Singapura-Indonesia Kerjasama dalam Pemberantasan Terorisme

Salah satu bentuk dari kerjasama pemberantasan terorisme ialah pertukaran informasi inteligen kedua negara.
Tia Asmara
2016.11.15
Jakarta
161115_ID_SinIna_1000.jpg Presiden Joko Widodo bersalaman dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong saat mengadakan pertemuan di Semarang, Jawa Tengah, 14 November 2016.
Dok. Biro Pers Istana

Pemerintah Indonesia dan Singapura sepakat meningkatkan kerjasama dalam berbagai bidang, termasuk pemberantasan terorisme.

Kesepakatan tersebut dicapai dalam pertemuan bilateral antara Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Wisma Perdamaian, Semarang, Jawa Tengah, Senin, 14 November 2016.

"Saya kira tukar-menukar informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan terorisme,” ujar Jokowi usai pertemuan.

Menurutnya, Singapura sangat mengapresiasi Indonesia yang berhasil mengungkap rencana kelompok teroris di Batam.

Agustus lalu, polisi menangkap enam orang jaringan teroris Batam karena diduga merencanakan serangan roket ke Marina Bay, Singapura.

“Tadi Perdana Menteri Lee mengucapkan terima kasih karena kita bisa mengungkap rencana teroris untuk meluncurkan roket ke Singapura," kata Jokowi.

Dalam pernyataannya, Lee mengapreasiasi penyambutan yang hangat oleh Jokowi. Lee menganggap Indonesia sebagai mitra penting Singapura.

"Ini adalah pertemuan resmi pertama saya dengan Presiden Jokowi. Ini kesempatan baik bagi kita untuk membahas bagaimana meningkatkan hubungan kita," ujarnya.

Selain soal pemberantasan terorisme, kedua negara meningkatkan kerjasama bidang ekonomi dan pariwisata. Jokowi dan Lee juga membicarakan beberapa isu regional dan internasional.

Antisipasi FTF

Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri, Edi Yusup, mengatakan bahwa pembahasan mengenai kerjasama pemberantasan terorisme dilakukan Jokowi dan Lee dalam pertemuan empat mata dan tertutup.

“Bahasannya belum tahu sejauh mana. Belum ada detil fokus kerjasama, namun salah satu yang pasti adalah kerjasama dalam pertukaran informasi inteligen kedua negara,” katanya ketika dihubungi BeritaBenar di Jakarta, Selasa, 15 November 2016.

Edi menjelaskan, sejumlah negara Asia, termasuk Singapura, sangat memperhatikan perkembangan foreign terrorist fighters (FTF) yang dikhawatirkan banyak kembali ke negara asal dari Suriah.

“Ini yang diantisipasi kedua negara, kita bertukar pandangan terkait ISIS dan khususnya FTF yang kemungkinan bergerak ke Asia karena sedang digempur habis-habisan di sana. Itu yang menjadi bahasan,” kata Edi.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), sekitar 500 WNI yang berangkat ke Suriah menjadi FTF. Dari jumlah itu, 283 WNI telah dideportasi pemerintah luar negeri saat ingin masuk ke Suriah, 70 orang tewas, dan 53 lainnya sudah kembali ke Indonesia.

Pakar terorisme Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Sidney Jones, mengatakan dari 53 FTF yang kembali, diperkirakan hanya sekitar 20 orang yang pernah bertempur di Suriah.

“Mereka kembali karena kecewa. Jadi pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan sel-sel baru yang tidak pernah pergi ke Suriah karena mereka lebih berbahaya,” katanya.

Kerjasama antarnegara juga dinilai tepat oleh pakar terorisme, Nasir Abbas, karena ancaman ISIS semakin nyata di Asia.

“Sebagai negara tetangga sebaiknya ada kerjasama keamanan untuk memberantas terorisme,” katanya.

Deputi II BNPT, Irjen (Pol) Arif Darmawan, mengatakan pihaknya sejak lama telah melakukan kerjasama pemberantasan terorisme termasuk berbagi informasi intelijen dengan beberapa negara.

“Informasi tentang pergerakan orang atau kelompok radikal di masing-masing negara dan pertukaran informasi pengaruh terorisme global,” katanya kepada BeritaBenar.

Secara periodik, kata dia, pihaknya juga melakukan koordinasi dengan instansi terkait di berbagai negara baik secara informal maupun kerjasama antar pemerintah.

“Seperti penanganan penangkapan, pelarian narapidana, sharing informasi terorisme regional, pemulangan WNI yang gagal menuju Suriah,” jelas Arif.

Aman

Sementara itu, Presiden Jokowi menjamin dan menyatakan bahwa Indonesia saat ini dalam keadaan aman.

"Saya datang ke markas-markas di TNI dan Polri untuk memberikan rasa tenteram bagi masyarakat. Pasukan semuanya pada posisi siap mengamankan negara. Jadi justru menentramkan. Negara aman, sangat aman," katanya usai memberikan pengarahan kepada Komando Korps Pasukan Khas di Bandung, Jawa Barat, Selasa.

Menurutnya, para prajurit adalah garda terdepan dalam menjaga kemajemukan bangsa. Hal itu selalu ditekankan Jokowi saat berkunjung ke markas TNI/Polri dalam beberapa waktu belakangan.

"Kita ingin mengingatkan bahwa bangsa ini beragam suku, agama, ras, dan bahasa daerah. Kalau tidak kita persatukan mau jadi apa bangsa ini. Dan TNI Polri menjadi salah satu perekat persatuan dan kesatuan kita," pungkasnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.