KNKT: Ada Kepanikan Saat Lion Air Jatuh
2019.03.21
Jakarta

Komite Nasional Keselamatan Penerbangan (KNKT) mengungkapkan bahwa sempat ada kepanikan yang terjadi saat pesawat Lion Air JT-610 jatuh ke laut di Tanjung Karawang, Jawa Barat, pada 29 Oktober 2018.
“Yang saya sampaikan adalah mereka bertanya apakah ada kepanikan, saya sampaikan ada kepanikan, tapi saya tidak sampaikan apa yang diteriakan,” jelas Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 21 Februari 2019.
Dia menambahkan, pilot Lion Air JT-610 sempat panik pada 20 detik terakhir sebelum pesawat jatuh sehingga menewaskan seluruh 189 penumpang dan kru.
"Di akhir penerbangan sepertinya pilot sudah merasa kalau dia sudah tidak bisa lagi merekover penerbangan itu," kata Nurcahyo.
Hal tersebut diungkapkan berdasarkan data informasi Cockpit Voice Recorder (CVR) yang baru ditemukan lebih dari dua bulan setelah jatuhnya pesawat.
"Dilihat dari keseluruhan penerbangan kedua pilot tidak panik, mereka tenang, namun detik terakhir mereka menjadi semakin panik," tuturnya.
Ia menjelaskan data Flight Data Recorder (FDR), setelah pesawat berangkat dari Jakarta dengan tujuan Pangkal Pinang di Kepulauan Bangka Belitung, menunjukkan masalah pada stick shaker dan diikuti dengan perbedaan kecepatan pesawat serta ketinggian.
Kemudian, ujar dia, setelah pada ketinggian 3000 kaki terjadi aktivasi pergerakan flight kontrol sehingga mendorong pesawatnya ke depan.
Menurut Nurcahyo, dalam kondisi seperti itu, seharusnya pilot membaca buku manual karena pesawat dalam kondisi tidak normal.
"Itu kondisi yang tidak terjadi setiap hari, pasti tidak dihapal jadi pilot harus baca buku itu. Pilot sudah diajarin, kalau dalam kondisi ini siapa yang harus baca buku dan siapa yang harus menerbangkan pesawat," paparnya.
Nurcahyo membantah jika rekaman CVR bocor ke publik karena selama ini hanya KNKT yang memiliki data tersebut dan pernah diperdengarkan ke Lion Air, untuk keperluan investigasi.
“Lion Air sudah kami persilakan mendengar. Kami beri kesempatan agar bisa memperbaiki bila ada kekurangan. Itupun tidak boleh direkam dan tidak membawa handphone. Lion pernah mendengarkan tapi tidak memiliki data,” katanya.
Dalam beberapa hari ini, beredar informasi rekaman CRV yang bocor dan ada media asing memberitakan masalah tersebut.
Terkait perkembangan investigasi disampaikan bahwa KNKT telah melakukan kunjungan ke Boeing untuk melakukan rekonstruksi penerbangan JT610 menggunakan engineering simulator dan diskusi terkait system pesawat.
Menurut rencana, seluruh hasil investigasi untuk mengetahui penyebab jatuh pesawat Lion Air akan disampaikan KNKT pada laporan akhir yang dijadwalkan pada Agustus atau September mendatang.
Pilot lain
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjanto dalam jumpa pers itu membenarkan ada pilot lain yang berada dalam cockpit pesawat Lion Air yang naas tersebut saat melakukan penerbangan dari Denpasar ke Jakarta, sehari sebelumnya.
"Pilot ini adalah pilot yang telah selesai menjalankan tugas terbang dan akan kembali ke Jakarta," katanya, yang tidak menyebutkan identitasi pilot atau asal maskapainya.
Namun, Soerjanto memastikan pilot lain tersebut memiliki kualifikasi menerbangkan Boeing 737 - Max 8.
Belum diketahui pasti apakah pilot itu membantu menyelesaikan masalah yang terjadi selama penerbangan sampai pesawat mendarat di Jakarta pada malam hari sebelum kembali terbang pada pagi naas itu.
"Saat ini pilot tersebut sudah diinterview oleh KNKT namun proses investigasi tidak boleh dipublikasikan," kata Soerjanto.
Nurcahyo menambahkan tujuan menginterview pilot yang ada di kokpit di penerbangan sebelumnya untuk melihat peringatan yang muncul saat pesawat dalam kondisi seperti itu.
"Kami juga ingin melihat bagaimana kerjasama antara kapten dan kopilot. Jadi kita ingin dapatkan informasi apa si yang mereka lihat dan bagimana mereka menanggapi suasana seperti itu," katanya, seraya menambahkan pilot tersebut duduk di kursi jumpseat.
Terkait dengan kesamaan antara kecelakaan Ethiopian Airlines ET 302 dan Lion Air 610, Soerjanto menyebutkan bahwa KNKT telah mengajukan kerjasama investigasi dengan otoritas Ethiopia.
"Ini dilakukan untuk saling melengkapi data kecelakaan agar dapat meningkatkan keselamatan penerbangan," katanya.
Pesawat Ethiopia Airlines ET-302 yang juga dari jenis Boeing 737 - Max 8 jatuh beberapa saat setelah tinggal landas di Addis Ababa, Ethiopia, pada 10 Maret 2019 lalu sehingga menewaskan 157 orang.
Bukan pelanggaran
Pengamat penerbangan, Alvin Lie mengatakan bahwa adanya pilot ketiga yang duduk di jumpseat bukan suatu pelanggaran.
"Ini boleh dilakukan, pilot tersebut duduk sebagai penumpang. Kalau penuh kursi penumpangnya bagaimana? Atas izin kapten pilot sah-sah saja," katanya.
Ia menjelaskan, peraturan membolehkan siapapun yang punya lisensi pilot duduk di sana seperti off-duty pilot, penguji, dan instruktur penerbangan.
"Engineer pesawat dalam perawatan juga bisa duduk di sana mendampingi," ujarnya.
Menurutnya, tidak diperlukan investigasi terhadap pilot itu karena pesawat tersebut berhasil mendarat dengan selamat.
"Merupakan hal yang sangat wajar jika pilot ketiga ini membantu permasalahan yang ada saat itu. Sebagai pilot lebih senior, saat temannya ada masalah ya pasti membantu meskipun keputusan akhir ada di tangan kapten pilot," pungkasnya.