Petisi Untuk Kasus Rasisme Ki Gendeng Pamungkas


2015.03.16
Seorang pekerja pembuat lilin tradisional untuk mempersiapkan Imlek (Tahun baru Cina) tanggal 6 Februari, 2015, di Bogor, Jawa Barat. Seorang pekerja pembuat lilin tradisional untuk mempersiapkan Imlek (Tahun baru Cina) tanggal 6 Februari, 2015, di Bogor, Jawa Barat.
AFP

Ki Gendeng Pamungkas (KGP) adalah paranormal Indonesia yang belakangan dikenal aktif di dunia musik dengan aliran metal/rock/underground sekarang sedang dipetisi oleh ribuan warga karena komentar rasis terhadap ethnis Tionghoa yang ditulis di akun Facebook miliknya.

Cerita ini berawal dari rencana KGP untuk menyelenggarakan konser  yang akan melibatkan band luar negri bulan 10 Mei mendatang di Bogor dengan tema “Brutalize in The Darkness,” Portal Gilanada melaporkan.

Di akun Facebook miliknya KGP menulis:

“...Ada 50 kaos anti Cina untuk kalian akan diserahkan 10 Mei 2015 Stadion Padjajaran Bogor. Kabar ini akan dihapus 10 Maret 2015 pk.00.00!!! Tks.”

Pernyataan ini memicu kontroversi bukan hanya dikalangan penggemar musik tetapi juga aktivis.

Donny Anggoro, membuat petisi online lewat www. change.org berisi penolakan terhadap pernyataan KGP.

“Kami menuntut kepada institusi/lembaga pemerintah terkait Hak Asasi Manusia (HAM) terutama negara untuk menyeret KGP ke pengadilan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya meracuni anak-anak muda dengan menyebar pesan kebencian/rasisme,” kata Donny Anggoro dalam petisi online yang ditulisnya.

www. change.org sudah menerima petisi sebanyak 5.418 supporters (tanggal 15 Maret).

Sangkalan KGP

KGP menyangkal isu rasisme yang dituduhkan kepadanya. Dia berkata acara musik yang akan digelar di Bogor adalah murni untuk kemajuan musik metal di kota hujan tersebut.

Ia menambahkan bahwa petisi online yang menentang dirinya, dibuat oleh pihak yang ingin menjatuhkan reputasinya, Portal Gilanada melaporkan.

“Tidak perlu saya bilang-bilang sumpah, tapi dapat saya tegaskan tidak pernah ada teriakan rasisme atau apapun yang keluar dari mulut saya. Saya gaptek, (gagap teknologi) tapi saya yakin kalau status itu telah diplintir, disebar tapi sudah ditambah-tambahin kata-kata yang provokatif,” kata KGP seperti dikutip oleh Portal Gilanada tanggal 14 Maret.

KGP menyatakan bahwa dia telah mengeluarkan biaya sekitar Rp. 1,1 M untuk acara ini, dan harga penjualan tiket hanya Rp. 25 ribu, Portal Rappler melaporkan.

Band Indonesia Down for Life dan Burgerkill menulis dalam jejaring sosial bahwa kelompok band tersebut telah membatalkan partisipasi mereka dalam konser KGP.

“Kami memutuskan mundur dari acara Brutalize in The Darkness di Bogor tanggal 10 Mei, 2015 sampai ada klarifikasi dari panitia tentang propaganda rasisme,“ tulis Down for Life.

Nada serupa dituliskan oleh Burgerkill lewat akun Facebook, “Maaf kami tidak bisa ikut berpartisipasi dengan pergerakan anti ras tertentu. Musik Metal yang kami percaya adalah musik pemersatu, musik yang tidak perduli ras dan latar belakang penggemarnya.”

 

Oleh staf BenarNews dengan masukan dari media lokal

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.