Malaysia Siaga Setelah Warganya Ada di Video Propaganda ISIS
2018.01.02
Kuala Lumpur
Pihak berwenang di Malaysia waspada setelah sebuah video baru propaganda dari kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tersebar, memperlihatkan secara langsung eksekusi sejumlah tahanan dan seorang warga Malaysia yang mendesak pengikut ISIS untuk melakukan serangan di negara asal mereka.
Video delapan menit tersebut menampilkan dua militan, yang diidentifikasi oleh pihak berwenang di Malaysia dan Singapura sebagai warga negara masing-masing, berbicara di hadapan kamera saat mereka memanggil pendukung ISIS untuk melakukan tindakan teror.
Video baru tersebut muncul saat Malaysia dan Arab Saudi bersiap untuk menjadi tuan rumah konferensi dua hari kontra-terorisme yang akan mempertemukan menteri pertahanan dari 20 negara di Putrajaya, ibukota administratif Malaysia, pada 5-6 Januari 2018.
"Pihak berwenang Malaysia telah meningkatkan intel dan sumber daya mereka untuk memantau aktivitas individu yang dicurigai membantu dan mendukung kelompok ISIS di Malaysia," seorang pejabat senior polisi Malaysia mengatakan pada hari Selasa menanggapi pertanyaan tentang video propaganda tersebut.
"Dari temuan awal kami, video tersebut adalah video yang baru diproduksi karena orang Malaysia itu tidak pernah muncul dalam video apapun sebelumnya," kata sumber yang tidak mau disebutkan namanya tersebut kepada BeritaBenar.
Video yang dipublikasikan secara online oleh Khayr Wilayah, kelompok media pro-ISIS, menampilkan sebuah wawancara dengan seorang pelaku bom bunuh diri ISIS di mobilnya sebelum menjalankan misinya, rekaman serangan teroris ISIS di Paris dan Nice, Prancis, serta situasi zona perang di Timur Tengah. Menggunakan narasi dalam bahasa Arab, video tersebut juga berisi rekaman perayaan Tahun Baru di Sydney, Australia, dan cuplikan gambar pusat kota Los Angeles dan Kota New York.
Polisi Malaysia mengidentifikasi salah seorang pembicara dalam video tersebut sebagai warga Malaysia, Muhammad Aqif Heusen Rahizat, saudara dari Muhammad Afiq Heusen Rahizat, seorang militan yang tewas dalam pemboman di perbatasan Irak-Suriah pada bulan Oktober 2014. Kematiannya terjadi setelah Aqif melakukan perjalanan ke wilayah tersebut pada bulan Desember 2013 untuk bergabung dengan saudaranya di sana, kata pejabat polisi senior tersebut.
Aqif yang berusia 25 tahun, yang memiliki alias Abu Sufyan Malayzi, berasal dari Kluang, sebuah kota kecil di negara bagian selatan Johor, kata sumber tersebut. Hingga 2015, Aqif aktif merekrut pejuang melalui Facebook.
Di antara orang-orang yang diduga telah direkrut olehnya adalah calon istrinya, Ummi Kalsom Bahak, yang ditangkap di Bandara Internasional Kuala Lumpur 2 pada bulan Oktober 2014 dan didakwa melakukan tindak pidana, demikian kata sumber tersebut.
"Dia berada dalam pengamatan sejak saat itu sampai video terbaru dirilis oleh ISIS pada bulan Desember," kata pejabat tersebut kepada BeritaBenar.
'Bunuh musuh-musuh Allah'
Aqif muncul selama dua menit dalam video propaganda itu.
“If you have many obstacles to perform hijrah to the land of Khilafah and … al-Sham and
"Jika Kamu memiliki banyak hambatan untuk melakukan hijrah ke tanah Khilafah dan ... al-Sham dan Wilayah lainnya, maka Allah telah membuka untuk kalian semua tanah jihad di negaramu sendiri," katanya dalam monolog bahasa Inggris, merujuk ke Irak dan Suriah yang jatuh ke pasukan koalisi anti-ISIS pada tahun 2017.
Kemudian dalam video tersebut, seorang pria yang digambarkan oleh pejabat di Singapura sebagai seorang warga Singapura, Megat Shahdan Abdul Samad, muncul dalam seragam tempur dengan pistol. Senjata tersebut kemuadian dia gunakan bersama dua pria lain dalam apa yang tampak sebagai eksekusi terhadap tiga orang tahanan.
"Bunuh musuh Allah dimanapun Kamu berada," kata pria tersebut dalam video yang ditonton oleh BeritaBenar.
"Sekarang pertempuran baru saja dimulai. Kami tidak akan pernah berhenti memotong kepala setiap kufur dan muqtaddin sampai kita membersihkan tanah Islam dari Asia Timur ke Barat Afrika," tambahnya.
Menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh Straits Times Singapura akhir pekan lalu, video berdurasi delapan menit ini merupakan yang kedua kalinya menampilkan Megat Shahdan Abdul Samad, menyusul penampilannya dalam video propaganda yang lebih pendek yang disebarkan pada bulan September.
Pihak berwenang Malaysia percaya bahwa Muhammad Aqif Heusen Rhizat sekarang bersembunyi dengan anggota warga Malaysia lainnya di Abu Kamal, sebuah kota di Suriah dekat perbatasan dengan Irak setelah kekalahan ISIS di Raqqa, demikian menurut pejabat polisi tersebut.
Tiga puluh empat orang Malaysia dilaporkan terbunuh saat berperang mendukung ISIS di Irak dan Suriah. Selain mereka, 53 orang Malaysia lainnya- terdiri dari 24 pria, 12 wanita dan 17 anak - diyakini masih berada di Suriah, namun mungkin telah melarikan diri dari kota-kota di mana pertempuran terjadi, menurut polisi Malaysia. Para pejabat mengatakan bahwa orang-orang Malaysia mungkin mencari perlindungan di kamp-kamp di sepanjang perbatasan Suriah dengan Yordania dan Turki.
Sejak 2013, pihak berwenang Malaysia telah menahan 369 orang karena diduga terkait ISIS dan kelompok militan lainnya, menurut statistik pemerintah dalam catatan BeritaBenar.
Pertemuan INternasional
Sementara itu, Malaysia tengah bersiap untuk menjadi tuan rumah konferensi dialog keamanan internasional mengenai pengalaman negara-negara mengenai "kebijakan dan moderasi dalam melawan terorisme."
Konferensi yang dimulai pada hari Jumat dan berakhir Sabtu itu diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri Malaysia dan kelompok cendekia Arab Saudi, Rabitah Al-Alam Al-Islami atau Liga Dunia Muslim.
Sebanyak 1.000 orang dari Malaysia, Arab Saudi dan 18 negara lainnya, termasuk Indonesia, Singapura, India, Pakistan, Turki, Australia, Prancis dan Inggris, diharapkan hadir.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan memberikan pidato pada hari penutupan konferensi di Putrajaya.
Konferensi tersebut akan dibagi dalam empat sesi pleno yang mencakup tema termasuk kolaborasi internasional dalam memerangi terorisme; "Islam sebagai sarana moderasi dan keamanan"; "peran agama dalam menanamkan nilai dan moderasi"; dan "melawan terorisme dengan kebijaksanaan dan kemanusiaan."
Pertemuan tersebut akan berlangsung di tengah hubungan bilateral yang bermasalah antara Kuala Lumpur dan Riyadh.
Selama kunjungannya ke Malaysia pada bulan Maret 2017, Raja Saudi Salman mengumumkan bahwa Malaysia akan menjadi rumah masa depan sebuah pusat yang didukung oleh Saudi, Pusat Perdamaian Internasional Raja Salman, yang akan berfungsi untuk melawan terorisme.
Pemerintah Malaysia memiliki waktu dua tahun untuk membangun pusat tersebut, yang akan ditempatkan di lokasi seluas seluas 16 hektar di Putrajaya.
Malaysia sudah memiliki pusat pesan kontra-ekstremis online yang berada di bawah pengawasan Kepolisian Kerajaan Malaysia. Negara itu juga memiliki Pusat Penanggulangan Terorisme Asia Tenggara, yang dioperasikan di bawah Kementerian Luar Negeri dengan bantuan dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.