Pimpin Diskusi KTT AS-ASEAN, Jokowi Usung Toleransi dan Perdamaian
2016.02.17
Jakarta
Memimpin diskusi di hadapan Presiden AS dan para pimpinan tertinggi negara-negara ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Amerika Serikat-ASEAN, Presiden Joko Widodo mengajak mitranya di ASEAN dan Amerika untuk mendukung moderasi, toleransi, dan perdamaian.
Presiden Jokowi berbicara pada hari terakhir KTT di Sunnylands, California, Selasa, 16 Februari, dimana masalah keamanan dan stabilitas adalah salah satu isu utama yang dibahas ke-11 kepala negara.
“Saya mengajak Yang Mulia berkenan bergabung dengan saya untuk memperbanyak narasi melalui media sosial mengenai moderasi, toleransi, dan perdamaian,” ujarnya menurut siaran pers yang dikeluarkan Sekretariat Kabinet Rabu pagi, 17 Februari.
Seperti sudah diberitakan sebelumnya, Presiden Jokowi diminta oleh Presiden Obama untuk memimpin sesi “Menjaga Perdamaian, Kemakmuran dan Keamanan di Asia Pasifik".
Dalam sesi tersebut, Presiden Jokowi menyarankan pemanfaatan media sosial dalam menghadapi ekstremis dan teroris.
Hal itu berdasarkan fakta bahwa penyebaran paham ekstremis dan ajakan untuk bergabung dengan foreign terrorist fighters (FTF) banyak dilakukan melalui media sosial. Persoalan itu adalah masalah bersama negara-negara yang warga negaranya pergi bergabung sebagai FTF di Suriah.
Presiden menyatakan warga Indonesia yang pergi ke Suriah berjumlah 329 orang. Angka itu, menurut Presiden Jokowi, relatif kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta.
“Dapat ditarik pelajaran bahwa untuk memerangi terorisme dan mengurangi FTF perlu kestabilan politik, pemerintah demokratis, serta tidak dalam pendudukan asing,” ujar Jokowi.
Kombinasi hard power dan soft power
Terkait aksi teror yang terjadi di Jakarta pada 14 Januari lalu, Jokowi mengingatkan pentingnya kerja sama dalam mempromosikan toleransi, memberantas terorisme dan ekstremisme, serta mengatasi akar masalah dan menciptakan suasana kondusif.
Untuk mengatasi paham ekstremisme, kata Presiden Jokowi, dibutuhkan kombinasi penggunaan hard power dan soft power.
Terkait pendekatan hard power, Indonesia tengah mengkaji ulang Undang-Undang Antiterorisme untuk penguatan payung hukum dalam menghadapi terorisme.
“Penguatan legislasi ini, tentunya dilakukan dengan mempertimbangkan penghormatan terhadap hak asasi manusia,” tuturnya.
Pendekatan soft power juga diperkuat dengan melakukan pendekatan agama dan kebudayaan, yang melibatkan masyarakat, organisasi masyarakat dan keagamaan.
Diversifikasi pendekatan deradikalisasi dan kontraradikalisasi juga dilakukan lewat program rehabilitasi narapidana teroris dan program penerimaan kembali di tengah masyarakat, kata Jokowi.
Peran Penting Indonesia dan ASEAN
KTT yang berlangsung selama dua hari tersebut menekankan pentingnya ASEAN dan posisi Indonesia di dalamnya.
KTT AS-ASEAN kali ini memiliki makna sebagai cerminan upaya Amerika untuk memperkuat kerja sama dengan negara-negara ASEAN dalam rangka mengimbangi pengaruh kekuatan ekonomi China di ASEAN, kata Tantowi Yahya, anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).
China sekarang telah berubah menjadi raksasa Asia sehingga untuk menghadapinya, AS perlu membuat sekutu di Asia. Dalam hal ini posisi 10 negara ASEAN sangat strategis.
"Dengan populasi ASEAN sekitar 600 juta, lebih banyak dari Uni Eropa yang hanya sekitar 500 juta orang, kawasan ini sangat penting bagi Amerika di masa depan dari sisi ekonomi dan geopolitik," ujar politisi Partai Golkar itu kepada BeritaBenar.
Pentingnya peranan Indonesia dan ASEAN disepakati oleh pakar Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia, Beginda Pakpahan.
"Saya percaya ASEAN harus menjadi stabilisator kawasan yang independen, agar tetap menjadi poros di kawasan dan terjaga sentralitasnya," ujar Beginda Pakpahan, kepada BeritaBenar, Rabu, 17 Februari.
Dia menambahkan, dalam konteks ini pula kepemimpinan Indonesia di ASEAN tetap ditunggu negara-negara anggota yang lain, mengingat Indonesia selama ini dianggap sebagai pemimpin de facto dalam kelompok regional negara-negara Asia Tenggara tersebut.
"Indonesia menjadi semacam kekuatan pemersatu di ASEAN," ujar Beginda.
Bidang ekonomi
Presiden Jokowi juga berbicara mengenai isu ekonomi dalam KTT tersebut dalam sesi diskusi bertema “Promoting an Innovative, Entrepreneurial ASEAN Economic Community”. Jokowi menyebutkan pengembangan dan ketahanan usaha kecil menengah serta pengembangan teknologi dan ekonomi digital adalah dua hal yang harus menjadi prioritas untuk menguatkan hubungan ekonomi ASEAN dan AS.
“Presiden Jokowi menjelaskan terjalinnya kerja sama dalam bidang pengembangan usaha mikro kecil dan menengah serta pemanfaatan teknologi informatika dan ekonomi digital dapat mendorong tumbuhnya sumber-sumber pertumbuhan ekonomi di tengah masyarakat ASEAN dan Indonesia,” ujar Menteri Perdagangan Thomas Lembong dalam siaran pers yang diterima BeritaBenar.
Dalam sesi itu, para kepala negara dan pemerintahan ASEAN fokus membahas langkah-langkah kerja sama dalam pengembangan usaha mikro kecil dan menengah dan teknologi informatika. Kerja sama dengan AS dalam bidang ini dinilai menjadi bentuk komitmen AS dalam mendorong integrasi ekonomi ASEAN untuk 10 tahun ke depan.