Korban Tewas Akibat Gempa Lombok Lebih dari 300 Orang
2018.08.09
Jakarta & Mataram

Jumlah korban tewas akibat gempa berkekuatan 7 Skala Richter yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), masih simpang siur hingga hari keempat pasca-bencana.
Sementara itu, warga kembali dikejutkan dengan susulan 6,2 Skala Richter yang melanda daerah itu, Kamis siang, 9 Agustus 2018, sehingga menewaskan dua orang dan 24 lainnya luka-luka.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto, usai memimpin rapat tingkat menteri tentang pemulihan dan rehabilitasi gempa Lombok menyatakan korban meninggal dunia akibat gempa, pada Minggu malam, 5 Agustus lalu, sudah mencapai 319 orang.
"Hasil pendataan yang terakhir dari Dansatgas yang saya terima, yang meninggal (dunia) sekarang 319 orang," katanya kepada wartawan di Jakarta, Kamis.
Tetapi, data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menyebutkan hingga Kamis pukul 17:00 WIB, korban tewas berjumlah 259 orang. Korban terbanyak ada di Kabupaten Lombok Utara yang mencapai 212 orang.
“Data ini masih akan terus bertambah mengingat tim SAR masih menemukan korban di reruntuhan bangunan dan masih diidentifikasi. Diduga korban masih ada di bawah reruntuhan bangunan yang belum dievakuasi,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.
Wiranto mengaku ada perbedaan data jumlah korban karena sumber pengumpulan yang berbeda dari satu instansi dengan lembaga lain. Untuk itu, ia meminta semua pihak agar mengintegrasikan data korban.
"Ada yang sumbernya berdasarkan laporan penduduk ke aparat desa. Ada kartu penduduknya, penjelasan meninggalnya di mana itu masuk ke satu lembaga. Tapi ada pendataan langsung lewat door to door, yang meninggal kemudian langsung dikubur," jelasnya.
Sutopo menambahkan, sebanyak 1.033 korban luka berat masih dirawat di sejumlah rumah sakit dan Puskesmas serta 270.168 warga terpaksa harus mengungsi karena 67.857 rumah mengalami rusak.
“Adanya gempa susulan berkekuatan 6,2 Skala Richter dengan pusat gempa darat di Lombok Utara, Kamis siang menyebabkan masyarakat makin trauma,” katanya, yang menyebutkan sejauh ini telah terjadi 362 kali gempa susulan sejak Minggu lalu.
“Dua orang meninggal dunia dan 24 lainnya luka-luka tertimpa bangunan yang roboh akibat gempa 6,2 SR,” tambahnya.
Di antara korban luka adalah putri Gubernur NTB, Muhammad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang yang terkena reruntuhan posko dapur umum di lokasi pengungsian.
Video di akun twitter Sutopo tampak istri TGB, Erica Zainul Majdi, menggendong sambil berusaha menenangkan putrinya yang menangis dan terlihat memar di bagian kepala.
Dampak pariwisata
Pariwisata NTB ikut terdampak gempa. Hal itu terlihat dari tak ada hiruk pikuk turis di Pelabuhan Bangsal, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, sejak gempa Minggu lalu.
Pelabuhan di sisi barat Pulau Lombok adalah jalur terdekat ke tiga pulau tujuan pariwisata utama di Lombok Utara yaitu Gili Meno, Gili Trawangan, dan Gili Air, yang merupakan penyumbang 60 persen dari tiga juta turis yang datang ke NTB setiap tahun.
Lebih 7.000 turis, terutama asing, dan warga diangkut dengan kapal menuju Pelabuhan Lembar, Pelabuhan Bangsal, dan Pelabuhan Benoa di Bali, sejak Senin hingga Selasa sore sehingga nyaris tidak ada turis asing di Bangsal.
Kepala Dinas Pariwisata NTB, Lalu Mohammad Faoza, mengatakan gempa Lombok mempengaruhi pariwisata NTB.
“Secara emosi kami sangat terpukul, apalagi melihat bangunan-bangunan yang rusak parah. Psikologi ini harus dibangkitkan,” katanya.
Saat ini, hampir semua warga Gili Trawangan mengungsi ke Lombok daratan. Agusradi, termasuk warga Gili Trawangan yang mengungsi.
“Sejak Senin pagi kami sekeluarga sudah mengungsi,” katanya saat duduk di berugak, balai santai khas Lombok, di tepi pantai Pelabuhan Bangsal.
Menurut Agus, gempa sangat mempengaruhi tiga Gili yang hampir semua warga hidup bergantung pada pariwisata. Dalam sebulan, dia bisa mendapatkan Rp 5 juta – Rp 8 juta dari usaha penatu.
Tak hanya di Gili, dampak gempa juga terasa di primadona pariwisata baru Lombok yaitu kawasan Mandalika di Kuta, Lombok Tengah.
Rabu malam, suasana lebih lengang padahal Agustus merupakan musim ramai turis. Hanya beberapa orang turis yang berjalan-jalan di pantai.
Tapi, I Nengah Budiarta, pemilik sebuah hotel mengatakan jumlah tamu masih seperti biasa. Pada Kamis, 15 kamar dari total 20 kamar hotelnya terisi tamu asing.
“Sejauh ini dampak gempa belum terasa di hotel kami. Mungkin karena lokasi kami jauh dari pusat gempa. Cuma tidak tahu setelah ini,” katanya kepada BeritaBenar.
Seorang turis Kanada, Marc Boisseau, mengaku saat terjadi gempa membuatnya takut.
Tapi, ia mengatakan pemerintah Indonesia sudah menangani para turis dengan baik, termasuk mengevakuasinya bersama ribuan turis lain dari Gili Air ke Bangsal.
“Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan ketika gempa terjadi. Saya memang trauma, tapi saya pasti akan kembali lagi ke Indonesia,” ujarnya.