar, karena juga tampak dibuat terburu-buru dan sebenarnya masih bisa diperhalus lagi.

“Dari segi fungsi -- saya kira karena terorisme itu bukan kasus yang muncul setiap hari -- kalau ada info yang ingin disampaikan, lebih baik disampaikan lewat telepon, misalnya,” kata Enda.

Dari review sejumlah pengguna aplikasi tersebut, menurut Enda, ada yang menanggapi game ini dengan postif. Sedangkan di antara pengguna yang memberikan review negatif, tambahnya, ada yang mengatakan permainan ini hanyalah tembak-tembakan dan tidak menyelesaikan masalah terorisme hingga ke akarnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.