Keluarga Ingin Putra Mereka Tetap Jadi Pelaut
2016.05.02
Klaten & Padang
Dua keluarga korban penyanderaan tak bisa menyembunyikan kebahagiaan mereka begitu mengetahui kelompok militan Abu Sayyaf membebaskan 10 anak buah kapal (ABK) warga negara Indonesia (WNI) setelah ditahan sebulan lebih.
Kedua keluarga itu adalah Sutomo dan Rahayu – orang tua Bayu Oktavianto — serta Asmizar dan Aidil, orang tua Wendi Rakhadian yang diwawancara BeritaBenar secara terpisah di Klaten dan Padang, Senin, 2 Mei 2016.
Sehari sebelumnya, Bayu dan Wendi bersama delapan rekan mereka dibebaskan Abu Sayyaf di Filipina Selatan setelah disandera sejak 26 Maret lalu. Minggu malam, ke-10 WNI tersebut tiba di Jakarta.
Asmizar dan Aidil dijumpai di rumahnya di kawasan Pasar Ambacang, Kecamatan Pauh, Padang, Sumatera Barat. Sedangkan Sutomo dan Rahayu ditemui di rumah mereka di Desa Mendak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Sutomo mengatakan, dia pertama kali mendengar kabar pembebasan 10 WNI dari televisi. Tetapi dia tidak langsung percaya berita tersebut. Dua jam kemudian sekitar pukul 16.00 WIB Minggu, PT Patria Maritim Lines, perusahaan tempat Bayu bekerja, mengabarkan bahwa putra mereka dan sembilan rekannya telah dibebaskan.
“Barulah saya benar-benar yakin, padahal sebelumnya sempat berpikir yang tidak-tidak setelah ada sandera (dari) Kanada yang dibunuh,” tutur Sutomo, yang bertekad mengadakan syukuran begitu Bayu pulang.
Ia mengaku sempat pesimis Bayu akan dibebaskan setelah mendengar kabar tentang eksekusi yang dilakukan Abu Sayyaf terhadap seorang sandera mereka, pekan lalu. Sutomo dan Rahayu bahkan sempat berpikir Bayu akan bernasib sama seperti John Ridsdel (68), warga Kanada tersebut.
Tetap ingin jadi pelaut
Kabar kebebasan Bayu seakan menjadi penyejuk bagi kedua orang tuanya. Rahayu – yang selama sebulan terakhir tak berselera makan dan jarang tersenyum, sudah bisa tertawa setelah melihat sosok Bayu di televisi saat tiba di Indonesia. Menurut dia, fisik Bayu tak jauh berbeda dari sebelum berangkat ke Banjarmasin beberapa bulan lalu.
Rahayu tak banyak berkomentar selain mengucapkan rasa syukur. Ia berharap Bayu menjaga kesehatan sehingga mereka bisa segera bertemu. Rahayu juga kembali mengungkapkan keinginannya agar Bayu bisa tinggal dulu di rumah untuk sementara waktu.
“Yang penting sekarang Bayu cepat pulang ke rumah,” ujar Rahayu yang tidak henti-hentinya didatangi kerabat dan tetangga yang ikut memantau pemberitaan tentang 10 sandera.
Hal senada juga diungkapkan Santi Puspitasari, tunangan Bayu. Dia berharap Bayu segera pulang ke Klaten sehingga mereka bisa bertemu secara langsung. “Bersyukur, yang penting ketemu dulu,” tutur Santi yang telah dilamar Bayu, Juni 2015, sambil tersenyum.
Santi mengaku tetap mendukung Bayu melaut meskipun telah mengetahui besarnya risiko pekerjaan calon suaminya sebagai pelaut. Santi juga tetap berharap Bayu akan tetap pada rencana mereka untuk menikah setelah lebaran tahun 2017.
Sama seperti Santi, Sutomo juga menginginkan Bayu tetap melaut karena pekerjaan itu adalah cita-cita putranya sejak remaja.
“Semua keputusan saya kembalikan ke Bayu, apapun keinginannya kami mendukung apakah mau lanjut atau berhenti,” ujar Sutomo.
Bagi Sutomo dan istrinya, Bayu memiliki peranan sangat penting dalam menyokong perekonomian keluarga. Gaji Bayu sebagai pelaut mampu membantu renovasi rumah mereka meski baru bekerja tiga tahun sebagai pelaut.
Asmizar (dua dari kanan) ibu Wendi Rakhadian dan keluarganya menonton televisi tentang pembebasan 10 WNI oleh kelompok Abu Sayyaf di Padang, Sumatera Barat, 2 Mei 2016. (M.Sulthan Azzam/BeritaBenar)
Masak kesukaan Wendi
Asmizar mengaku sudah tak sabar lagi untuk segera bertemu Wendi. Perempuan itu berharap putra sulungnya secepatnya sampai di kampung halamannya di Padang, Sumatera Barat sehingga dapat berkumpul bersama keluarga.
“Saya sangat ingin segera bisa bertemu dia. Selama ini kami saban hari selalu berdoa demi keselamatan dia,” tuturnya.
“Wendi terlihat agak kurus setelah disandera di sana, tapi kelihatannya memang dia sehat saja. Nanti sampai di Padang, saya akan bikin masakan kesukaan dia,” tambah Asmizar.
Ia menyatakan tidak ada masakan lebih spesifik yang disukai anaknya, namun Wendi selalu menyukai semua masakan yang dibuat oleh tangan ibunya.
"Dia suka semua masakan yang saya buat. Paling ya masakan-masakan kampung lah. Tidak ada yang khusus," ujarnya.
Asmizar mengaku dia dan suaminya, Aidil, sangat menghawatirkan Wendi terutama soal makan dan tidurnya selama disandera. Asmizar sempat jatuh sakit dan berat badannya turun karena terus menerus memikirkan putranya.
“Sekarang kami sedang gembira, sangat gembira. Seandainya sampai ke rumah, akan ada syukuran sedikit. Akan berlayar lagi? terserah dia. Jika mau berlayar lagi, silakan. Kalau nggak, ya, tidak masalah. Dia sudah berlayar selama tiga tahun," tuturnya.
Aidil juga tak bisa menyembunyikan kegembiraan. Dia mengaku mendapat informasi anaknya sudah dibebaskan Abu Sayyaf dari perusahaan kapal tempat Wendi bekerja pada Minggu sore.
"Sekarang kami menunggu saja karena belum ada kabar pasti kapan anak kami akan dipulangkan. Kalau memang harus kami jemput ke Jakarta, kami siap karena sudah tak sabar ingin bertemu Wendi,” ujar Aidil.