Lebih dari 300 warga Indonesia dievakuasi ke Yordania hindari konflik Hamas-Israel
2023.10.13
Jakarta
Pemerintah pada Jumat (13/10) mengatakan telah mengevakuasi lebih dari 300 warga negara Indonesia dari Israel ke Yordania untuk menghindari konflik Hamas-Israel yang telah berlangsung selama seminggu.
“Sebanyak 317 warga Indonesia, yang sebagian besar merupakan wisatawan religi, telah meninggalkan Israel menuju Yordania melalui jalur perbatasan minggu ini,” demikian Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, dalam press briefing di Jakarta, Jumat.
“Namun, 133 warga negara Indonesia (WNI) lainnya yang tinggal di Israel dan Tepi Barat memutuskan untuk tetap tinggal di sana karena merasa masih aman,” kata Judha, menambahkan bahwa di luar itu ada 10 WNI yang masih terjebak di Gaza.
Konflik terus memanas sejak kelompok militan Palestina, Hamas, melakukan serangan mendadak dengan meluncurkan roket dan melakukan pembantaian dan penculikan warga sipil Israel pada saat warga Yahudi memperingati hari suci mereka Sabtu lalu, dan Israel merespons dengan menabuh genderang perang terhadap Hamas di Jalur Gaza.
Militer Israel mengatakan serangan Hamas dan tembakan roket yang terus berlanjut telah menewaskan lebih dari 1.300 orang hingga Jumat. Di Gaza, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan setidaknya 1.799 orang, termasuk 583 anak-anak, tewas akibat serangan balasan Israel per hari Jumat, dan lebih dari 7.300 lainnya terluka.
Pada hari yang sama, Israel mengeluarkan perintah agar seluruh warga sipil di Gaza mengosongkan Gaza utara dan mengungsi ke wilayah selatan, mengindikasikan bahwa militer Israel akan melakukan operasi skala besar di kota itu.
PBB mengatakan perintah evakuasi bagi 1,1 juta warga yang berada di utara dalam 24 jam itu sebagai sesuatu yang tidak mungkin dan hanya akan berdampak buruk bagi kemanusiaan. PBB meminta agar perintah itu dibatalkan, demikian juru bicara PBB dalam pernyataannya.
10 WNI terjebak di Gaza
Judha menambahkan pihaknya masih terus mengupayakan evakuasi 10 warga Indonesia yang masih terjebak di Gaza dengan berbagai rencana evakuasi penyelamatan warga Indonesia ke wilayah yang aman baik menggunakan jalur darat maupun udara.
“Berbagai macam rute telah kami siapkan baik rute jalur darat menuju Yordania, ataupun ke Mesir, atau menggunakan jalur udara ke negara ketiga,” ujar Judha
“Tidak mungkin ketika ada pertempuran dilakukan evakuasi. Jalur yang bisa kita ambil adalah saat ada dibukanya jalur kemanusiaan,” lanjutnya.
Salah seorang warga Indonesia di Gaza, Abdillah Onim, mengatakan situasi Gaza mencekam setelah beberapa konflik bersenjata meletus. Bangunan dan jalanan rusak, serta pasokan bahan makanan, air, bahan bakar, dan obat-obatan kian menipis.
"Kalau berlangsung 10 hingga 15 hari, bisa dikatakan Gaza akan menjadi kota mati," kata Onim kepada BenarNews.
Ia telah menetap 12 tahun di Gaza, dan sejak perang berkobar, ia menjadi relawan.
Onim bersama sembilan warga Indonesia lainnya mengatakan telah dihubungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk evakuasi, namun sampai saat ini belum terlaksana akibat situasi yang tidak menentu.
"Apakah (evakuasi) dari Arafah ke Mesir atau ke Yordania, kami masih menunggu. Yang pasti sejak hari kelima-keenam, saya sudah sampaikan kepada pemerintah agar bisa dievakuasi karena kami tidak bisa bertahan di sini," ujar Onim.
Minta bantuan negara lain
Pengamat Hubungan Internasional Universitas Paramadina, Reza Widyarsa, meminta pemerintah meminta bantuan negara-negara lain untuk mengevakuasi warga Indonesia dari daerah konflik, terutama wilayah Israel, karena Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik.
"Evakuasi kali ini memang berbeda karena kita akan memasuki wilayah yang kita tidak punya hubungan diplomatik. Namun kita bisa meminta bantuan kepada negara-negara yang punya (hubungan diplomatik), seperti Amerika Serikat untuk menitipkan membawa WNI dari Israel," kata Reza kepada BenarNews.
"Kita kan juga pernah mengangkut warga negara Malaysia atau Aljazair dari Sudan."
Sementara itu Judha dari Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa masih ada 35 wisatawan religi yang akan dievakuasi 14 Oktober besok untuk selanjutnya dipulangkan ke Indonesia.
KBRI Amman, Yordania, memastikan akan terus berkoordinasi dengan kantor perwakilan lainnya untuk membantu kelancaran evakuasi yang diperlukan.
"Pemerintah akan melakukan langkah evakuasi secara bertahap dengan memperhatikan perkembangan yang terus terjadi di wilayah konflik,” kata Duta Besar Indonesia untuk Yordania Ade Padmo Sarwono dalam keterangan pers.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga telah berkomunikasi dengan pemerintah Filipina guna menitipkan warga Indonesia di wilayah Palestina dan Israel untuk segera di evakuasi.
"Filipina memiliki perwakilan Kedubes di Tel Aviv dan diharapkan bisa mempermudah evakuasi warga Indonesia," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Lalu Muhammad Iqbal.
Aksi solidaritas Palestina
Seiring konflik tersebut, massa dari beragam latar belakang menggelar aksi solidaritas untuk Palestina di beberapa daerah di Indonesia pada Jumat. Aksi berlangsung di Jakarta, Jawa Tengah, Sumatra Utara, dan Yogyakarta.
Dalam aksi solidaritas di Yogyakarta, ribuan massa yang tergabung dalam Forum Ukhuwah Islamiyah berorasi mengecam tindakan Israel dan menggalang dana untuk masyarakat Gaza.
"Ulama kami menyerukan kepada masjid-masjid agar infak pengajian dan infak (salat Jumat) dikumpulkan untuk membantu saudara kita di Palestina," ujar pemimpin demonstrasi.
Sementara itu, di Jakarta, ratusan massa aksi damai solidaritas dengan jargon “Palestina Memanggil” digelar di kawasan Patung Kuda Monas, Jumat siang.
Peserta aksi tersebut menuntut kemerdekaan Palestina tanpa syarat.
Aksi bela Palestina juga telah digelar di depan Kantor Kedubes Amerika Serikat pada Rabu, sebagai protes atas apa yang mereka sebut sebagai kecaman atas pendudukan Israel di Palestina.