Peningkatan Keterwakilan Perempuan Masih Sulit
2018.07.25
Jakarta
Politisi perempuan masih kesulitan meningkatkan keterwakilannya di parlemen pada Pemilu 2019, walaupun persyaratan 30 persen perempuan dalam pengajuan calon legislatif (caleg) partai politik dan pemasangan minimal satu kandidat perempuan dalam setiap tiga caleg, atau sistem zipper, telah diberlakukan.
“Sistem zipper masih sebatas syarat pencalegan, bukan untuk memenangkan,” kata Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini, kepada BeritaBenar, Rabu, 24 Juli 2018.
“Perlu komitmen parpol untuk mendukung caleg perempuan dalam kerja pemenangan,” ujarnya.
Periode 2014-2019, anggota DPR RI perempuan hanya 97 orang atau 17,32 persen dari total 560 anggota. Ini malah lebih sedikit dibanding periode 2009-2014 yang berjumlah 100 orang atau 17,86 persen dari total kursi.
Dalam Pemilu yang digelar 17 April 2019, peluang perempuan meningkatkan wakilnya lebih terbuka karena DPR periode 2019-2014 bertambah 15 kursi menjadi 575.
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Evi Novida Malik Ginting, menyorot kecenderungan parpol yang mencari perempuan hanya saat dekat Pemilu untuk memenuhi syarat kuota 30 persen.
“Seharusnya jadi agenda besar parpol untuk mengkaderkan perempuan,” imbuhnya.
Memenuhi syarat
KPU telah menerima pendaftaran 8.370 bakal caleg DPR RI dari 16 partai politik untuk berlaga dalam Pemilu 2019. Sebanyak 3.371 di antaranya perempuan, dari 80 daerah pemilihan (dapil).
Evi mengatakan hasil verifikasi sementara diketahui rata-rata parpol sudah memenuhi syarat 30 persen perempuan seperti diamanatkan undang-undang.
KPU mencatat dari data Sistem Informasi Partai Politik partai yang paling banyak mengajukan perempuan adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan 262 orang dari total 575 caleg didaftarkan, disusul Partai Amanat Nasional (PAN) dengan 234 caleg perempuan, Berkarya (229), Demokrat (227) dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo) dengan 222 caleg perempuan.
Ketua Umum PSI, Grace Natalie, menyadari bahwa selama ini keterwakilan perempuan di parlemen masih minim sehingga partainya memutuskan mendaftarkan 45 persen caleg perempuan.
“Satu dari dua caleg PSI adalah perempuan,” kata mantan wartawan tersebut.
Meningkatkan perempuan di parlemen dinilai penting karena begitu banyak masalah yang penyelesaiannya butuh keterlibatan langsung perempuan.
Meli Puspita, seorang pekerja swasta di Pelembang, Sumatera Selatan, memutuskan maju jadi caleg dari Partai Gerindra karena “ingin memperjuangkan hak perempuan, dunia pendidikan dan sosial.”
“Di daerah saya banyak anak-anak putus sekolah. Jika nanti terpilih, tentunya saya berharap bisa merancang undang-undang yang pro terhadap pendidikan dan hak perempuan,” katanya saat dihubungi.
Meli mengaku partainya tidak memberikan perlakuan khusus kepada caleg perempuan seperti bantuan logistik. Dia menyiapkan sendiri kebutuhan seperti spanduk untuk sosialisasi.
Anggota DPR RI dari Partai Golkar, Hetifah Sjaifudian, menyebutkan ada beberapa faktor penentu bagi caleg perempuan untuk terpilih. Salah satunya nomor urut dan tentu saja kecukupan logistik, kepiawaian caleg, perhatian khusus dari partai politik dan menekan kecurangan.
Sistem zipper dalam Pemilu tahun depan memungkinkan caleg perempuan mendapat nomor urut 1,2 atau 3 dalam kertas suara, artinya dari dua caleg pria harus diselipkan satu perempuan.
Namun, menurut Hetifah, berdasarkan pengalaman Pemilu 2014 banyak parpol yang menempatkan caleg perempuan pada nomor urut tiga dan enam.
“Bukan nomor satu,” tukas legislator perempuan itu.
Personal branding
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, mengatakan selain nomor urut, peluang caleg perempuan lolos ke parlemen sangat ditentukan oleh branding personal, logistik, cara komunikasi, jam terbang dalam politik dan modal elektoral.
“Perempuan kebanyakan pemilihnya ibu-ibu. Mereka pemilih loyal, tak bisa dipungkiri jumlah pemilih ibu-ibu cukup besar. Mereka loyal dibandingkan pemilih bapak-bapak,” ujarnya kepada BeritaBenar.
Populasi perempuan di Indonesia 131,88 juta jiwa dari jumlah total penduduk 265 juta. Yang terjun ke politik juga mulai meningkat.
“Kita harus apresiasi keterwakilan perempuan dalam politik atau pentas Indonesia karena keseimbangan sangatlah penting,” kata Pangi.
“Soal terpilih atau tidak, sangat bergantung kepada kemampuan kepiawaian dari caleg perempuan tersebut. Biasanya mereka yang telah terlatih berorganisasi bermasyarakat, bersosial lebih mudah terpilih karena sudah punya modal atau investasi sosial di tengah masyarakat.”
Berbagai parpol juga mendaftarkan puluhan artis yang memang sudah populer seperti Krisdayanti, Lita Zein, Kirana Larasanti, Chicha Koeswoyo, Iis Sugianto, Tina Toon, Angel Karamoy, Olla Ramlan, Della Puspita, Wanda Hamidah, dan Nafa Urbach.
Dia menambahkan psikologis pemilih akan cenderung memilih berdasarkan kecantikan, ganteng, penampilan, dan gaya komunikasi yang memukau.
“Tentu saja itu bisa meningkatkan peluang caleg-caleg perempuan menuju parlemen,” pungkasnya.